Monday 25 January 2010

Inflasi, Bailout dan Kerugian Masyarakat


Inflasia adalah fenomena terjadinya kenaikan harga-harga secara umum dalam jangka waktu tertentu yang cukup lama (biasanya dihitung 1 tahun). Kebanyakan masyarakat menganggap hal ini adalah sebuah fenomena yang alami meski mereka mengalami kerugian karena inflasi mengakibatkan nilai uang, properti dan harta kekayaan lainnya pengalami penurunan nilai. Dalam sebuah sistem ekonomi yang besar seperti negara, kerugian ini sebenarnya amat sangat besar. Jika nilai barang dan jasa kumulatif sebuah negara misalnya adalah Rp 500 triliun, dan tingkat inflasi adalah 10%, maka total nilai barang dan jasa yang hilang termakan inflasi adalah Rp 50 triliun. Bayangkan Indonesia dengan Produk Domestik Bruto (nilai produksi barang dan jasa selama setahun) selama tahun 2008 saja mencapai $467 miliar atau setara Rp4.670 triliun, padahal ini hanya satu porsi kecil dari nilai kumumulatif barang dan jasa yang diproduksi selama bertahun-tahun, maka nilai kerugian yang terjadi tidak terhingga banyaknya. Namun begitulah, masyarakat sudah terlanjur menganggap inflasi adalah fenomena wajar, jadi hal itu tidak menjadi persoalan bagi mereka.

Inflasi terjadi karena adanya pertumbuhan jumlah uang yang beredar yang melebihi pertumbuhan produksi barang dan jasa. Hal ini dikungkinkan karena otoritas moneter di hampir di seluruh dunia telah melepaskan diri dari standar cadangan emas dan perak sebagaimana awalnya. Mereka dibolehkan mencetak berapapun jumlah uang dari tumpukan kertas tak berharga. Di sisi lain bank-banak juga dimungkinkan menciptkan uang sendiri (uang giral) seperti cek, giro, kartu kredit, dan surat-surat berharga, yang ikut menambah jumlah uang beredar. Dan ada 1 hal lagi yang menjadi penyebab inflasi, yaitu kebijakan bailout yang menjadi trend di sistem ekonomi kapitalis sebagaimana Indonesia. Saya akan berikan penjelasannya.

Misal ada sebuah bank seperti Bank Century yang melakukan kesalahan manajemen atau memang sengaja menggelapkan dana-dana masyarakat, yang membuat bank tersebut mengalami kesulitan likuiditas atau kekurangan uang tunai dan terancam kolaps. Dengan pertimbangan ambruknya bank-bank tersebut mengancam perekonomian, atau alasan lain untuk keuntungan pribadi, otoritas moneter kemudian menggelontorkan dana talangan (bailout), katakanlah Rp6,7 triliun.

Dengan talangan ini maka kesulitan likuiditas bank Century teratasi dan ekonomi berjalan normal kembali. Seperti tidak terjadi apa-apa. Tapi sebenarnya terjadi kerugian masyarakat berupa inflasi yang menggerogoti nilai aset-aset riel masyarakat. Pada saat terjadi penggelapan dana masyarakat, sebenarnya dana tersebut tidak lenyap ditelan angin atau amblas ditelan bumi, tapi hanya berpindah tangan ke, misalnya kantong pribadi pemilik dan manajemen bank Century, kantong pejabat yang melakukan kebijakan bailout dan lain sebagainya. Jadi secara riel tidak terjadi penambahan jumlah uang beredar dan dengan kata lain tidak terjadi inflasi. Tapi dengan masuknya dana talangan senilai Rp6,7 triliun yang dicetak Bank Indonesia dari tumpukan kertas tak berharga, terjadi penambahan jumlah uang beredar di masyarakat. Inilah yang memicu terjadinya inflasi.

