Wartawan media Lebanon Almanar, Sadeq Khanafer dan Hussein Mallah telah menulis artikel bersambung berjudul "Mengapa Assad Tidak Bisa Dikalahkan?" Pada tulisan pertama dipaparkan gambaran umum negara Syria, disusul kemudian dengan tulisan tentang aspek ekonomi Syria yang menunjang kekuatan regim Syria. Pada tulisan ketiga kedua penulis memaparkan aspek militer dan yang keempat membahas aspek politik dan kepemimpinan nasional Syria. Kedua tulisan terakhir inilah yang menjadi dasar penulisan artikel ini.
Tidak bisa dibantahkan bahwa militer Syria telah menjadi tulang punggung perlawanan bangsa Syria terhadap konspirasi zionis internasional yang saat ini tengah menggoncangnya. Dan sampai sejauh ini militer Syria telah menunjukkan kinerja yang menakjubkan, tidak saja di mata rakyat Syria sendiri namun juga di mata internasional.
Tentara reguler Syria mempunyai panglima tertinggi yang tidak lain adalah Presiden Bashar al Assad dan deputinya Menhan Fahd Jassem Al-Freij. Dalam kemiliteran Bashar menyandang pangkat Letnat Jendral. Tentara Syria merupakan salah satu satuan tentara terkuat di Timur Tengah dengan jumlah pasukan 320.000 personil dan diperkuat oleh 200.000 tentara cadangan dan 42.000 perwira.
Tentara Syria berdiri sejak tgl 1 Agustus 1946, yaitu tanggal dimana pemerintah berdaulat Syria mengambil alih otoritas penjajahan Perancis. Tentara Syria telah berulangkali terlibat peperangan melawan zionisme dan kekuatan imperialis asing: Perang Maysaloun (melawan Perancis), Perang 6 Hari (tahun 1967 melawan Israel), Perang September Hitam (tahun 1973 melawan Jordania dan membela Palestina), Perang Yom Kippur (tahun 1973 melawan Israel), dan Perang Lebanon (tahun 1982 melawan Israel dan Amerika).
Pada tahun 1976 Syria menempatkan pasukan di Lebanon atas perintang Liga Arab demi menegakkan ketertiban di negara yang tengah dilanda perang saudara itu. Pasukan tersebut ditarik tahun 2005 setelah peristiwa Revolusi Cedar. Pasukan Syria juga terlibat dalam koalisi internasional membebaskan Kuwait dari pendudukan tentara Irak tahun 1991.
Tentara Syria terbagi dalam 5 Seksi, yaitu AD, AU, AL, unit inteligen militer serta unit organisasi. AD Syria dianggap sebagai tulang punggung tentara Syria terdiri dari sekitar 300.000 tentara reguler dan 200.000 milisi. AU Syria terbagi dalam dua bagian, yaitu AU dan pertahanan udara. Kekuatannya termasuk yang terbesar di tanah Arab dengan kekuatan sekitar 900 pesawat tempur. AL Syria bermarkas di Latakia dengan pangkalan-pangkalan berada di Latakia, Al-Mina Al-Bayda, Tartous, dan Banias; memiliki jumlah personil 10.000 tentara, 2 kapal selam, 2 frigat, 2 kapal anti kapal selam, 4 kapal penebar ranjau, 3 kapal ampibi pendarat, serta 25 kapal perang berbagai ukuran.
Tentara Nasional
Untuk memperkuat pertahanan negara, terutama setelah terjadinya krisis, pemerintah Syria memebentuk National Defense Army. Terdiri dari milisi relawan pria dan wanita dari berbagai usia. Tugas utamanya adalah melidungi kawasan dari serangan pemberontak. Mereka mendapat gaji bulanan, seragam, dan berjumlah puluhan ribu tersebar di beberapa propinsi.
Jenjang Kepangkatan dan Dinas Kemiliteran
Jenjang kepangkatan dalam ketentaraan Syria terbagi dalam 3 kelompok: individual, perwira muda dan perwira. Pangkat tertinggi adalah Letnan Jendral.
