Indonesian Free Press -- SEMUA perburuan binatang pemangsa manusia yang dilakukan Jim Corbett dimotivasi oleh keinginannya untuk menolong sesama manusia yang menderita oleh keberadaan binatang pemangsa. Tentu saja ada motivasi lainnya, yaitu kemasyuran yang diperolehnya karena keberhasilannya membunuhi binatang-binatang pemangsa manusia yang termasyur seperti Harimau Champawat, Macan Tutul Rudraprayag dan Macan Tutul Panar. Namun tidak ada satupun dari belasan perburuan itu yang dimotivasi oleh keinginan mengakhiri hidup, sebagaimana dalam perburuan Harimau Talla Des.
Bagi
penggemar film tentu sudah pernah melihat film ‘Dances With Wolves’ yang
dibintangi oleh aktor terkenal Kevin Costner dan menjadi salah satu film yang
paling banyak meraih penghargaan Oskar pada awal dekade 1990-an. Dalam film
ini digambarkan bagaimana Letnan John Dunbar yang berputus asa dengan penyakit
infeksi yang mengancam kakinya untuk diamputasi, memutuskan untuk melakukan
misi ‘bunuh diri’ dengan bertugas di wilayah terpencil yang berbatasan dengan
wilayah suku Indian Sioux yang ganas. Demikian juga dengan Jim Corbett dalam
perburuan ini. Putus asa dengan penyakit infeksi di telinganya yang tidak bisa
disembuhkan, Jim memutuskan untuk memburu Harimau Tella Des yang selama delapan
tahun diketahui telah memangsa sekitar 150 orang.
Pada
saat Jim berangkat dari rumahnya di Nainital, ia tengah kehilangan pendengaran
dan penglihatan di telinga dan mata sebelah kirinya. Infeksi gendang telinga
kirinya juga membuatnya ia tidak bisa menggerakkan lehernya, dan setiap
langkah yang dibuatnya menimbulkan rasa sakit di kepalanya. Ini belum termasuk
asupan makanan yang kurang akibat kesulitan mengunyah, membuat kondisi fisik
Jim Corbett sangat tidak layak untuk melakukan perburuan, terlebih terhadap
harimau yang telah memangsa 150 orang.
Secara
geografis perburuan terhadap Harimau Tella Des berlangsung di tempat yang
tidak jauh dari perburuan terhadap Harimau Pemangsa Chuka dan Thak, yaitu di
sekitar Sungai Sardha dan Ladhya di negara bagian Utarrakand, India. Hanya saja
kali ini berlangsung di seberang Sungai Ladhya di lereng pegunungan Himalaya.
Talla Des sendiri adalah sebutan untuk wilayah di lereng Pegunungan Himalaya di
dekat perbatasan Nepal. Di sisi lain, secara historis perburuan ini berlangsung
berdekatan waktunya dengan perburuan terhadap Harimau Chowgarh, yaitu di bulan
April tahun 1929.
Penyakit
infeksi telinga yang diderita Jim Corbett berawal dari suatu insiden di bulan
Februari 1929. Kala itu dalam sebuah perburuan tamasya di hutan Bindukhera,
seorang teman tanpa sengaja meledakkan senjata di dekat telinga Jim Corbett
hingga merusak gendang telinganya. Tidak ada dokter yang bisa menangani luka tersebut
dan pembengkakan di dalam telinga pun mulai terjadi. Risiko pembengkakan itu
adalah kematian, ketika pembengkakan pecah dan nanah di dalam telinga masuk ke
dalam otak. Menghadapi ketidak pastian hidup dan sementara itu ia harus
menanggung penderitaan yang tidak terkira, Jim pun memutuskan untuk memburu
Harimau Talla Des.
Jim
ditemani oleh enam orang pembantunya saat meninggalkan rumahnya pada tangal 4
April 1929. Setelah berjalan kaki sejauh 14 mil dengan menuruni lereng-lereng
pegunungan menuju kota Kathgodani, Jim menaiki kereta api menuju kota Bareilly,
Pilibhit, dan akhirnya Tanakpur. Di sini ia mendapatkan kabar bahwa harimau
pemangsa baru saja memakan korban terakhirnya sehari berselang dan atas
perintah Kepala Distrik Almora dua ekor kerbau muda untuk umpan telah
dikirimkan dari Champawat menuju Talla Des. Kemudian setelah sarapan, Jim dan
rombongannya berjalan kaki menuju Kaladhunga yang berjarak 24 mil di sebelah
timur Tanakpur, dimana terdapat bungalow
di pinggir Sungai Sardha, setelah melalui jalur terjal di lereng lembah sungai
yang terjal. Kemudian dengan menyisir sungai, mereka tiba di Dusun Chuka. Tidak
jauh dari dusun ini terdapat tempuran
antara Sungi Sardha dengan Sunga Ladhya. Di seberang Sungai Ladhya dan tepat di
pinggir tempuran terdapat Dusun Sem. Jarak antara Kaladhunga dengan Dusun Chuka
dan Dusun Sem masing-masing adalah lima mil dan enam mil. Kedua dusun itu
terletak di sebelah utara Kalaldhunga dan timur laut Tanakpur.