Lalu kalau inflasi sebenarnya bukan fenomena yang wajar, sistem ekonomi apakah yang bisa menghindarkan diri darinya. Jawabnya adalah jika alat tukar menukar atau uang dikembalikan kepada basisnya, yaitu berdasarkan cadangan emas dan perak sesungguhnya dengan ketentuan ketat bahwa setiap pencetakan uang kertas baru adalah berdasarkan tambahan cadangan emas yang diproduksi. Atau lebih aman lagi jika uang kertas diganti dengan logam mulia seperti emas dan perak. Ralistiskan ini? Cukup realistis karena faktanya (berdasar sebuah penelitian) cadangan emas global selalu mengalami kenaikan dengan kenaikan yang proporsial dengan jumlah pertumbuhan penduduk. Cadangan emas ini mampu menjaga pertumbuhan ekonomi global yang alami sebagaimana pertumbuhan penduduk dunia. Dan satu hal lagi, dengan sistem ini ekonomi dijamin, kecuali ada sebagian orang yang melakukan aksi spekulasi dan hal ini bisa dicegah dengan pemberian sanksi yang keras, tidak akan terjadi inflasi. Asumsinya adalah jika persentase pertumbuhan cadangan emas yang sama dengan persentase pertumbuhan produksi barang dan jasa, maka secara otomatis inflasi tidak terjadi.

Friday 22 January 2010

Sebuah Studi Kritis Sejarah Politik Islam

Meski sejarah Islam telah "dipoles" sedemikian rupa, namun kebenaran tidak akan mungkin ditutup-tutupi selamanya. Ada banyak fragmen sejarah yang tercecer yang menunjukkan kebenaran sejati yang mengganggu para pencinta kebenaran. Misalnya saja masalah pertikaian tanah Fadak antara Fathimah dan Abu Bakar, pembangkangan para sahabat terhadap perintah Rosulullah (yang paling terkenal adalah penolakan para sahabat terhadap perintah menulis wasiat Rosul sebelum beliau meninggal yang dalam tradisi Shiah kemudian disebut sebagai Tragedi Hari Kamis).

Saya telah mencoba untuk merangkai fragmen-fragmen itu menjadi satu gambaran sejarah yang utuh. Dan dibantu dengan kamampuan saya mengkaji aspek-aspek politik beberapa fenomena sejarah dunia, saya menyimpulkan dengan sangat yakin bahwa Rosulullah telah dikudeta oleh para sahabat.

Memang sangat sukar untuk sampai pada kesimpulan seperti itu mengingat banyaknya kontradiksi yang seolah-olah menentang kesimpualn ini. Misalnya saja sebuah logika yang dikembangkan (oleh yang menentang kesimpulan tersebut) yaitu jika para sahabat mengkudeta Rosul berarti Rosul telah gagal menjalankan misinya. Logika ini saya patahkan dengan memahami misi Rosul yang sebenarnya. Sebagaimana misi para rosul sebelumnya dan juga diperkuat dengan beberapa ayat dalam Al Qur'an, misi Rosulullah hanyalah menyampaikan risalah. Adapun hasilnya adalah tidak lagi menjadi tanggungjawab beliau. Dalam salah satu ayat Al Qur'an Allah berfirman: "Bukan urusanmu (Muhammad) mengenai apa yang akan terjadi pada mereka hingga Allah mengazab mereka atau mengampuni mereka."

