Hubungan Indonesia dengan Malaysia kembali memanas setelah munculnya satu tulisan di harian "Utusan" Malaysia yang mengecam mantan presiden Habibie sebagai "pengkhianat" dan menyamakannya dengan "pengkhianat" Malaysia, Anwar Ibrahim.
Kecaman tersebut ditulis oleh mantan menteri penerangan Malaysia dan tokoh partai berkuasa Malaysia UMNO, setelah Habibie menemui Anwar Ibrahim di Malaysia. Pertemuan tersebut tentu saja mendapat perhatian publik Malaysia yang menganggap Anwar sebagai tokoh antagonis, dan menganggap kunjungan Habibie sebagai bentuk dukungan kepadanya dan karenanya dianggap telah melukai perasaan rakyat Malaysia.
Bagi yang belum memahami siapa Anwar, silakan simak fakta-fakta berikut: ia adalah anggota sebuah organisasi zionisme yang bermarkas di Timur Tengah, ia pernah menyatakan "akan melindungi hak-hak negara Israel" dan ia mengecam UU anti homoseksualisme sebagai usang dan ketinggalan jaman.
Awalnya dahulu ketika masih menjadi seorang "liberal idiot" yang menganggap berita dan tulisan-tulisan di media massa "mapan" sebagai kebenaran sejati, saya sangat mengagumi Anwar Ibrahim. Media-media massa nasinal Indonesia menyebutnya sebagai tokoh Islam yang moderat, bijak dan progressif meski selama kiprahnya di dunia politik tidak ada satupun aspirasi ummat Islam yang diperjuangkannya. Kini saya sudah tidak idiot lagi dan media massa tidak bisa lagi mengibuli saya.
Pada bulan Februari tahun 2011 lalu publik Malaysia digemparkan dengan munculnya video seks Anwar Ibrahim dengan seorang wanita muda di sebuah kamar hotel. Dalam video tersebut tampak Anwar Ibrahim ditemani asistennya yang memiliki panggilan Elsay, yang sibuk memeriksa keamanan kamar sebelum meninggalkan Anwar bersama si wanita muda.
Setelah video tersebut beredar luas di masyarakat, Elsay akhirnya memberikan kesaksian di depan publik bahwa dia dan Anwar Ibrahim memang benar orang-orang yang tampak di dalam video tersebut. Untuk memperkuat kesaksiannya itu Elsay mengaku memiliki jam tangan merek "Omega" milik Anwar yang tertinggal di kamar hotel. Tidak hanya itu Elsay bahkan menyatakan kesediaannya menjalani uji kebohongan. Terakhir, Elsay rela menjalani "muhabalah" yaitu sumpah di atas sumpah atau istilah bekennya "sumpah pocong". (Muhaballah sama sekali bukan suatu perbuatan yang "ngawur" akibat identifikasinya dengan "sumpah pocong" yang bahasanya berkonotasi negatif. Muhaballah atau sumpah pocong adalah satu syariat dalam Islam yang juga telah dipraktikkan oleh Rosulullah kala menghadapi kebohongan utusan-utusan kaum Kristen Najran, Yaman).
Menanggapi kesaksian Elsay itu Anwar, yang didukung anak dan istrinya hanya mengatakan bahwa istrinya masih menyimpan jam "Omega" miliknya tanpa bersedia menunjukkannya. Anwar juga menolak menjalani tes kebohongan dan terlebih lagi "sumpah pocong".
"Tidak relevan itu semua!" kata Anwar tentang tantangan menunjukkan jam tangan "Omega", uji kebohongan dan "sumpah pocong" yang diajukan Elsay.
Case closed! Anwar Ibrahim dan keluarganya telah berbohong.
Dukungan Habibie kepada Anwar Ibrahim ini mengingatkan kembali pada peristiwa pertemuan Habibie dengan putri sulung Anwar Ibrahim di sela-sela pertemuan antara Habibie dengan Presiden Filipina Estrada di Batam sekitar akhir tahun 1998. Saat itu pun pertemuan tersebut sudah mengundang kemarahan pemerintah Malaysia.
Jadi mengapa Habibie memberikan dukungan pada seorang pendukung zionis yang pembohong dan pezina seperti Anwar?
