Pada tanggal 4 Desember 2007 lalu sebuah menorah (sebuah benda berbentuk sembilan sula yang ujung-ujungnya berupa lampu atau lilin, simbol utama agama Yahudi, oleh ummat Islam disebut sebagai lambang pohon gorgot sebagaimana disebut dalam hadits Nabi Muhammad) raksasa didirikan di pelataran, tepat di depan istana presiden
Apa masalahnya?
Masalahnya sebenarnya sangat banyak dan mendasar, kontroversial bahkan cenderung provokatif. Bagaimana mungkin di lokasi “sakral” seperti Gedung Putih dimana bahkan salib (lambang agama Kristen yang dianut oleh mayoritas rakyat Amerika) dilarang didirikan, sebuah lambang agama minoritas bisa berdiri.
Masih ada lagi kontroversi lainnya: Peresmian bangunan tersebut dilakukan oleh pejabat publik, Jaksa Agung Michael Mukasey. Padahal sebagai negara sekuler Amerika melarang hal-hal yang terkait dengan agama dikaitkan dengan simbol-simbol kenegaraan: tempat-tempat publik dan pejabat-pejabat publik. Untuk yang satu ini pemerintah Amerika bahkan melarang kebiasaan berdoa bersama (secara Kristen) di sekolah-sekolah publik (milik pemerintah).
Masih ada lagi kontroversi lainnya: Menorah adalah sebuah lambang rasisme. Tepatnya menorah dibuat oleh bangsa Yahudi untuk mengingatkan kaum Yahudi bahwa orang-orang Yahudi, sebagai manusia pilihan Tuhan, dilarang melakukan asimilasi (pembauran) dengan orang-orang non-Yahudi. Padahal sebagai negara yang mengklaim diri sebagai lokomotif demokrasi, Amerika mestinya mengharamkan simbol-simbol rasisme.
Masih ada lagi kontroversi lainnya: Menorah besar kini berdiri di ratusan bangunan pemerintah di seluruh Amerika, sementara lambang-lambang agama lain termasuk Kristen dan apalagi Islam, dilarang. Selain di pelataran, menorah juga berdiri di dalam istana Gedung Putih. Menorah itu, bukan salib, tragisnya menjadi benda upacara peringatan hari Natal di Gedung Putih yang dilakukan oleh George Bush, Presiden Amerika yang beragama Kristen.
Yang ini mengejutkan: Menorah berdiri di ratusan kantor pemerintah dan gedung parlemen di negara-negara Eropa yang selama ini dikenal sebagai negara sekuler. Menurut situs lubavitch.com milik kelompok Yahudi garis keras chabad lubavitch, sampai saat ini setidaknya ada 10.000 tempat publik di seluruh dunia, terutama lapangan-lapangan umum, dihiasi dengan menorah, mulai dari kota-kota besar Amerika dan Eropa, hingga New Delhi di India dan Peking di China.
Perayaan hari Hanukkah yang ditandai dengan penyalaan lampu menorah dilakukan untuk memperingati “kemenangan” bangsa Yahudi atas bangsa Yunani di tanah Palestina abad 2 Sebelum Masehi. Peperangan antara Yahudi melawan Yunani terjadi murni karena masalah agama. Orang-orang Yahudi marah karena raja Yunani yang menguasai Palestina dimana bangsa Yahudi tinggal, Anthiochus IV, memadukan ritual-ritual Yunani pada upacara-upacara keagamaan Yahudi. Anthiocus melakukan hal itu karena kenyataan terjadinya asimilasi antara bangsa Yahudi dengan Yunani. Merasa terancam kemurnian agamanya terganggu, di bawah pimpinan Macabbees bangsa Yahudi memberontak dan berhasil mengalahkan bangsa Yunani.
Dan meskipun bangsa Yunani menerima asimilasi dengan Yahudi, orang-orang Yahudi dengan sangat kejam membalas “kekurang ajaran” orang-orang Yunani mengotori agama mereka. Kekejaman itu bahkan tidak terbayangkan oleh orang-orang jaman dahulu di mana standar moral masih sangat rendah dibanding jaman sekarang. Setelah dimutilasi, tubuh orang-orang Yunani (maaf, pen) direbus di dalam kuali. Ususnya (ma’af. pen) dijadikan ikat pinggang. Semuanya itu tercatat dalam manuskrip-manuskrip kuno yang masih ada sampai sekarang.