Kontradiksi lainnya adalah adanya "kesepakatan bersama" atau konsensus seluruh sahabat terhadap apa yang mereka lakukan paska wafatnya Rosulullah. Mengingat adanya hadits kuat bahwa ummat Islam tidak akan bersepakat terhadap kezaliman, maka konsensus tersebut adalah sesuatu yang baik dan benar. Pendapat ini membantah klaim kaum Shiah bahwa Ali, Fathimah dan ahlul bait (keluarga Rosul) serta sebagian sehabat tidak ridho dengan kepemimpinan para sahabat, khususnya Abu Bakar, Umar dan Usman. Untuk masalah ini, saya menolaknya dengan alasan konsensus tentang kepemimpinan para sahabat tidak dilakukan dengan dasar keikhlasan. Perlu diketahui bahwa sebagian sahabat utama seperti Saad bin Ubadah sang pemimpin kaum Anshar dan juga putri Rosul Fathimah Az Zahra, tidak pernah setuju dengan kepemimpinan Abu Bakar sepanjang hidupnya (Fatimah meninggal 6 bulan setelah Abu Bakar dibaiat menjadi khalifah dan Saad bin Ubadah meninggal pada masa kekhalifahan Umar). Adapun mengenai pembaiatan yang dilakukan Ali bin Abi Thalib terhadap Abu Bakar "terpaksa" dilakukan karena kebesaran hati Ali yang mengkhawatirkan terjadinya perpecahan umat Islam. Hal itu dikatakan langsung oleh Ali dalam kitab "Nahjul Balaghah" khotbah ketiga. Dalam khotbah tersebut Ali mengatakan: "Kedudukan saya dengan kepemimpinan umat adalah laksana sumbu dengan rodanya.". Adapun fragmen kebenaran yang tercecer dalam kitab "Shahih" Bukhari/Muslim tanpak dalam bab "Pembaiatan Ali". Dalam kitab yang oleh sebagian besar umat Islam sebagai kitab paling valid setelah Qur'an ini terjadi dialog sbb: Ali: "Bukankah Anda mengetahui bahwa untuk urusan kekhalifahan ini saya lebih berhak daripada Anda?". Abu Bakar menjawab: "Saya tidak bermaksud merampas hak Anda, tapi saya hanya menjalankan keinginan masyarakat."

Baiklah saya akan melakukan analisis terhadap fragmen-fragmen sejarah yang tercecer tersebut. Meski banyak sekali hadits yang menunjukkan keutamaan Ali dan penunjukan Ali sebagai pengganti Rosul, saya hanya akan mengkonsentrasikan pada beberapa langkah politik yang dilakukan Rosul yang menunjukkan keridhoan Rosul kepada Ali sebagaimana beliau umumkan kepada para sahabat dalam Perang Khaibar: "Besok bendera (komando) akan saya berikan kepada seseorang yang diridhoi Allah dan Rosulnya!" dan bendera itu ternyata diberikan kepada Ali. Tidak ada seorang pun sahabat yang diproklamirkan kemuliaannya yang sedemikian tinggi seperti Ali.

Pada peristiwa haji Wada Rosulullah memberikan kembali memberikan keistimewaan kepada Ali. Ketika sebagian besar sahabat tidak bisa menunaikan ibadah haji karena tidak membawa hewan kurban dan karenanya hanya dianggap sebagai umroh saja, Ali yang tidak membawa binatang kurban karena baru menunaikan tugas kenegaraan di Yaman, oleh Rosulullah diberi hewan kurban sehingga tetap bisa menunaikan ibadah haji.

Beberapa bulan setelah haji Wada, Rosulullah sakit keras. Pada saat itu Rosul masih tetap menjalankan tugasnya sebagai kepala negara. Misi terakhir yang diperintahkannya adalah pengiriman tentara atau ekspedisi yang dipimpin oleh Usama bin Zaid, seorang pemuda remaja putra Zaid bin Haritshah yang merupakan anak angkat Rosulullah dan telah syahih dalam Perang Mut'ah. Penunjukan Usama bukan tanpa maksud politis. Rosul ingin menununjukkan kepada para sahabat bahwa masalah kepemimpinan tidak tergantung pada kesenioran, tapi pada kualitas. Seluruh sahabat senior termasuk Abu Bakar, Umar dan Usman diwajibkan ikut dalam ekspedisi tersebut. Namun anehnya Ali tidak diikutkan dalam ekspedisi ini. Ini tidak lain karena Rosulullah tidak ingin langkah politiknya mengangkat Ali sebagai pengganti beliau tidak menghadapi halangan dari para sahabat yang telah menunjukkan resistensinya terhadap kepemimimpinan Ali.

Dan sebagai bentuk resistensi, para sahabat senior menolak ekspedisi ini sehingga Rosul marah. Dengan bersandarkan pada pundak Ali dan Ibnu Abbas karena kondisi sakit, Rosulullah mendatangi para sahabat yang menolak pemberangkatan ekspedisi, menyerukan kembali keberangkatan ekspedisi dan mengutuki mereka yang menolaknya. Namun ekspedisi tetap saja tidak berjalan sebagaimana seharusnya melainkan terhenti di Jurf, perbatasan Medinah.

