Saturday 7 November 2015

Pabrik Mobil Khodro Iran Kembali Beroperasi di Suriah

Indonesian Free Press -- Sebagai bentuk mulai pulihnya kondisi ekonomi Suriah setelah konflik berdarah sejak tahun 2011 lalu sejak campur tangan militer Rusia tanggal 30 September lalu, pabrik mobil Khodro buatan Iran kembali beroperasi di Suriah.

Beberapa waktu terakhir Iran masih bisa mengekspor ratusan kendaraan merk Khodro ke Suriah, namun perusahaan pembuat mobil itu berencana akan mengoperasikan kembali pabriknya di dekat Damaskus, Suriah. Demikian kata Wakil CEO Khodro Saeed Tafazzoli kepada media seperti dilansir Press TV, Sabtu (7 November).

Langkah ini menyusul keberhasilan militer Suriah yang berhasil mengusir pemberontak dari wilayah pinggiran Damaskus dan Aleppo baru-baru ini.

Di bawah perjanjian baru antara Khodro dengan produsen mobil Suriah Siamco, perusahaan Iran itu akan menghentikan produksi mobil sedan merek Samand dan menggantinya dengan merek Soren ELX, Runna dan Dena.

Tafazzoli mengatakan Khodro dalam waktu dekat akan mengekspor 600 kendaraan ke Suriah dan 500 kendaraan lainnya ke Lebanon hingga akhir tahun ini.

Kunjungan Jokowi ke Amerika yang Terus Menuai Kontroversi

Indonesian Free Press -- Kunjungan Presiden Jokowi ke Amerika tanggal 26 Oktober lalu masih saja menuai kontroversi.

Pertama-tama kunjungan itu dikecam publik karena terkesan menafikan rasa empati seorang kepala negara terhadap rakyatnya yang masih dilanda kesengsaraan akibat bencana kabut asap yang diakibatkan pembakaran lahan oleh perusahaan-perusahaan yang diduga menjadi donatur kuat Jokowi pada pemilu lalu. Kemudian kabar tentang kedatangan Jokowi di Amerika yang tidak mendapat sambutan sebagaimana pemimpin negara besar.

Masih ada sejumlah kontroversi lainnya, seperti tentang ketakutan Jokowi akan ditinggalkan Amerika karena selama ini lebih banyak memperhatikan kepentingan Cina di Indonesia. Isyu ini dikaitkan dengan langkah Jokowi memperpanjang kontrak Freeport yang kontroversial menjelang kepergian Jokowi ke Amerika demi untuk menyenangkan Amerika. Namun yang paling mengagetkan publik dan sekaligus mempermalukan pemerintahan Jokowi adalah rumor tentang penggunaan broker untuk mempertemukan Jokowi dengan Presiden Amerika Barack Obama.

Sebagaimana diberitakan situs media nasional Republika hari Sabtu (7 November) pertemuan JOkowi dengan Barack Obama bulan Oktober lalu diduga melibatkan broker yang dibayar sekitar Rp 1 miliar untuk memfasilitasi pertemuan itu.

"Namun, kini muncul kabar tidak sedap terkait pertemuan tersebut. Hal itu terkait dengan peran di balik layar konsultan public relation (PR) Singapura yang membayar 80 ribu dolar AS atau sekitar Rp 1,08 miliar kepada sebuah broker atau pihak ketiga. Pihak ketiga itu memfasilitasi pertemuan kedua presiden tersebut. Dengan jasa broker, Jokowi akhirnya bisa bertemu Obama di Gedung Putih," demikian tulis Republika.

"Aktor" Tragedi Sandy Hook Hidup dengan Identitas Lain Sebagai Transgender

Indonesian Free Press -- Masih ingat tragedi penembakan massal Sandy Hook, yang oleh IFP dan media-media independen lain dinyatakan sebagai sebuah 'sandiwara maut' (false flag operation) untuk mendukung agenda pelarangan senjata api di Amerika?

Salah seorang 'aktor' dalam 'sandiwara maut' itu yang dinyatakan meninggal karena penembakan, guru wanita Ann Marie Murphy, ternyata masih hidup dengan identitas baru sebagai seorang transgender. Demikian situs Before It’s News mengabarkan, hari Kamis (5 November).

Menurut laporan itu, Ann Marie Murphy yang dinyatakan tewas dalam peristiwa tanggal 14 Desember 2012 itu oleh tambakan Adam Lanza, kini hidup sebagai laki-laki bernama Michael Murphy. Tidak hanya itu, menurut laporan itu Michael Murphy bahkan turut menghadiri pemakaman dirinya, Ann Marie Murphy!

