Di sebagian kalangan masyarakat media sosial dunia saat ini muncul gerakan “boikot Toyota”.
Gerakan yang sejauh ini belum muncul sebagai sebuah gerakan nyata besar-besaran itu dipicu oleh keresahan masyarakat oleh fenomena “invasi Toyota” di Irak, yaitu penggunaan ratusan kendaraan Toyota oleh kelompok militan teroris terafiliasi Al Qaida, ISIS, dalam offensif mereka merebut kota Mosul dan beberapa kota lainnya di Irak baru-baru ini.
Keberadaan mobil-mobil Toyota itu sangat mencolok mata. Dalam kondisi baru, seragam dengan warna putih sebagaimana kendaraan misi perdamaian PBB, keberadaan mobil-mobil itu menimbulkan pertanyaan tentang asal-usulnya.
Bukankah ISIS itu kelompok teroris yang beroperasi diam-diam dan selalu dikejar-kejar aparat penegak keamanan di seluruh dunia? Bagaimana mereka mendapatkan ratusan Toyota mulus itu?
Pertanyaan ini bisa dijelaskan oleh sebuah kesimpulan analisis bahwa Amerika tengah melakukan invasi kembali atas Irak dengan menggunakan ISIS sebagai kedoknya.
Bahkan dengan ribuan pasukan Toyota itu seharusnya ISIS tidak bisa mengalahkan tank-tank pasukan Irak, apalagi dengan mudah, sebagaimana saat mereka mengalahkan pasukan Irak di kota-kota besar Mosul, Kirkuk dan Tikrit. Senapan mesin di bak belakang Toyota-Toyota itu tidak akan melukai tank-tank Irak, apalagi menghancurkannya.
Namun yang terjadi adalah pasukan Irak mengalami kebingungan karena sistem komunikasi mereka kacau balau. Akibatnya, puluhan ribu pasukan Irak memilih melarikan diri dari posnya daripada melawan serangan ISIS.
Sunday, 29 June 2014
Monday, 23 June 2014
MOHON MA'AF
SALAM
Teman-teman pengunjung setia blog ini. Mohon ma'af jika selama beberapa bulan ini tidak ada kabar perkembangan blog ini. Karena suatu keadaan yang tidak bisa saya jelaskan di sini, maka saya meninggalkan aktifitas ngeblog.
Bukan sengaja saya membuat kecewa teman-teman pengunjung blog dengan tidak meninggalkan pesan apapun. Namun sungguh, karena kesedihan saya harus berhenti dari aktifitas ngeblog, maka saya tidak bisa menuliskan pesan apapun.
Mohon do'a restunya agar saya bisa kembali aktif ngeblog lagi.
Terima kasih atas atensinya selama ini.
Teman-teman pengunjung setia blog ini. Mohon ma'af jika selama beberapa bulan ini tidak ada kabar perkembangan blog ini. Karena suatu keadaan yang tidak bisa saya jelaskan di sini, maka saya meninggalkan aktifitas ngeblog.
Bukan sengaja saya membuat kecewa teman-teman pengunjung blog dengan tidak meninggalkan pesan apapun. Namun sungguh, karena kesedihan saya harus berhenti dari aktifitas ngeblog, maka saya tidak bisa menuliskan pesan apapun.
Mohon do'a restunya agar saya bisa kembali aktif ngeblog lagi.
Terima kasih atas atensinya selama ini.
Bila AS Bermaksud Jerumuskan Iran di Irak
Medan, Juni 2014 -- Sudah sangat jelas motif di balik invasi kelompok militan wahabi ISIS di Irak. Pertama adalah memecah belah Irak menjadi 3 negara berdasarkan etnis-agama Shiah, Sunni dan Kurdi, dan kedua adalah menjerumuskan Iran dalam perang tak berkesudahan yang menggerogoti kekuatan Iran.
Motif pertama terlihat jelas dengan tindakan ISIS yang meninggalkan kota Kirkuk begitu saja dan memberikannya kepada kelompok milisi bersenjata Kurdi. Dengan dikuasainya kota minyak Kirkuk oleh milisi bersenjata Kurdi maka membuat peluang terbentuknya negara merdeka Kurdi di Irak utara semakin besar, setelah sebelumnya telah terbentuk wilayah otonomi Kurdi.
Adapun motif kedua terlihat dari “sikap manisnya” AS terhadap Iran setelah invasi ISIS, sementara selama ini AS seolah tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan untuk memusuhi Iran.
Setelah jatuhnya Mosul dan Tikrit dan ISIL pun mendekati Baghdad, secara tiba-tiba Menlu AS John Kerry menyatakan bahwa “AS membuka kesempatan untuk bekerjasama dengan Iran dalam upaya mencegah kejatuhan pemerintah Irak”.
Tidak hanya itu, Inggris, sekutu terpercaya AS pun tiba-tiba mengumumkan akan membuka kembali kantor kedubesnya di Iran setelah bertahun-tahun tutup. Menlu Inggris William Hague menyebutkan bahwa rencana itu mencerminkan “hubungan hangat” antara Iran dengan negara-negara barat atas kriris di Irak.
Sementara itu New York Times (NYT) melaporkan bahwa negara-negara barat dan Iran tengah mencari “kepentingan-kepentingan keamanan bersama” di Irak. Lebih jauh NYT mengklaim bahwa barat dan Iran memiliki musuh yang sama di Irak, yaitu Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).
Motif pertama terlihat jelas dengan tindakan ISIS yang meninggalkan kota Kirkuk begitu saja dan memberikannya kepada kelompok milisi bersenjata Kurdi. Dengan dikuasainya kota minyak Kirkuk oleh milisi bersenjata Kurdi maka membuat peluang terbentuknya negara merdeka Kurdi di Irak utara semakin besar, setelah sebelumnya telah terbentuk wilayah otonomi Kurdi.
Adapun motif kedua terlihat dari “sikap manisnya” AS terhadap Iran setelah invasi ISIS, sementara selama ini AS seolah tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan untuk memusuhi Iran.
Setelah jatuhnya Mosul dan Tikrit dan ISIL pun mendekati Baghdad, secara tiba-tiba Menlu AS John Kerry menyatakan bahwa “AS membuka kesempatan untuk bekerjasama dengan Iran dalam upaya mencegah kejatuhan pemerintah Irak”.
Tidak hanya itu, Inggris, sekutu terpercaya AS pun tiba-tiba mengumumkan akan membuka kembali kantor kedubesnya di Iran setelah bertahun-tahun tutup. Menlu Inggris William Hague menyebutkan bahwa rencana itu mencerminkan “hubungan hangat” antara Iran dengan negara-negara barat atas kriris di Irak.
Sementara itu New York Times (NYT) melaporkan bahwa negara-negara barat dan Iran tengah mencari “kepentingan-kepentingan keamanan bersama” di Irak. Lebih jauh NYT mengklaim bahwa barat dan Iran memiliki musuh yang sama di Irak, yaitu Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).