Sunday 31 January 2016

Cari Masalah Lagi, Turki Tuduh Rusia Langgar Wilayah

Indonesian Free Press -- Turki berusaha memanaskan situasi di kawasan Timur Tengah dengan menuduh Rusia melanggar wilayah udaranya, di tengah keputus-asaannya menghadapi kegagalan ambisi untuk menguatkan pengaruh di Suriah dan kawasan akibat keterlibatan Rusia dalam konflik Suriah.

Pengamat politik dan mantan analis Kementrian Pertahanan Amerika Michael Maloof mengatakan kepada kantor berita Iran Press TV baru-baru ini.

"Tuduhan pelanggaran wilayah udara ini adalah pertanda bahwa Turki tengah berusaha memanaskan situasi karena kegagalannya menentang posisi Rusia yang mendukung orang-orang Kurdi dan juga Presiden Suriah Bashar al-Assad,” kata Michael Maloof kepadsa Press TV, Minggu (31 Januari).

"Turki memanfaatkan kesempatan disini hanya untuk memanaskan situasi. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah kehilangan kontrol dan bekerjasama dengan Saudis, sehingga ia memiliki agenda tersendiri dengan membuat situasi panas pada saat situasi sudah sangat panas," katanya lagi.

Pada hari Sabtu (30 Januari) Turki menuduh pesawat SU-34 Rusia telah memasuki wilayah Turki dan mengabaikan peringatan yang dikeluarkan. Namun Kementrian Pertahanan Rusia melalui Jubir Mayjend Igor Konashenkov membantah tuduhan itu dan balik menuduh Turki sengaja melakukan propaganda.

Friday 29 January 2016

Drone dan Kapal Selam Iran Dekati Armada Amerika Tanpa Ketahuan

Indonesian Free Press -- Sebuah drone dan kapal selam Iran berhasil mendekati armada perang Amerika di Teluk Parsia tanpa ketahuan. Hal ini merupakan 'pukulan berat' dalam dunia militer karena membuktikan bahwa kapal-kapal perang Amerika sangat rawan untuk dihancurkan dalam pertempuran sebenarnya.

Kantor berita Iran FARS News Agency melaporkan hari ini (29 Januari) sebuah drone Iran berhasil mendekati kapal induk Amerika dan mengambil gambarnya, di tengah latihan perang laut yang digelar Iran di Teluk Parsia.

Sementara itu sebuah kapal selam kelas Ghadir Iran juga berhasil mendekati kapal induk tersebut tanpa diketahui. Kapal selam itu juga berhasil mengambil gambar dan mengumpulkan data inteligen tentang armada Amerika tersebut.

"Kapal selam Iran itu berhasil mengambil gambar yang jelas dari kapal induk itu tanpa menarik perhatian awak kapal tersebut," demikian laporan tersebut menuliskan.

Turki Hanya Jadi Kambing Hitam Konflik Suriah

Indonesian Free Press -- Blog ini pernah menulis bahwa zionis internasional sama sekali tidak pernah menghormati sekutu-sekutu non-yahudi mereka, yang mereka beri sebutan 'goyim' atau 'binatang ternak'. Namun, di antara dua sekutu utama zionis internasional, yaitu orang-orang Kristen Amerika-Eropa dan orang-orang Arab/Islam, kaum zionis internasional lebih memandang rendah orang-orang Arab/Islam.

Tentang hal ini tampak jelas dalam sebuah film laris Hollywood  yang beredar beberapa tahun lalu, "2012". Dalam film ini diperlihatkan bagaimana orang-orang yahudi itu memandang orang-orang Arab kaya, yang termasuk dalam daftar orang-orang yang diselamatkan dari kiamat tahun 2012 karena kekayannya. Meski kaya raya, di mata orang-orang yahudi itu orang-orang Arab/Islam tetap dianggap sebagai orang-orang bodoh.

Tidak berbeda halnya dengan Turki, negara Islam lainnya di kawasan Timur Tengah. Meski dianggap lebih modern dari Arab, Turki masih dianggap lebih rendah kastanya dibandingkan dengan negara-negara Eropa.

Dalam setiap konspirasi yang digalang zionis internasional, keduanya biasanya memainkan peran yang berbeda sesuai dengan 'kadar' kecintaan yahudi internasional: negara-negara Arab/Islam menjadi penyedia dana sekaligus operator lapangan atau kuli kasar, dan negara-negara barat menyediakan senjata dan tenaga profesional atau menejer. Kemudian, ketika konspirasi busuk itu terbongkar, zionis internasional akan menjadikan negara-negara Arab/Islam itu sebagai kambing hitam.