Laporan itu didasarkan pada penyelidikan intensif pemilik akun ”Crisis Actor” di Youtube yang tinggal di Newton, di lokasi yang tidak jauh dari sekolah Sandy Hook tempat terjadinya penembakan massal. Akibat penyelidikan itu pemilik "Crisis Actor" sempat ditangkap polisi dan dikirim ke pusat rehabilitasi obat-obatan. Ini memang 'modus standar' para konspirator di Amerika dalam memperlakukan orang-orang yang kritis.

Friday 6 November 2015

Kerajaan Saudi, Kerajaan Captagon

Indonesian Free Press -- Peristiwa tertangkapnya seorang pangeran kerajaan Saudi di Lebanon saat berusaha menyelundupkan dua ton pil ekstasi 'Captagon' ke negaranya akhir Oktober lalu, mengingatkan pada mantan istri ke-sekian dari Raja Abdullah bin Abdul Aziz, dan putri-putrinya.

Putri al-Anoud al-Fayez dan ke-empat putrinya Hala, Maha, Sahar dan  Jawaher, sempat menjadi berita internasional beberapa waktu yang lalu, dan menjadi sebuah kisah menarik bak cerita negeri dongeng di era modern. Karena perselisihan keluarga dengan Raja Abdullah, Putri al-Fayez, warga negara Lebanon yang berdarah Yordania itu harus meninggalkan istana dan kini tinggal dalam pengasingan di Inggris. Sementara ke-4 putrinya tinggal dalam tahanan rumah di Saudi dalam kondisi mengenaskan.

Kepada media Lebanon Al Manar dalam sebuah wawancara yang dilakukan pada bulan April 2014, Putri al-Anoud al-Fayez mengungkapkan bahwa permasalahan yang dihadapinya dan ke-empat putrinya bermula setelah ia menemukan adanya praktik-praktik penyiksaan terhadap para tahanan kerajaan. Di antara penyiksaan itu adalah pemberian obat-obatan yang merusak kesadaran para tahanan, selain penyiksaan dan berbagai bentuk pelecehan.

"Tahanan-tahanan yang mengalami masalah kejiwaan ditahan di sebuah klinik psikiatri. Mereka mendapat suntikan obat-obatan dan mengalami penyiksaan dan pelecehan," kata Putri Al Fayez kepada Al Manar.

Barack Obama 'Klaim' sebagai Pembom Pesawat Rusia di Sinai

Indonesian Free Press -- Presiden Amerika Barack Obama membuat pernyataan yang mengejutkan di tengah-tengah upaya penyidikan terhadap pesawat penumpang Rusia yang jatuh di Sinai, Mesir baru-baru ini. Menurutnya pesawat Rusia itu meledak karena adanya bom di dalam pesawat.

"Menurut saya kemungkinan ada bom di dalam pesawat itu, dan kami menganggap hal ini dengan serius," kata Obama dalam wawancara dengan radio KIRO, Kamis (5 November).

Mengapa Barack Obama mengatakan hal itu jika penyidikan belum menyimpulkan apapun? Dan apa tujuannya ia mengatakan hal itu?

IFP melihatnya sebagai sebuah 'pesan' Amerika kepada Rusia bahwa Amerika lah yang telah membom pesawat itu, sekaligus pesan agar Rusia menghentikan aksinya membomi pemberontak Suriah yang didukung Amerika.

Sejauh ini kelompok teroris ISIS, yang secara diam-diam dibantu Amerika, mengaku sebagai penembak jatuh pesawat Rusia itu. Namun hal itu ditolak oleh banyak pihak, termasuk pemerintah Mesir, mengingat bahwa ISIS tidak memiliki senjata yang bisa menembak jatuh pesawat yang terbang di ketinggian hingga 10.000 meter. Analisa awal mengindikasikan pesawat itu meledak di udara, dan pihak produsen pesawat mengklaim pesawat itu tidak mungkin meledak tanpa faktor eksternal yang berarti adanya tembakan rudal atau peluru anti pesawat.

Thursday 5 November 2015

George Soros, Krisis Pengungsi Eropa, Yaman dan ISIS

Indonesian Free Press -- IFP pernah menulis bahwa krisis pengungsi Eropa yang berasal dari wilayah konflik Timur Tengah merupakan rekayasa 'penguasa kegelapan' untuk menghancurkan Eropa melalui marginalisasi budaya dan identitas Eropa.

Kemarin IFP menerima informasi bahwa sebuah acara keagamaan Kristen di Jerman dibatalkan dengan alasan 'tidak ingin menyinggung perasaan para pengungsi'.