Kemudian datanglah pembangkangan yang sebenarnya, hari Kamis, empat hari sebelum kematian Rosulullah. Pada saat itu di rumahnya, Rosulullah memerintahkan dituliskan wasiat yang akan diberikannya kepada ummat Islam. Kemungkinan besar salah satunya adalah mengenai kepemimpinan umat sepeninggalnya. Ini adalah yang paling rasional karena Rosul, orang yang sangat menyayangi ummatnya sebagaimana dinyatakan dalam Al Qur'an, tentu tidak akan meninggalkan umatnya dalam kondisi cerai berai. Tapi Umar, orang yang seharusnya berada dalam pasukan pimpinan Usamah, dengan keras menolak
perintah Rosul dengan alasan: Umat tidak butuh wasiat Rosul karena sudah memiliki Al Qur'an, seolah ia lupa dengan firman Allah bahwa semua perkataan Rosul adalah berdasarkan ilham yang diberikan Allah dan Rosul adalah orang yang paling mengerti tentang Al Qur'an.

Para sahabat pun terpecah menghadapi situasi ini. Sebagian menyetujui pendapat Umar, sebagian lainnya berkeras memenuhi permintaan Rosul. Para istri dan anak perempuan Rosul Fathimah (ahlul bait yang disucikan Allah dalam surat Al Ahzab: 33) mengecam perilaku Umar. Tapi Umar balik mengecam mereka: "Kalau Rosul sehat kalian menggelantungi punggungnya. Kalau beliau sakit kalian ribut menangisinya. Rosul pun kembali marah pada tingkah para sahabat itu. "Pergi kalian semua dari sini. Tidak patut kalian bertengkar di rumah Rosul!". Sebagian sehabat seperti Ibnu Abbas pun menangis melihat peristiwa ini dan menganggapnya sebagai kerugian besar bagi ummat Islam.

Umar sebenarnya sudah mengetahui apa isi wasiat yang akan dituliskan Rosul, yaitu pengangkatan Ali sebagai pemimpin ummat. Itulah sebabnya ia mencegahnya karena tidak ingin hal itu terjadi. Sebagaimana sebagian besar sahabat lainnya yang masih terikat dengan tradisi dan budaya asli Arab yang fanatik dengan kesukuan, mereka tidak menginginkan kepemimpinan dan kenabian berada di satu kabilah, yaitu bani Hasyim. Apalagi Ali relatif jauh lebih muda dibandingkan para sahabat senior.

Saat Rosul wafat, para sahabat senior tidak membuang-buang waktu untuk melaksanakan rencananya. Untuk "buying time" Umar membuat kegaduhan dengan pendapatnya yang menolak kematian Rosul seraya mengancam siapapun yang mengatakan Rosul telah wafat dengan pedang. Ini dilakukan agar Abu Bakar, yang saat itu berada agak jauh dari rumah Rosul, memiliki waktu untuk datang dan melaksanakan rencana selanjutnya. Dan setelah Abu Bakar datang, mereka segera berangkat ke Saqifah (semacam balai desa kaum Anshar) untuk merebut jabatan kepemimpinan dari kaum Anshar yang saat itu tengah mengadakan rapat membahas kepemimpinan umat. Abu Bakar dan Umar tahu, mereka harus bertindak cepat karena Ali dan keluarga Rosul tengah sibuk mengurusi jenazah Rosul. Dan akhirnya setelah melalui drama yang menegangkan, di antaranya adu debat dan adu fisik antara Umar dengan seorang anak Saad bin Ubadah, Umar berhasil mewujudkan ambisinya, merebut kepemimpinan dari Ali dan keluarga Rosul.

Selanjutnya setelah Abu Bakar menjadi khalifah, kebijakan pertama yang diambil adalah merampas hak pengelolaan tanah Fadak dari keluarga Rosul. Abu Bakar tahu, dengan kepemilikan tanah Fadak yang subur dan luas, keluarga Nabi memiliki kekuatan modal untuk merebut kembali kepemimpinan ummat.