Thursday 28 January 2016

Cina Ingatkan Soros tidak Lakukan Perang Mata Uang atas Yuan

Indonesian Free Press -- Reputasi George Soros, seorang zionis yahudi ashkenazi, sebagai 'sutradara' dari berbagai krisis politik, ekonomi dan sosial global, sudah tidak diragukan lagi. Maka, ketika ia mengumumkan ramalannya bahwa ekonomi Cina akan mengalami kesulitan serius, pemerintah Cina bereaksi keras.

Seperti dilaporkan Market Watch, 26 Januari lalu, pemerintah Cina mengingatkan Soros untuk tidak melakukan aksi 'perang mata uang' terhadap mata uang Cina, Yuan.

"Penolakan Soros terhadap 'renminbi' dan dolar Hong Kong akan mengalami kegagalan, tidak diragukan lagi,” tulis pejabat Cina di harian partai komunis, People's Party, seperti dilaporkan Market Watch.

Dalam artikel berjudul ”Mendeklarasikan perang terhadap mata uang Cina? Ha ha,” disinggung tentang Amerika, negara George Soros, yang disebutnya mengalami penyakit “Dutch disease” dan "predator finansial.”

Artikel itu sebagai tanggapan atas pernyataan Soros tentang pelambatan ekonomi Cina yang 'tidak bisa dielakkan'.

Monday 25 January 2016

Studi Akademis Buktikan Kerusuhan Maut Maidan 2014 Direncanakan

Indonesian Free Press -- Regim Presiden SBY berulangkali mengatakan bahwa tidak ada pemerintah yang sengaja menyengsarakan rakyatnya sendiri. Blok ini dengan keras membantah pernyataan ini. Sepanjang sejarah dunia dipenuhi dengan pemerintahan yang khianat terhadap rakyatnya dan menjadi alat kepentingan asing.

SBY sendiri mengatakan hal itu adalah sebagai upaya pembelaan diri, setelah dicap sebagai regim pembohong oleh sejumlah tokoh agama kita.

Pada bulan Oktober 2015 lalu terbongkar kasus korupsi dana publik yang disimpan di tiga perbankan Moldova, oleh regim penguasa. Rakyat pun melakukan protes keras sehingga memaksa pemerintah mundur. Namun, minggu lalu, Wakil Ketua Partai Demokrat, Pavel Filip, tokoh pro-Uni Eropa yang partainya terlibat dalam tindakan korupsi itu, justru dipilih parlemen untuk menjadi perdana menteri. Maka aksi-aksi kerusuhan pun kembali terjadi.

Itu adalah contoh lain dari pemerintahan sebuah negara yang menjadi agen kepentingan asing dengan melakukan pengkhianatan terhadap rakyat.

Saturday 23 January 2016

Suriah Makin Panas: Amerika Duduki Pangkalan Udara, Rusia Kirim Kapal Penjelajah Kedua

Indonesian Free Press -- Situasi di Suriah semakin panas setelah dua negara terkuat secara militer yang tengah berebut pengaruh di Suriah, mengambil langkah-langkah yang kontradiktif. Amerika dikabarkan telah menduduki sebuah pangkalan udara di Provinsi Hasakah, di dekat perbatasan Turki dan Irak. Sementara itu Rusia telah mengirim kapal penjelajah (cruiser) Varyag ke Suriah, memperkuat armada lautnya di Suriah yang sebelumnya telah diperkuat dengan kapal penjelajah 'maut' Moskva.

Meski Amerika membantah kabar tentang pendudukan pangkalan udara Rmeilan, gambar-gambar satelit mengkonfirmasi keberadaan militer Amerika di pangkalan udara milik militer Suriah yang ditinggalkan akibat perang.

Mengutip laporan lembaga pengamat konflik Suriah, Syrian Observatory for Human Rights (SOHR), editor The National Interest, Dave Majumdar, menulis laporan bahwa pasukan khusus Amerika telah menduduki pangkalan itu sejak beberapa minggu lalu. Menurut laporan itu, Amerika bahkan telah memperluas infrastruktur pangkalan udara itu, dan sejumlah helikopter Amerika diketahui berada di pangkalan itu.

"Pasukan Amerika yang saat ini beroperasi di pangkalan udara Rmeilan mungkin mencakup pasukan US Air Force Special Tactics Squadron," tulis Majumdar dalam artikelnya.