Inilah yang dimaksud dengan marginalisasi budaya dan identitas Eropa. Bagaimana jika rakyat bangsa-bangsa di Eropa tidak lagi merasa sebagai bangsa Eropa, melainkan sebuah bangsa baru yang 'tidak mengenal ras, budaya dan agama' yang selama ini meraka yakini? Pada saat ini mereka tidak akan lagi peduli jika negara mereka dikuasai 'orang-orang asing' dan mereka hanya menjadi warga negara kelas dua.

Proyek marginalisasi bangsa-bangsa Eropa telah dimulai dengan dibentuknya Uni Eropa yang dahulu bernama Masyarakat Ekonomi Eropa. Menggunakan berbagai jalur, termasuk olahraga sepakbola, jutaan imigran dari negara-negara Asia dan Afrika memasuki Eropa dengan leluasa. Dan konflik di Timur Tengah semakin mendorong arus imigrasi ke Eropa.

Terkait dengan krisis pengungsi di Eropa akhir-akhir ini, Perdana Menteri Hungaria Victor Orban dengan blak-blakan menuduh zionis George Soros sebagai salah satu dalang timbulnya krisis ini. Dalam wawancara dengan Bloomberg Business baru-baru ini Orban mengatakan:

Wednesday 4 November 2015

Iran Semakin Mendekati Tingkat Kemajuan Israel

Indonesian Free Press -- Bahwa tingkat kemajuan negara Israel sudah sangat maju, tidak ada orang yang membantahnya. Hal itu bahkan telah menjadi mitos yang dipercaya di antara bangsa-bangsa di dunia. Namun negara musuh Israel yang paling dibencinya, Iran, ternyata secara pelan namun pasti semakin mendekati tingkat kemajuan Israel, dan hal itu membuat Israel khawatir.

Seperti dilaporkan media terkemuka Israel, Maariv, hari Minggu (1 November), Kepala Dinas Inteligen Militer Israel Mayor Jendral Herzl Halevi mengungkapkan kekhawatirannya dengan kemajuan teknologi Iran yang dianggap menjadi ancaman eksistensi Israel.

Dalam sebuah forum tertutup di Rothschild Bank, Tel Aviv, hari Kamis (29 Oktober) Jendral Halevi mengatakan bahwa teknologi Iran telah berkembang dengan cepat dan kini telah hampir menyamai Israel.

“Hari ini kita masih unggul (dari Iran), namun Iran semakin mendekati. Sejak Revolusi 1979 jumlah mahasiswa Iran telah meningkat 20 kali lipat, sementara Israel hanya meningkat 3,5 kali lipat," kata Halevi seraya menambahkan bahwa jumlah ilmuwan Iran telah meningkat dengan tajam.

Menurut laporan tersebut, Halevi dan pernyataannya itu dianggap cukup mengagetkan mengingat pribadi Halevi yang dianggap 'low profile', selain materi yang disampaikannya merupakan hal yang 'tabu' untuk dipublikasikan.

Tuesday 3 November 2015

APBN 2016, Kemenangan Partai Gerindra

Indonesian Free Press -- Sebelumnya saya ingin meluruskan salah faham tentang mekanisme penetapan sebuah undang-undang di DPR yang oleh sebagian orang masih difahami sebagai sebuah keputusan yang 'harus bulat'.

Salah seorang aktifis media sosial yang cukup terkenal bahkan sempat menuduh Partai Gerindra telah melanggar undang-undang karena dianggap menghambat penetapan Undang-Undang APBN 2016 lalu karena bersikukuh menolak rancangannya. Padahal setiap faksi ataupun anggota DPR berhak dengan pilihannya untuk menyetujui ataupun menolak sebuah rancangan undang-undang. Dan kalaupun tidak terjadi kesepakatan, bukankah ada mekanisme pamungkas yang namanya voting?

Setelah melalui berbagai manuver dan lobi-lobi yang alot akhirnya RUU APBN 2016 disetujui DPR pada 30 Oktober lalu. Partai Gerindra menjadi faksi terakhir yang menyetujui RUU tersebut setelah sebelumnya menolak penyertaan modal negara (PMN) bagi BUMN, dimasukkan dalam APBN. Gerindra akhirnya menyetujui APBN 2016 setelah ketentuan penyertaan PMN dalam APBN, dicabut.

Dengan demikian bisa dikatakan bahwa APBN 2016 telah menjadi kemenangan Partai Gerindra.

Rusia-Israel Main Mata di Suriah?