Kharakter Umar mengingatkan saya pada seorang sahabat Isa al Masih bernama Peter. Ia dikenal sebagai seorang murid yang kasar perilakunya karena latar belakang keilmuwan yang rendah. Dalam salah satu kitab Injil gnostik yang menjadi bagian kumpulan kitab-kitab kuno dalam manuskrip "Gulungan Laut Mati" dan "Nag Hammadi", Peter mengecam Isa saat beliau mencium istrinya, Maria Maghdalena (bagi umat Islam, jangan sekali-kali berfikir nabi Isa tidak mempunyai istri karena Allah sendiri sudah menyatakan bahwa para Rosul mempunyai istri-istri dan keturunan dan tidak ada satu ayatpun yang menunjukkan adanya seorang rosul yang tidak beristri). Peter juga pernah menghina Maria Maghdalena di hadapan para sahabat hingga mengundang keributan antar para sahabat nabi Isa. Tragisnya, atas kehendak Allah dan agar menjadi ujian umat nabi Isa, Peter justru berhasil membangun institusi gereja yang eksis hingga kini, yaitu Gereja Vatican.

Saturday 2 January 2010

Para Pembela Palestina Akhirnya Berhasil Terobos Gaza


Dari: almanar.com.lb, 3 Januri 2009
Untuk: perjuangan Palestina

Judul Asli: "Marchers to Gaza Gather in Cairo; Egypt to Allow 100 Persons into the Strip


30/12/2009 Protest leaders stranded in Cairo accepted an Egyptian offer on Tuesday to allow only 100 out of about 1,300 protesters into blockaded Gaza after the activists staged demonstrations and a hunger strike.

The decision split delegates from more than 40 countries who came to Cairo planning to reach the Palestinian enclave, which shares the Rafah border crossing with Egypt.

Some organizers said Egypt's offer was a victory after it initially refused to allow any of the protesters into the Gaza Strip for the Gaza Freedom March, which is scheduled to take place on Thursday. "It's a partial victory," said Medea Benjamin, an American activist and one of the demonstrations organizers. "It shows that mass pressure has an effect."

They said the foreign ministry offered to let them choose 100 delegates who would be allowed into Gaza. They were due to leave Cairo for Gaza on Wednesday morning.

On Tuesday, hundreds of the frustrated activists gathered to press their case on the front steps of the Egyptian Journalists Syndicate here, holding “Free Gaza” signs and chanting, “Let us go.”

Activists have staged demonstrations and sit-ins around Cairo to push for entry to Gaza. Dozens of French activists camped out in front of their embassy in Cairo after being refused passage.

The offer, however, angered many of the activists. A French organizer rejected it as divisive and said the sit-in in front of the French embassy would continue. "This just gives the Egyptian government a photo-up and the chance say we allowed people through," said Bassem Omar, a Canadian protester. Activists left behind in Cairo said they planned further protests.

Egypt had said it barred the protesters because of the "sensitive situation" in Gaza. It has refused to permanently open the Rafah crossing since the Hamas took over Gaza in 2007, prompting Israel's blockade, but opens it for a few days every month.

Egyptian Foreign Minister Ahmed Abul Gheit said earlier at a press conference that his country would allow some of the protesters to enter Gaza. "We are looking into allowing a limited number...in the coming days," he said. He accused other protesters of "conspiring" against Egypt. “Those who tried to conspire against us, and they are more than a thousand, we will leave them in the street,” he said.

Egypt has vigorously contested allegations of complicity in the blockade of Gaza, which was devastated last winter during an Israeli aggression against the Strip that killed more than 1,400 Palestinians, including 420 children and injured over 5300 others.

Egypt repeatedly refused to open its border ahead of the planned march, citing what its officials said were “security reasons,” but participants in the march flew to Cairo anyway, hoping the government would relent. “We have not come to Egypt to create trouble or cause conflict,” organizers of the march wrote in an open letter to Egypt’s president, Hosni Mubarak. “We have come because we believe that all people — including the Palestinians of Gaza — should have access to the resources they need to live in dignity.”

The letter said the group, which is urging Israel to lift its blockade, raised tens of thousands of dollars for medical aid, school supplies and clothing to take to Gaza.