Menurut laporan itu, satuan tersebut biasa dioperasikan untuk membantu pasukan khusus Baret Hijau dan Navy SEAL. Adapun helikopter yang terlihat diperkirakan berasal dari satuan US Army's 160th Special Operations Aviation Regiment, yaitu unit khusus yang ditujukan untuk mendukung operasi-operasi khusus.

Suriah Persiapkan Pembebasan Aleppo, Chechnya Siap Membantu

Indonesian Free Press -- Militer Suriah tengah mempersiapkan pembebasan kota strategis Aleppo. Ini akan menjadi operasi militer terbesar selama konflik di Suriah yang telah berlangsung hampir lima tahun. Diperkirakan kota ini akan menjadi penentu kemenangan dalam konflik Suriah, sebagaimana kota Stalingrad dalam Perang Dunia II.

Sementara itu Chechnya menyatakan kesiapannya membantu Suriah dalam membangun kembali negara yang hancur dilanda konflik bersenjata.
 
Aleppo, kota kuno yang merupakan kota terbesar kedua di Suriah, yang sebelum konflik adalah kota bisnis utama Suriah, kini terbagi dua. Wilayah barat dikuasai pemerintah dan sebelah timur dikuasai pemberontak. Kelompok-kelompok teroris ISIS dan Al-Nusra Front adalah kelompok pemberontak utama yang menguasai sebagian kota Aleppo.

Dengan menguasai kembali Aleppo, militer Suriah akan memperluas kawasan aman yang dikontrolnya di sekitar kota tersebut, sekaligus memutus jalur logistik pemberontak dari perbatasan Turki ke Suriah tengah yang masih dikuasi pemberontak.

Penguasaan Aleppo juga akan menjadi kemenangan moral besar bagi pemerintahan Bashar al Assad, sekaligus keruntuhan moral bagi pemberontak. Namun untuk melakukan itu militer Suriah, yang didukung milisi-milisi sipil pro-pemerintah, Hizbollah dan milisi-milisi Iran dan Irak serta didukung serangan udara Rusia, harus melakukan operasi militer besar-besaran.

Monday 18 January 2016

Adu Kekuatan NATO-RUSIA Semakin Serius

Indonesian Free Press -- Awal tahun 2016 menunjukkan eskalasi baru persaingan adu kekuatan NATO-RUSIA di sekitar perbatasan Rusia, atau perbatasan barat Rusia.

Minggu ini, di Lithuania, sebagai bagian dari operasi “Atlantic Resolve”, bersama-sama dengan persenjataan standar, kekuatan utama dari batalion Amerika di Eropa, yaitu Resimen Kavaleri ke-2 yang berpangkalan di Jerman, telah tiba. NATO tidak menyembunyikan fakta bahwa kekuatan NATO di wilayah Baltik (bekas wilayah Uni Sovyet yang secara geografis berada di dalam wilayah Rusia).

Di Polandia, baru-baru ini Menteri Pertahanan Antoni Macierewicz, dalam wawancara program radio ‘Maryja’, sekali lagi mengatakan harapannya bahwa dalam pertemuan tingkat tinggi NATO mendatang di Warsaw, organisasi ini akan sepakat bagi penempatan pangkalan militer permanen di Polandia, yang selama ini ditolak Jerman.

Polandia telah mendesak NATO untuk menempatkan senjata nuklir di wilayahnya. Menurut Deputi Menteri Pertahanan Tomasz Siemoniak, NATO memiliki program untuk menempatkan senjata-senjata nuklir di negara sekutu NATO. Ini berarti, tidak hanya di Polandia, senjata-senjata nuklir juga bisa ditempatkan di Lithuania, Baltik dan negara-negara Eropa Timur lainnya yang berdekatan dengan Rusia.

Iran: Marinir Amerika Menangis Saat Ditangkap

Indonesian Free Press -- Para marinir Amerika menangis saat ditangkap oleh Pasukan Pengawal Revolusi Iran (IRGC) di Teluk Parsi baru-baru ini. Demikian pernyataan komandan senior IRGC Brigjen Hossein Salami, seperti dilaporkan kantor berita Fars News Agency (FNA), Minggu (17 Januari).

“Para marinir itu menangis saat ditangkap, namun kemudian mereka merasa tenang setelah mendapat perlakuan yang baik," kata Salami.

Salami juga mengklaim bahwa para politisi Amerika merasa sangat berterima kasih kepada Iran, setelah para marinir itu dilepaskan kembali.

“Para pejabat Amerika itu dengan memelas mengakui kekuatan kita, dan kami membebaskan para marinir itu setelah mendapat penjelasan bahwa mereka tidak sengaja memasuki wilayah Iran. Kami bahkan mengembalikan senjata mereka," tambah Salami.

