"Saya akan memberi saran kepada Presiden untuk menolak gencatan senjata karena alasan-alasan berikut:
Pertama, hal itu tidak menghargai jasa ratusan teman-teman kami di militer yang telah mengorbankan nyawanya demi menjaga keamanan negeri ini. Bagi saya hal ini seperti sebuah pengkhianatan atas kemajuan yang tengah kami alami setelah berbulan-bulan terlibat pertempuran. Kami ingin menghabisi teroris-teroris asing itu dan rakyat percaya dengan kami. Kami tengah berada dalam posisi militer terkuat saat ini karena pengorbanan teman-teman kami.
Kedua, suatu gencatan senjata, meski hanya 96 jam, akan memungkinkan musuh-musuh beristirahat dan memperkuat diri, mendapatkan lebih banyak suplai senjata berat yang disediakan negara-negara Arab Teluk dengan restu Amerika yang telah menyediakan "senjata-senjata tidak mematikan" seperti alat penglihat malam hari dan perlengkapan-perlengkapan sejenisnya. Sebagai anggota militer saya yakinkan Anda bahwa dalam banyak situasi "senjata-senjata tidak mematikan" semacam itu lebih mematikan daripada satu peti senjata api.
Mengapa kami harus memberi mereka hadiah semacam itu (gencatan senjata)? Apakah Anda pikir al Qaida dan teroris-teroris Afrika Utara dan Arab itu akan melakukan ibadah pada Idhul Adha? Apakah Anda pikir mereka akan sholat I'd dan kemudian menyembelih kambing dan onta untuk dibagikan kepada rakyat miskin? Atau berdo'a kepada Tuhan dan memohon ampun? Tidak teman, saya yakinkan Anda mereka tidak akan melakukannya. Mereka akan menggunakan gencatans senjata untuk memulihkan diri dan memperpanjang kekacauan dan terorisme. Presiden kami sangat bijak dan mengetahui ini semua.
Kami akan mengalahkan proyek zionisme yang bermaksud hendak menghancurkan "Perlawanan" anti-Israel ini, namun kami tidak bisa melakukannya dengan menghentikan momentum kemenangan yang tengah berada di pihak kami. Kami telah meraih banyak kemajuan di medan perang yang tidak akan Anda lihat di media-media massa seperti "al Jazeera", "al-Arabiya" (juga TVOne; blogger), namun itulah yang sebenarnya terjadi. Kami akan mengajak Anda melihat sendiri jika Anda mau. Mungkin ada beberapa komandan militer yang menyukai gencatan senjata, namun sebagian besar setuju dengan pandangan saya. Saya yakin Presiden akan menuai banyak kritikan dari rakyat dan dari para komandan militer jika mengabaikan pandangan kami ini.
Saya harap tidak akan ada gencatans senjata di hari Idhul Adha kecuali masyarakat internasional bisa menjamin tidak ada aktifitas-aktifitas militer yang bisa mendapatkan keuntungan darinya. Masalahnya adalah, kepercayaan adalah masalah terbesar yang kami hadapi. Siapa yang bisa menjamin itu semua?
Kami beri Anda satu contoh. Antara kota Homs dan Damascus terdapat delapan pos penjagaan, jadi jalan raya antara keduanya relatif aman. Pemberontak punya kebiasaan menggunakan teror dan taktik "serang dan lari". Mereka merancang suatu serangan terhadap suatu pos penjagaan yang kemudian disiarkan ke media-media massa barat untuk mendapatkan gambaran bahwa mereka meraih kemajuan. Kemudian setelah pasukan kami datang, mereka pun melarikan diri. Ini adalah semacam perang psikologis, namun dalam peperangan perang hal itu adalah sesuatu yang penting. Tujuan mereka adalah untuk mendapatkan dukungan dari luar sekaligus melemahkan mental rakyat, tentara dan pemimpin-pemimpin kami. Mereka pada akhirnya akan kalah, namun gencatan senjata akan memperpanjang nafas mereka."
KETERANGAN:
Di atas adalah pernyataan seorang perwira militer Syria kepada Franklin Lamb tentang ide gencatan senjata Idhul Adha yang digagas oleh utusan khusus PBB-Liga Arab di Syria, Lakhdar Brahimi.
Franklin Lamb adalah seorang jurnalis dan profesor hukum internasional Amerika yang kini menetap di Lebanon. Penulis buku "Israel’s 1982 War in Lebanon, International Legal Responsibility for the Sabra-Shatila Massacre, The Price We Pay" dan "The Case for Palestinian Civil Rights in Lebanon". Bersama putrinya kini menjadi sukarelawan di "Palestine Civil Rights Campaign and the Sabra-Shatila Foundation" dan menjadi kolumnis aktif di "Almanar" dan "Press TV".
Sumber: "Syria on the ground vs. Syria on Western airwaves"; Franklin Lamb; Press TV; 22 Oktober 2012
mantap mas cahyo, mas saya mau mengajak mas untuk meluruskan segala bentuk informasi di media arrahmah.com, beritanya lebih buruk dari TV One.. mohon tanggapannya, terimakasih.
ReplyDeleteNo problem. Sebarkan saja info-info dalam blog ini ke publik sebanyak-banyaknya. Untuk diskusi juga boleh
ReplyDelete322saya heran dengan orang2 indonesia,yang tidak tau apa2 berkoar koar mendukung pembunuh rakyat suriah .. jelas2 sering sekali kita dengar dan kita liat sendiri di youtube bagaimana mereka membunuh masyarakat
ReplyDeletesya heran masih ada orang yang menelan mentan-mentah propagana zionis dan antek-anteknya.
ReplyDeleteBaca tulisan-tulisan di blog ini ttg Syria atau Lebanon dll. Sama sekali bukan "tidak tahu apa-apa".
Saya juga heran..tdk tahu apa2 tapi seakan2 lebih tahu dari orang yg sedikit banyak lebih tahu dan mau memberitahu pada orang yg tahu bahwa dia lebih tahu tapi sebenarnya tdk tahu tentang apa yg mau dia beritahu...ha.ha.ha.ha
ReplyDelete