Separately, organizers of another aid convoy trying to reach Gaza - Viva Palestina led by British MP George Galloway - said it would head to Syria en route for Egypt after being stranded in Jordan's Red Sea port of Aqaba for five days. They had planned to drive to Gaza from the Red Sea port of Nuweiba - the most direct route - but Egypt insisted the convoy could only enter through El-Arish, on its Mediterranean coast.

International activists have been challenging Israel’s control of Gaza’s waters, sending in boats to bring in supplies and convey support; Israel has blocked many.

Ironi Sistem Hukum Jerman: Kriminalis Yahudi Menjadi Pahlawan


Dari artikel "One Sick Jew Enjoying Demjanjuk’s Show Trial" oleh Christopher Bollyn

Keterangan gambar: Michel Friedman di sidang pengadilan Demjanjuk. Demjanjuk tampak kesakitan di atas kursi rodanya.



Pengaruh kuat yahudi dalam sistem hukum dan politik Jerman tampak jelas dalam konstitusi Jerman yang dibentuk paska menyerahkan Jerman dalam Perang Dunia II. Sebagaimana undang-undang dasar Jepang yang seharusnya sudah diganti setelah Jepang dan Jerman membayar kompensasi perang, undang-undang tersebut terus dipertahankan hingga sekarang (dengan kompenasai Jerman dan Jepang diberi kesempatan tumbuh menjadi kekuatan ekonomi, tapi bukan kekuatan politik apalagi militer).

Kebiasan sisten hukum tersebut tampak pada pengekangan kepada para sejarahwan jujur yang menulis sejarah perang dunia II sebenarnya atau para penulis yang berani menyinggung peran yahudi dalam perang dunia II. Di sisi lain sisten hukum tersebut membiarkan para yahudi kriminal bertindak sesukanya.

Hal ini tampak jelas sejelas matahari di siang hari dalam kasus pengadilan John Demjanjuk yang saat ini tengah berlangsung di Jerman. Demjanjuk, seorang tua renta 89 tahun yang sudah lumpuh, secara semena-mena diseret ke pangadilan setelah dideportasi dari Amerika dengan tuduhan sebagai penjahat perang dalam perang dunia II. Padahal Demjanjuk pernah menghadapi pengadilan serupa di Israel, dan dibebaskan karena tidak terbukti. Dan di pengadilan yang sama, seorang penjahat yang sebenarnya bernama Michel Friedman, menjadi penuntutnya.

Friedman, seorang tokoh yahudi adalah seorang kriminal yang pernah dihukum karena kasus narkoba dan prostitusi pada tahun 2003. Frideman adalah operator jaringan prostitusi yang sebagian besar korbannya adalah para wanita kulit putih. Sebagian besar mereka dikirim ke Israel untuk memuaskan hasrat seks orang-orang yahudi Israel, termasuk para rabbi-nya yang menganggap berhubungan seks dengan goyim (non-yahudi) adalah ibadah. Yang paling disukai adalah wanita berambut pirang dari Rusia atau Ukraina, karena di samping terkenal cantik kedua bangsa ini pernah menumpas orang-orang yahudi di masa lalu. Dengan menghinakan mereka, orang yahudi sekaligus membalas dendam.

Namun tentu saja semua itu tidak pernah diekspos di media massa yang notabene dikuasai yahudi. Tapi cobalah searching di internet mengenai Friedman. Bahkan wikipedia yang oleh para revisionis dianggap pro-yahudi, tidak bisa menghilangkan jejak kriminal Friedman.

Saya kutipkan data mengenai Friedman dari wikipedia:

From Wikipedia, the free encyclopedia
Jump to: navigation, search
Michel Friedman (born February 25, 1956 in Paris) is a German lawyer, former CDU politician and talk show host. He withdrew from public office and was disbarred after found guilty of possession of cocaine and allegations of fostering illegal prostitution. From 2000 to 2003 Friedman was vice president of the Central Council of Jews in Germany, and president of the European Jewish Congress from 2001 to 2003. From 1998 to 2003 he had his own show on German television.