Angkatan Laut IRGC menahan dua kapal cepat Amerika dengan 10 marinir di dalamnya pada hari Selasa, 12 Januari lalu, setelah mereka memasuki wilayah Iran sejauh tiga mil di dekat Pulau Farsi. Kedua kapal Amerika itu dilengkapi dengan meriam 50 mm dan sejumlah senjata ringan dan semi-berat.

Saturday 16 January 2016

Terror Sarinah-Thamrin, Operasi False Flag yang Sudah Basi

Indonesian Free Press -- Apa yang bisa saya katakan tentang peristiwa Teror Sarinah-Thamrin yang terjadi kemarin (16 Januari 2016). Ini lebih tepat sebagai 'simulasi' penanganan serangan terorisme.

Tahun 2006 saya mengorganisir sebuah acara simulasi penangananan  kebakaran dan ledakan bom yang diselenggarakan Public Safety Center Kota Medan (program bersama Pemko Medan dan Poltabes Medan). Apa yang terjadi di Sarinah-Thamrin tidak berbeda jauh dengan acara tersebut.

Yang paling mencolok dari banyak fakta tentang simulasi tersebut adalah adanya rekaman video yang menunjukkan ledakan bom pada sebuah mobil, namun tidak menimbulkan kerusakan pada mobil tersebut. Yang terjadi hanyalah munculnya asap dan ledakan keras. Fakta lainnya, adalah begitu banyaknya gambar yang beredar dengan cepat di media-media massa.

Blog ini telah menulis tentang banyak operasi 'false flag', 'inside job' dan apapun istilah lainnya, tentang serangan terorisme setingan yang dituduhkan kepada pihak lain dengan tujuan mencari keuntungan politis.

Amerika sudah melakukan operasi 'false flag' Serangan WTC 11 September 2001 untuk menjustifikasi kampanye Perang Terorisme. Sejumlah serangan bersenjata di Amerika, seperti Serangan Sandy Hook, juga adalah operasi 'false flag' untuk menjustifikasi pembatasan senjata api di Amerika (dengan tujuan utama memberangus potensi pemberontakan massa).

Friday 15 January 2016

Ketegangan di Balik Penangkapan Marinir Amerika oleh Iran

Indonesian Free Press -- Drama penangkapan marinir-marinir Amerika oleh Tentara Pengawal Revolusi Iran (IRGC) akhirnya berakhir dengan 'happy ending'. Setelah mendapat perlakuan manusiawi, para personil militer Amerika itu dibebaskan, dan Menlu Amerika John Kerry pun berterima kasih kepada Iran dan memuji sikap Iran.

Namun tidak semua 'drama' penangkapan itu diketahui masyarakat, termasuk bagian-bagian yang menegangkan. Tidak lama setelah penangkapan itu situasi sebenarnya berada pada kondisi sangat kritis, bahkan bisa dikatakan hampir sama dengan kondisi Krisis Kuba tahun 1960-an, ketika Amerika memblokade Kuba setelah negeri itu diketahui memasang rudal-rudal Rusia yang mengancam Amerika.

Situs News Brief tanggal 13 Januari merilis laporan tentang ketegangan yang terjadi antara militer Amerika dan Iran. Mengutip kantor berita Iran Fars News Agency (FNA) laporan itu menyebutkan bahwa Amerika dan Perancis mengirim kapal-kapal induknya mendekati Iran paska penangkapan para marinir tersebut. FNA kemudian melaporkan bahwa sitem pertahanan Iran kemudian 'mengunci' kapal-kapal induk tersebut dan telah siap untuk menembaknya.

Mengutip komandan AL IRGC Rear Admiral Ali Fadavi, FNA menyebutkan bahwa Iran memberitahu 'status' kapal-kapal induk tersebut yang berada dalam posisi berbahaya.

Monday 11 January 2016

Erdogan dan Salman Pecundang Terbesar

Indonesian Free Press -- Bagi seseorang yang memimpikan menjadi seperti seorang Sultan Kerajaan Ottoman, sebagaimana Presiden Turki Reccep Erdogan, situasi yang dihadapinya sekarang tentu tidak pernah diimpikannya: menjadi 'anak buah' Saudi Arabia, negara bawahan Turki di masa Kesultanan Ottoman.

Namun demikianlah kenyataannya. Turki hanya bisa menjadi anak buah dalam koalisi anti-terror 34 negara Islam yang digalang Saudi Arabia, tidak berbeda dengan negara-negara kecil Mauritania, Komoro dan Mali.

