Tuesday 30 August 2016

Amerika Marah Turki Kerjasama dengan ISIS Perangi Kurdi

Indonesian Free Press -- Amerika menyatakan kegusaran atas aksi Turki menyerang kelompok Kurdi di Suriah timur laut. Amerika menyebutnya sebagai 'pertempuran yang tidak bisa diterima'. Hal ini bersamaan dengan tuduhan sejumlah pihak, terutama kelompok Kurdi, bahwa Turki 'bersandiwara' dengan ISIS.

"Kami ingin semuanya jelas bahwa kami melihat pertempuran ini, di wilayah dimana ISIS tidak berada, adalah tidak bisa diterima dan menjadi masalah yang serius," kicau Brett McGurk, utusan khusus Presiden Amerika untuk koalisi internasional anti-ISIS yang dipimpin Amerika, di akun resmi Twitter seperti dilaporkan Veterans Today kemarin (29 Agustus).

"Kami menyerukan semua pihak bersenjata untuk berhenti... Amerika aktif memfasilitasi penghentian konflik dan menyatukan fokus kepada ISIS, yang masih menjadi ancaman membahayakan," tambahnya, mengulang pernyataan Departemen Pertahanan Amerika yang menyebut tindakan Turki telah menyimpang dari fokus untuk memerangi ISIS dan bahkan memungkinkan kelompok itu menjadi semakin kuat.

Sebelumnya, dalam konperensi pers hari Senin (29 Agustus) Menhan Amerika Ashton Carter menyerukan Turki untuk mengkonsentrasikan serangan kepada kelompok ISIS, bukan kelompok pemberontak moderat Suriah (Syrian Defense Forces) yang didukung Amerika.

“Kami menyerukan Turki untuk tetap fokus memerangi ISIL dan tidak menyerang Syrian Defense Forces, dan kami telah menjalin sejumlah kontak dalam beberapa hari terakhir,” kata Carter kepada wartawan.

Namun Turki bereaksi keras atas kecaman itu. Menteri Urusan Uni Eropa Omer Celik, mengatakan bahwa tidak ada yang boleh mendikte Turki tentang kelompok teroris yang harus diperangi.

“Tidak ada yang berhak mengatakan kepada kami organisasi teroris mana yang boleh diperangi dan yang mana yang harus dihindari," kata Celik dalam konperensi pers di Ankara, seperti dilansir Reuters.

Sementara Menlu Turki Mevlut Cavusoglu mengeluarkan ancaman keras kepada kelompok Kurdi Suriah (YPG) untuk menarik diri segera ke sebelah timur Sungai Eufrat, atau akan menghadapi serangan Turki.

“YPG harus segera menyeberang ke sebelah timur Sungai Eufrat seperti janji mereka kepada Amerika dan seperti janji mereka. Jika tidak, mereka akan menjadi sasaran," kata Cavusoglu seperti dilansir Associated Press.

Ankara telah lama menyatakan kekhawatiran bahwa kelompok Kurdi akan menguasai banyak wilayah utara Suriah dan bersama kelompok Kurdi Turki (PKK) akan membentuk negara Kurdi di perbatasan Turki.

Amerika sendiri telah mengingatkan kelompok Syria Democratic Forces (SDF), yang sebagian besar anggotanya juga orang-orang Kurdi, untuk tidak menyeberangi Sungai Eufrat seperti dikhawatirkan Turki. Namun kelompok YPG diketahui telah melanggar pesan tersebut.

Pada 24 Agustus Turki melancarkan offensif ke wilayah timur laut Suriah dengan sandi ‘Tameng Eufrat’. Dengan dalih menyerang ISIS, Turki juga membom wilayah-wilayah YPG.

YPG dan SDF mengecam serangan Turki yang telah menimbulkan korban sipil. Sementara YPG menyebut hal itu sebagai bagian dari rencana Turki untuk menindas orang-orang Kurdi.

Pemerintah Suriah dan Rusia, yang menurut sejumlah pengamat, telah mengetahui rencana serangan Turki dan tidak menentang rencana itu, juga mengecam serangan Turki. Suriah menyebutnya sebagai 'pelanggaran nyata kedaulatan Suriah', sementara Rusia menyatakan 'kekhawatiran yang mendalam'.


Bekerjasama dengan ISIS
Kelompok politik Kurdi-Suriah Democratic Union Party (PYD) menuduh Turki bekerjasama dengan ISIS untuk merebut kota Jarablus di Suriah timur-laut.

Abd Salam Muhammad Ali, pejabat PYD di Rusia mengatakan kepada media setempat Vzglyad bahwa pasukan Turki memasuki Jarablus tanpa perlawanan dari ISIS.

“Berdasarkan fakta cepatnya pembebasan kota ini berlangsung, saya percaya bahwa itu adalah sebuah sandiwara. Para militan ISIS mencukur jenggotanya dan seketika menjadi orang-orang ‘moderates,'” kata Ali, seraya menyebut Turki telah melanggar kedaulatan Suriah.

Hal yang sama dikatakan pemimpin Kurdi lainnya di Moskow, Rodi Osman.

“Jika ISIS bukan sekutunya Erdogan, bisakan pasukan Turki dan Free Syrian Army menguasai Jarablus dalam hitungan jam? Amerika dan negara-negara lain harus mengetahui rencana rahasia Erdogan. Sementara kami tetap dengan strategi kami memerangi ISIS dan memeranginya sampai akhir. Masyarakat internasional harus mengetahui yang sebenarnya. Selama Erdogan hidup, ISIS tidak akan kemana-mana,” kata Osman.

Osman menyebut langkah Turki dipicu oleh kemenangan kelompok Syrian Democratic Forces (SDF) yang berhasil merebut kota Manbij dari ISIS pada 12 Agustus lalu. Turki bermaksud menjadikan wilayah utara Suriah sebagai wilayah yang dikontrolnya, namun hal itu tidak akan dibiarkan oleh orang-orang Kurdi.

"Kami tidak akan membiarkan Turki menjadikan Suriah utara sebagai Siprus kedua. Turki tidak berhak menyeberang wilayah Suriah dan turut campur urusan internal Suriah," kata Osman.(ca)

3 comments:

Kasamago said...

Beban Suriah semakin berat, belum Kaum Pemberontak, Isis, selesai, giliran Suriah Utara yg dirundung kekhawatiran akan menjadi negara Kurdistan

Unknown said...

Amerika kaum munafik,lain dibibir lain dihati...apa mungkin amerika merasa gusar terhadap turki yg menyerang kedaulatan suriah?sedangkankan tujuan perang proxy disuriah demi melengserkan al assad,menghancurkan suriah demi keamanan israel?sejak awal perang bagaimana sepak terjang turki yg mendukung teroris,mencuri minyak,merampok aset suriah yg didukung usa,arab,qatar,israel,inggris dan perancis...permainan kata2,kudeta palsu membuat kaisar erdogan merasa menang dan vladimir putin,iran terjebak permainan kotor erdogan...kaum munafik sedang menuju kehancuran...semoga Allah swt secepatnya menimpakan azabNya...

Anonymous said...

Ane masih bingung bang adi, cara berpolitiknya Erdogan itu seperti apa? Kok kesana pro kesini pro, sangat berbahaya.