Untuk memahami hubungan Habibie dengan Anwar, kita harus melihat dari perspektif global. Ketika terjadi krisis moneter di kawasan Asia Timur dimana Indonesia dan Malaysia menjadi korban terparah selain negara-negara lain, Indonesia dan Malaysia memilih jalan berbeda untuk mengatasi permasalahannya. Malaysia menolak uluran tangan IMF sementara Indonesia menerimanya.
Akibatnya dari perbedaan jalan itu, dampak yang diterima kedua negara juga berbeda. Kurs mata uang Malaysia relatif stabil dan Malayia pun selamat dari krisis. Sementara Indonesia yang menerima uluran tangan IMF justru semakin parah kondisinya. Krisis ekonomi pun berubah menjadi krisis sosial politik yang mengantarkan Indonesia ke fase "reformasi" dengan dampak utama: berkuasanya neo-liberalisme yang ditandai dengan membengkaknya hutang luar negeri dan jatuhnya asset-asset strategis ke tangan asing. Sampai saat ini pun kita masih merasakan dampaknya, berupa subsidi bunga rekapitulasi perbankan yang harus dibayarkan kepada perbankan dan lembaga keuangan asing hingga puluhan triliunan setiap tahunnya.
Perdana Menteri Malaysia Mahatthir Mohammad telah melihat konspirasi zionis di balik krisis moneter dan gerakan reformasi. George Soros, "Bapak Gerakan Reformasi Global" dan zionis sejati, tangan kanan dari para bankir kapitalis yahudi global, memborong mata uang dollar di pasar uang Asia Tenggara pada saat sebagian hutang luar negeri jangka menengah negara-negara Asia Timur jatuh tempo. Akibatnya terjadi krisis moneter dengan nilai tukar mata uang negara-negara Asia Timur anjlok secara drastis. Itulah sebabnya Mahathir menolak tawaran bantuan IMF yang ia tahu justru akan menjerumuskan negara dalam kubangan hutang. Mahathir juga melihat wakilnya, Anwar Ibrahim menjadi agen zionisme yang akan membuka jalan bagi berkuasanya neo-liberalisme di Malaysia. Maka Mahathir memecat Anwar dari jabatannya dan memenjarakannya karena kasus asusila.
(BERSAMBUNG)
Sangat tidak setuju kalo Habibie di salahkan. Pertama, karna Habibie jelas bukan orang yg mengerti apa itu Politik. Apa itu Zionist. Dan bagaimana kartel2 menyerang dari setiap sisi, mengurungnya dg inflasi. HArus di ingat, penguasa2 perdagangan di Indonesia kebanyakan China yg berhubungan dengan kartel2 zinist Rothschild & Rockefeller, anda sepertinya tidak mengerti Politik itu apa. Politik itu area abu2. Bahkan kartel menggunakan senjata2 tak terlihat, badan intelijen, menyusup melalui militer & teknologi Nicola Tesla yg dapat menciptakan gempa bumi (melalui teknologi HAARP). Seorang Habibie bukan teknokrat ekonomi, dan tak satupun pemerintahan model demokrasi di persiapkan mengerti Uang Fiat & bagaimana ekonomi seharusnya di atur. Apalagi masa jabatannya hanya selama 6 bulan, sangat tidak relevan di masa2 kritis menyalahkan seorang Habibie. Justru yg harus di curigai orang2 di sekelilingnya, karena keputusan seorg Presiden bukan berarti keputusannya sendiri, ia mendengar pendapat2 ahli2 yg semuanya adalah masih dari kabinet Soeharto, masa transisi adalah masa2 tersulit, tidak akan mudah melihat kebenaran apalagi memahami masalah ekonomi karna setiap presiden tak di siapkan untuk mengerti itu, itu juga terjadi di Amerika. Semua hanya permainan penguasa Bank Sentral & Penguasa Pasar Modal yg saling bekerja sama, penguasa2 perusahaan2 transportasi yg dg mudah menciptakan stop suplai barang yg berakibat kesulitan rakyat sehingga rakyat berfikir pemerintahlah yg bersalah, padahal pemerintah tidak berkuasa atas perusahaan2 kargo, gudang & transportasi (kebanyakan