“Dengan setuju menjadi anggota sebagaimana Komoros, Mali dan Niger, dibawah kepemimpinan Saudi Arabia, Turki telah mengubur klaimnya sebagai pemimpin negara-negara Sunni melawan Iran, sebagaimana pada abad 16 ketika Kesultanan Ottoman bersaing melawan Imperium Safavids.

Ini adalah peran yang sangat tidak tepat bagi sebuah negara dengan sejarah besar, yang selalu dibangga-banggakan oleh penguasa Turki saat ini," tulis situs berita Rusia Sputnik News, Ahad (10 Januari), berjudul 'End of Erdogan’s Power Grab? Turkey May Be the Middle East’s Biggest Loser'.

Sementara itu situs Al Monitor yang berbasis di Amerika, menulis tentang 'orang kuat, Erdogan, yang kini tengah melemah' karena kegagalannya memberikan kontribusi positif bagi penyelesaian konflik di Suriah. Al Monitor menambahkan, 'kejatuhan' Erdogan semakin dalam setelah ia dengan terbuka mengakui bahwa 'Turki membutuhkan Israel', beberapa tahun setelah Erdogan secara demonstratif menunjukkan kepada dunia Islam bahwa kemesraan Turki-Israel telah berakhir di bawah kepemimpinannya.

Tuesday 5 January 2016

Bila The Independent Mengolok-Olok Regim Saudi Arabia

Indonesian Free Press -- Orang-orang yang masih berfikiran sehat pasti akan menganggap tindakan Saudi Arabia yang telah mengeksekusi mati ulama Shiah ternama, Sheikh Nimr, sebagai tindakan 'bodoh'.

Apa yang diharapkan pemerintahan Saudi Arabia dengan tindakan itu, kecuali kekacauan yang bisa berujung pada pemakzulan regim keluarga Saud?

Jim W Dean, editor senior Veterans Today, terkait dengan tindakan Saudi itu menulis:

"Untuk pemerintah Saudi, jika mereka berfikir masyarakat dunia telah melupakan tanggungjawab Saudi atas pembantaian keji jemaah haji di Mekkah baru-baru ini, mereka keliru. Kehormatan kerajaan Saudi tengah meluncur jatuh."

Hal senada ditulis oleh media terkemuka Inggris The Independent: "Bagaimanapun menyebalkannya regim itu (Saudi), keruntuhannya akan lebih buruk lagi dampaknya. Maka kita harus membantunya melakukan reformasi. Penguasa Saudi itu harus disadarkan, bahwa jika mereka ingin tetap bertahan, mereka harus mengubah cara-caranya," tulis media ini pada tanggal 4 Januari lalu.
   
Pembunuhan ulama Shiah Sheikh Nimr al-Nimr semakin menambah ketegangan di kawasan Timur Tengah yang sebelumnya telah memanas karena konflik bernuansa sektarian antara kelompok Shiah dengan Wahabi dengan patronnya masing-masing, Iran dan Saudi Arabia.

Friday 1 January 2016

Cina Bangun Kapal Induk Kedua, Amerika Cemaskan Rusia

Indonesian Free Press -- Sebuah laporan yang dibuat Angkatan Laut Amerika baru-baru ini mengungkapkan kecemasan Amerika atas peningkatan kekuatan laut Rusia yang sangat signifikan beberapa waktu terakhir, termasuk unjuk kekuatan yang dilakukan angkatan laut Rusia.

Seperti dilaporkan situs The Daily Beast, 28 Desember lalu, laporan yang selama 24 tahun tidak pernah dibuat karena anggapan lemahnya angkatan laut Rusia paska runtuhnya Uni Sovyet itu, mencerminkan kecemasan Amerika melihat kekuatan Rusia akhir-akhir ini.

"Dan sementara laporan yang dimaksudkan untuk konsumsi publik itu dibuat selama bertahun-tahun, kejadian-kejadian terakhir menegaskan betapa pentingnya temuan-temuan dalam laporan itu. Kini telah sangat jelas bahwa dengan dukungan kuat Presiden Vladimir Putin, angkatan laut Rusia tengah berusaha upaya-upaya serius untuk menantang kekuatan laut dunia, Amerika Serikat," tulis The Daily Beast tentang laporan yang dirilis pertengahan Desember lalu dengan judul 'The Russian Navy: A Historic Transition'.

Laporan setebal 68 halaman itu dibuat oleh George Fedoroff, pakar angkatan laut Rusia yang bekerja untuk Dinas Inteligen Angkatan Laut AS yang berbasis di Maryland.