Latar belakang itulah yang menyebabkan perayaan hari raya Hannukah, sampai saat ini oleh orang-orang Yahudi dianggap sebagai kemenangan agama dan bangsa Yahudi dari agama dan bangsa lainnya sekaligus mengukuhkan diri sebagai bangsa pilihan Tuhan.
Pembangunan simbol Yahudi di tempat-tempat publik berbagai negara di dunia menunjukkan dominasi Yahudi tidak lagi sebagai sebuah ilusi. Bahkan sebelum menorah-menorah itu berdiri orang-orang yang “memiliki informasi baik” telah tahu bahwa Yahudi, bangsa yang paling dibenci oleh bangsa-bangsa lain di dunia karena kelicikan dan kekejamannya, secara riel telah menguasai dunia melalui militer Amerika dan NATO, jaringan media massa, perusahaan-perusahaan trans-nasional, high paid professionals, politisi, public figure hingga tokoh-tokoh agama non-Yahudi.
Dominasi Yahudi tidak datang seketika. Sampai awal abad 20 mayoritas rakyat Amerika tidak mengenal libur hari Sabtu (Sabbath). Sentimen anti Yahudi pun masih sangat tinggi di sebagian besar rakyat Amerika. Namun semuanya itu berubah dengan sangat drastis. Orang-orang Yahudi berhasil memaksakan hari Sabtu sebagai hari libur nasional. Simbol-simbol Yahudi pun menggusur simbol-simbol Kristen di tempat-tempat publik termasuk Gedung Putih. Sampai saat ini pun orang-orang Yahudi masih terus berusaha menyingkirkan simbol-simbol Kristen. Kasus terakhir yang tengah marak saat ini adalah tuntutan organisasi-organisasi Yahudi agar bentuk susunan kursi dalam gedung parlemen Amerika diubah karena menurut mereka membentuk tanda salib.
Yang sangat ironis justru adalah nasib orang-orang kulit putih di Amerika yang mayoritas beragama Kristen. Sebagai pendiri Amerika dan etnis mayoritas, sedikit demi sedikit mereka tersingkir dari domainnya. Secara demografis dan sosiologis kedudukan mereka mulai tersingkir oleh etnis kulit hitam dan etnis pendatang lainnya. Di panggung bisnis dan politik mereka tersingkir oleh Yahudi. Media
Tidak heran bila saat ini muncul kelompok-kelompok ekstremis kulit putih yang bertujuan mengembalikan dominasi kulit putih di Amerika. Beberapa aksi mereka yang terkenal adalah peledakan gedung federal di
Seiring dengan maraknya pembangunan menorah di berbagai penjuru dunia, di Indonesia sendiri simbol-simbol Yahudi beberapa waktu terakhir ini mulai banyak bermunculan. Di beberapa sudut
Saat ini para birokrat pemerintah dan politisi
Sepak terjang Yahudi yang kotor sebenarnya sudah sering kita rasakan. Beberapa waktu lalu misalnya, Monsanto, perusahaan agribisnis milik Yahudi menyuap seorang Menneg LH yang sayangnya kasusnya di-“peti eskan”. Monsanto juga telah menyelundupkan produk ilegal kapas transgenik ke
Secara de facto sebenarnya Yahudi sudah menancapkan kekuasaannya di Indonesia, melalui penguasaan saham-saham perusahaan Indonesia, dan juga melalui spion-spionnya yang bertebaran di kursi birokrasi sipil dan militer, LSM, media massa, artis, rokhaniawan, budayawan, cendekiawan hingga politisi. Bukankah mantan Kasad Jendral Ryamizard Ryacudu pernah menyatakan bahwa ada puluhan ribu spion asing yang tinggal di
Terkait kunjungan ulama
Penerimaan dominasi Yahudi oleh bangsa
Meski dominasi Yahudi sudah di depan mata, namun penulis masih percaya pada takdir mulia yang melekat pada bangsa ini. Hanya bangsa Nusantara Indonesia-lah yang punya pengalaman sejarah mengalahkan kekuatan-kekuatan besar jahat dunia.
***
1 comment:
Pak Cahyono Adi, apakah bapak ada tulisan tentang hubungan demokrasi dengan yahudi? Siapakah Kleistenes, siapakah Efialtes? Sejak kapan percampuran antara bangsa Yunani dengan bangsa Yahudi? Apakah ada bukti kuat bahwa revolusi perancis sebagai asas berdirinya negara demokrasi modern digerakkan oleh konspirasi yahudi?
Post a Comment