Syria menerapkan wajib militer yang cukup unik bagi warganegaranya. Semua warga negara laki-laki berumur di atas 18 tahun dan memiliki saudara laki-laki, diwajibkan mengikuti dinas ketentaraan selama 18 bulan.
Tentara Syria terlibat dalam pembangunan infrastruktur di Syria seperti membangun jalan, jembatan, sebagaiman juga terlibat dalam industri, farmasi dan kedokteran serta riset. Militer Syria melarang anggotanya terlibat urusan politik atau memiliki pekerjaan sampingan. Anggota militer juga dilarang memperlihatkan perlengkapannya di luar wilayah kerja terkecuali dalam peperangan atau konfrontasi.
Persenjataan dan Taktik
Tidak ada data akurat tentang persenjataan militer Syria karena pemerintah sengaja menjaga kerahasiaannya. Namun diyakini bahwa Syria memiliki senjata-senjata rudal terkuat di kawasan yang bisa menjangkau seluruh wilayah Israel dan target-target lain di kawasan. Di antara rudal-rudal itu adalah "Scud" yang bisa dimodifikasi sebagai senjata kimia.
Syria juga memiliki ribuan tank berbagai tipe dan ukuran yang menjadikan militer Syria sebagai satu kekuatan regional yang paling diperhitungkan.
Sebagai tulang punggung kekuatan regim, militer Syria telah menjadi target utama pemberontakan sejak awal sekaligus memaksa militer terlibat dalam berbagai konflik yang intensif. Dalam hal ini seorang pakar militer Lebanon, Salim Harba, mengungkapkan bahwa mengatakan:
"Tentara Syria sejak mulai terjadinya krisis telah menjadi sasaran utama pemberontak. Mereka menghadapi serangan bertubi-tubi tidak saja di lapangan, namun juga di media massa melalui berita-berita dan yang tidak fair demi untuk memecah belah anggotanya dan menghancurkan kepercayaan dirinya. Namun itu semua hanya berdampak kecil bagi keutuhan, koheren, kekuatan dan kepercayaan diri tentara."
Sedangkan mantan kepala "Directorate of Orientation in the Lebanese Army" Brigjen (purn), Elias Farhat menyatakan bahwa "tentara Syria telah berusaha untuk menjauhi kekerasan dengan melarang anggotanya membawa senjata dan menembak hingga beberapa insiden membuat beberapa anggotanya mengalami luka-luka dan terbunuh. Sejak peristiwa pembantaian Jisr Al-Shgour dimana sebanyak 200 tentara terbunuh, militer baru diijinkan menggunakan senjata."
Mengingat yang dihadapi adalah perang gerilya, militer Syria melakukan berbagai teknik perang gerilya yang sesuai dengan kondisi medan perang. Menurut Salim Harba militer Syria telah mempersiapkan diri menghadapi perang gerilya berdasarkan fakta bahwa ancaman utama Syria adalah pendudukan Israel. Sebagian besar tentara Syria telah dipersiapkan untuk berperang di daerah-daerah padat penduduk. Dan sejauh ini strategi tersebut telah dijalankan dengan baik oleh tentara Syria, meski yang dihadapi bukan tentara Israel melainkan pemberontak.
Menurut seorang perwira menengah yang menjadi komandan lapangan tentara Syria di medan perang Baba Amro mengungkapkan bahwa militer Syria telah mempersiapkan beberapa satuan khusus perang gerilya, dan setelah 2 tahun peperangan seluruh personil militer telah memiliki kemampuan tinggi untuk menghadapi medan perang gerilya yang diterapkan pemberontak.
"Jika kami mengatakan bahwa kami tidak merasa lelah dan bisa mengatasi para pemberontak di berbagai wilayah dengan mudah, itu semua tidak terjadi secara kebetulan melainkan setelah melalui berbagai ujian dan pengalaman," kata perwira tersebut kepada Almanar
"Sebagai contoh, kami membekali prajurit dengan perlengkapan dan bekal yang lebih banyak agar mereka bisa bertahan dalam kepungan hingga bantuan tiba. Para prajurit kini telah mengenal dengan baik setiap jengkal wilayah di sekitar mereka. Mereka telah mengetahui kemana harus bergerak dan menyelamatkan diri. Mereka juga telah lebih stabil emosinya dan tidak mudah terintimidasi oleh musuh setelah mengenal mereka lebih banyak," tambahnya.