di miliki Kartel2 swasta yg sejalan dg rotary grup kartel Rockefeller). Perusahaan2 swasta raksasalah pemerintahan2 setiap negara2 demokrasi sebenarnya, merekalah yg mengatur transportasi, suplai buka tutup barang2 kebutuhan dalam jumlah raksasa, baik kartel Bank maupun perusahaan2 swasta yg terjaring dalam rotary merupakan gurita raksasa yg memainkan peran lebih mengerikan. Anda bahkan tidak menyadari itu. Seharusnya anda lebih banyak berkenalan orang2 dari Badan Intelijen pembelot, sehingga anda tahu siapa musuh sebenarnya. Bukan suatu negara, bahkan penjahat tidak harus orang Yahudi, anda bisa menjadi seorang Zionist tanpa harus bertukar agama Yahudi, boleh beragama Kristen, Islam, Budha, Hindu, ato kepercayaan apapun, bisa China, India, China, Sunda, Bali, terserah. Penjahata tetaplah penjahat seperti dalam Film Pirates Carribean. Apakah dalam film itu di jelaskan bahwa penjahat harus orang Yahudi? Tidak! Bahkan Penguasa zionist bukanlah seorg Yahudi. Ia sebenarnya keturunan Kazar. Yahudi di adu domba, Islam di adu domba, semua agama di adu domba demi keuntungan industri2 senjata2nya. Jadi tebak sendiri siapa yg di untungkan dalam perang2. Bukan Amerika, bukan Afganistan, bukan Irak ato Rusia ato China ato negara manapun. Semua di rugikan. Yg mendapat keuntungan adalah Bank & Perusahaan2 Swasta!!! Itu kalo anda belajar Ekonomi, Uang Fiat, dan sejarah Perbankan dan penipuan2 sejarah. Itulah Fitnah Dajjal! Semua orang di adu domba untuk keuntungan, Devide at Impera, profit dg menghutangkan uang fiat ke setiap negara yg saling berperang, profit dg penjualan2 senjata, penjualan2 bijih2 baja, mesiu dan profit teknologi perang. Berlaku untuk semua negara, kecuali raksasa Bankir & penguasa Industri Teknologi Rothschild & Rockefeller! Silahkan pelajari perusahaan2 yg berkaitan dg kedua grup itu. Anda baru tahu Dajjal sebenarnya, merekalah! Kedua orang itu! Penguasa Komite 300 di Eropa, yg bahkan mengorbankan warga2 negara2nya sendiri, dan memilih orang2 yg di perlukan dan menguntungkan saja untuk industri dan kerajaan bisnisnya sendiri!
ReplyDeleteto unknown
ReplyDeletejustru karena itulah saya menyalahkan seorang habibie. seorang pemimpin harus bijaksana, mengetahui banyak hal karena itu semua akan dipertanggungjawabkan kelak di hadapan-Nya. Apakah seorang pemimpin bisa mengelakkan tanggungjawab dengan alasan tidak tahu, sembari ketawa-ketiwi dan bangga dengan sanjung puja sementara jutaan rakyat menderita?
Blog ini dimaksudkan untuk memberi pencerahan pada semua orang, termasuk para pemimpin yg tidak mengetahui kebenaran.
Kalau anda baca lengkap blog ini, anda mungkin akan tahu bahwa saya juga cukup banyak mengetahui hal-hal yg anda sebutkan.
Btw terima kasih atas komentarnya.
jaman telah berubah, rupanya kini justru bangsa kita Indonesia ini yg telah menjadi sarang banyak "USEFUL IDIOT"
ReplyDelete"Soros memborong mata uang dollar di pasar uang Asia Tenggara".
ReplyDeleteSoros memborong dollar itu menukarnya dengan apa? apakah dgn emas? bukankah rugi dia kalau melepas emas utk beli dollar?
Najm, ma'af Anda terlalu na'if. Banyak cara memborong dolar bagi orang yang memiliki aset "tak terbatas". Dengan surat berharga, dengan komoditi-komoditi berharga, dlsb. Kalaupun ia memborongnya dengan emas, ia tetap dapat untung besar karena dolar yang dimilikinya kemudian nilai tukarnya melonjak sampai 10 x lipat terhadap rupiah, dan bisa membeli apa saja di Indonesia termausk perusahaan-perusahaan dan aset-aset strategis. Inilah yg terjadi paska reformasi.
ReplyDelete