Indonesian Free Press -- Sebuah situs berita Israel yang cukup terkenal, The Algemeiner pada hari Senin (2 November) melaporkan bahwa Israel telah melakukan serangan udara terhadap konvoi militer Hizbollah di Suriah dekat perbatasan Lebanon. Tidak ada konfirmasi dari pihak-pihak terkait, namun diduga hal ini terkait dengan adanya 'kesepakatan rahasia' antara Israel dan Rusia tentang Suriah.

Menurut laporan tersebut setidaknya 12 pesawat tempur Israel memasuki wilayah Suriah melalui Lebanon dan menyerang konvoi militer Hizbollah di dekat perbatasan. Kantor berita Israel Maariv, menurut laporan itu menyebutkan bahwa warga Israel di wilayah utara menyaksikan pesawat-pesawat Israel terbang melintasi perbatasan, namun para pejabat melarang media-media massa Israel untuk melaporkan peristiwa itu karena khawatir Suriah akan bereaksi dengan memindahkan sistem perbatasannya ke dekat perbatasan Israel.

Menurut laporan itu aksi serangan udara itu merupakan bagian dari kesepakatan rahasia antara Rusia dan Israel, dimana Rusia tidak akan turut campur dalam aksi-aksi Israel di Suriah barat, sementara Israel tidak akan turut campur dalam aksi Rusia di wilayah timur dan utara Suriah.

Monday 2 November 2015

Tidak Perlu Diragukan, CIA-Mossad-ISIS Terlibat dalam Jatuhnya Pesawat Rusia

Indonesian Free Press -- "Sejauh yang saya tahu, ISIS dan kelompok-kelompok sejenis tidak memiliki kapasitas untuk menembak jatuh pesawat terbang yang terbang di ketinggian sekitar 10.000 meter," kata mantan pejabat anti-terror Inggris Charles Shoebridge kepada Russia Today, Minggu (1 November).

"Tidak, hal itu tidak perlu dipertanyakan. Saya mantan penerbang angkatan udara dan saya memiliki pengetahuan tentang cara menembak pesawat yang terbang tinggi yang membutuhkan peralatan yang hanya dimiliki oleh sebuah negara. Ini membutuhkan beberapa peralatan canggih: radar pencari, radar untuk menentukan posisi sasaran, radar untuk mengontrol tembakan. Hanya negara yang memiliki peralatan seperti itu, tidak satu kelompok (teroris) pun yang memilikinya," kata Wail al-Madawi, mantan Menteri Penerbangan Sipil Mesir, juga kepada Russia Today.

Ketika kabar tentang jatuhnya pesawat penumpang Rusia di atas Sinai, hari Sabtu (31 Oktober) lalu muncul, dan disusul kemudian dengan klaim kelompok ISIS sebagai pelaku penembak pesawat itu, para pakar terorisme dan penerbangan membantah klaim tersebut. Sebaliknya mereka merujuk pada Israel dan Amerika, atau kerjasama Israel-Amerika-ISIS sebagai pelakunya.

TRAGEDI MINA AKIBAT PERSAINGAN KEKUASAAN KELUARGA KERAJAAN SAUDI?

Indonesian Free Press -- Sebuah analisa menarik dirilis oleh kantor berita Perancis Agence France Presse (AFP), hari Jumat lalu (30 Oktober). Menurut laporan itu, saudi tengah mengalami krisis kekuasaan yang serius. Selain merosotnya harga minyak dunia yang mengakibatkan merosotnya pendapatan negara serta Perang Yaman yang tidak memberikan hasil yang diharapkan, juga karena terjadinya persaingan kekuasaan yang serius antara Putra Mahkota Mohammed bin Nayef dan Deputi Putra Mahkota Mohammad bin Salman.

"Intervensi militer di Yaman, merosotnya harga minyak dan meningkatkan ekstremisme telah menempatkan kepemimpinan negara itu dalam bahaya, sembilan bulan setelah Raja Salman menduduki singgasana setelah meninggalnya Raja Abdullah," tulis Agence France Presse dalam laporannya.

Selain itu tentu saja masih ada sejumlah masalah serius lainnya yang dihadapi Saudi Arabia. Misalnya saja penangkapan seorang pangeran Saudi di Lebanon karena penyelundupan obat-obatan, yang mencoreng kehormatan Saudi di mata negara sekutunya itu. Atau konperensi internasional untuk Suriah yang menjadi kekalahan telak bagi Saudi setelah gagal menjegal Iran dalam konperensi itu sekaligus gagal mengagendakan pemakzulan Presiden Suriah Bashar al Assad.

Namun dari semua masalah itu, persaingan kekuasaan antar anggota keluarga kerajaan Saudi merupakan masalah yang paling serius, bahkan bisa menjadi ancaman bagi kelangsungan regim kerajaan Saudi.