Kontrol dan Kepemimpinan
"Sistem kepemimpinan dan kontrol dalam ketentaraan Syria adalah koheren dan kepemimpinan serta prioritas dalam militer adalah tetap. Perpecahan memang terjadi dan sebagian tidak bersemangat untuk berperang, namun jumlahnya hanya antara 10% atau 15%. Tidak ada komandan yang membelot kecuali beberapa perwira eselon kedua," kata Farhat seraya menyatakan bahwa tentara Syria menyadari betul kepentingan yang dihadapi negaranya.
"Mereka terlatih dan tersenjatai dengan profesional untuk mempertahankan negara dan rakyatnya. Mayoritas tentara Syria memiliki rasa nasionalisme Arab yang tinggi yang anti-zionisme," tambahnya.
Sang kolonel di medan perang Baba Amro menambahkan: "2 tahun setelah peperangan, kini menjadi jelas di mata pakar militer bahwa mereka yang mampu bertahan dan pertempur di ribuan medan perang dan di berbagai lokasi geografis, bergerak maju untuk melindungi negerinya dari kekalahan, terbukti telah menjadi tentara terkuat di dunia. Tentara Syria, meski menghadapi berbagai bentuk agresi dan pembunuhan terhadap pemimpin-pemimpinnya, masih percaya diri dan menakutkan bagi semua musuhnya, terutama Israel."
(BERSAMBUNG)
7 comments:
Bang Adi...bisa bikin tanggapan gk atas serangan roket israel baru2 ini yg menghancurkan pusat penelitian militer syria dijamraya, apakah syria tidak punya radar seperti halnya menembak jatuh jet turky...???
NB: kemudian pemboman yg diduga pusat nuklir syria tahun 2007 oleh israel, apakah watu itu tidak tertangkap radar juga hingga bisa sampai ke tempat vital yg penjagaanya sangat ketat...???
Harus diakui bahwa AU Israel memang canggih, jauh lebih canggih dari Turki sehingga pesawat2-nya tidak terdeteksi radar Syria. Namun harus dimengerti juga bahwa sistem pertahanan udara Syria tidak sekuat Iran.
Sy belum tahu mengapa Syria tidak membalas. Mungkin Syria belum siap berperang secara terbuka dgn Israel yg sudah pasti dibacking habis-habisan oleh Amerika dan NATO.
Tetapi bukankah angkatan perang russia dan iran juga sudah bermarkas disana Bang...!!! Btw yg menembak jatuhnya Jet tempur turky jga dari angkatan russia yg sudah ada disana untuk membantu tentara syria melindungi konfrontasi langsung dengan amerika. klu begitu situasinya gampang aja bagi israel untuk mengebom langsung istana Basar asad dan tempat2 vital lainya tanpa harus menyokong bantuan ke pemberontak dengan senjata dan uang.
Istana tentu punya sistem pertahanan yg lebih kuat. Lagipula Israel tentu tidak ingin dianggap terlalu memprovokasi apalagi melakukan invasi karena secara politis akan merugikan mereka juga blog pendukungnya. Yg bisa dilakukan Israel hanya hit and run dan berharap Syria tidak membalas. Sampai saat ini bahkan masih berkilah serangannya ditujukan untuk menghentikan suplai senjata ke Hizbollah.
ikut komentar ya, yang saya baca dari koran bahwa pesawat israel itu menyerangnya dari luar wilayah Syria jd Syria tidak punya alasan untuk menembak pesawat israel sebelum pesawat itu meluncurkan rudal. Jadi setelah meluncurkan rudal pesawat israel langsung pergi dan memang susah mencegat rudal yang diluncurkan dari pesawat, begitu atau bukan?
Sudah ada pernyataan dari Bashar al Assad kalau Syria telah membalas menembakkan beberapa rudal ke Israel. Namun media massa hanya menyebutnya sebagai tembakan mortir.
Post a Comment