Di
tengah perjalanan antara Tanakpur dan Kaladhunga dan di bawah Kuil Purnagiri
yang dikeramatkan orang yang terletak di atas bukit, Jim Corbett dan rombongan
bermalam di udara terbuka. Pada saat itu mereka semua melihat fenomena Bhagbatti atau Banaspati dalam kepercayaan Jawa. Ini adalah semacam hantu atau
arwah berbentuk bola-bola api yang membesar. Ketika Jim menuliskan
pengalamannya itu di sebuah koran India kala itu, hal itu pun menjadi perhatian
publik yang luas.
Keesokan
harinya, setelah beristirahat dan makan siang di Dusun Chuka, Jim melanjutkan
kembali perjalannya. Menyeberangi Sungai Ladhya dan melewati Dusun Sem, jalan
setapak yang mereka lalui mulai menanjak menelusuri lerang Pegunungan
Himalaya. Mendekati tengah malam mereka sampai di sebuah dusun kecil yang
dihuni oleh dua keluarga. Saat di Chuka warga sudah mengingatkan Jim untuk
menghindari dusun ini karena sering didatangi harimau pemangsa. Namun karena
tidak mungkin terus berjalan, mereka pun bermalam di sini. Para pembantu Jim
tidur di dalam ruangan yang disediakan penghuni dusun, sementara Jim tidur di
dalam tendanya hanya ditemani dengan lentera dan senapan Rigby Mauser kaliber
0.275 kesayangannya.
Keesokan
harinya setelah sarapan Jim melanjutkan perburuannya, meninggalkan
rombongannya yang menyusul belakangan dengan instruksi untuk tetap berada
dalam satu rombongan dan berada di tempat terbuka saat beristirahat.
Perlu
diketahui bahwa Jim melakukan perburuan itu sendirian dengan berjalan kaki
dalam kondisi pendengaran dan penglihatannya berkurang 50%. Bahkan dalam
kondisi prima pun berburu harimau pemangsa manusia dengan cara seperti
itu dianggap sebagai tindakan bunuh diri oleh sebagian besar pemburu. Menurut
penuturan Jim saat mengisahkan perburuan ini dalam bukunya "The Temple Tiger and more Man-Eaters
of Kumaon" keberanian dan kepercayaan dirinya untuk melakukan perburuan
seperti ini diperoleh berkat pengalaman yang diperolehnya bertahun-tahun
melakukan perburuan di berbagai tempat.
”Pengalaman
menimbulkan kepercayaan diri. Tanpa itu semua berburu binatang pemangsa manusia
sendirian dan dengan berjalan kaki akan sangat tidak menyenangkan dan menjadi
tindakan bunuh diri,”
tulis Jim Corbett.
Setelah
berjalan sekitar satu jam Jim sampai pada satu tempat berupa dataran tinggi
berumput yang di lerengnya terletak sebuah dusun. Kedatangan Jim pun disambut
gembira oleh para penghuni dusun tersebut yang sudah mendengar kabar tentang
rencana kedatangan Jim untuk memburu harimau pemangsa. Dari warga Jim
mengetahui nama dusun tersebut adalah Tamali, yang terletak sekitar sembilan
mil di sebelah utara Dusun Sem.
Duduk
melingkar bersama-sama para lelaki dewasa dan wanita dan anak-anak berdiri di
belakang, Jim mendapatkan suguhan susu segar dan berbagai jenis makanan.
Setelah menghisap rokok yang digilir satu per-satu, warga pun menceritakan penderitaan
mereka karena keberadaan harimau pemangsa. Mereka terancam kelaparan karena
tidak lagi berani bercocok tanam di lahan-lahan yang agak jauh dari dusun,
sementara mereka juga takut untuk pergi ke Tanakpur untuk berbelanja kebutuhan
mereka atau menjual barang-barang mereka di pasar. Mereka mengklaim bahwa
harimau pemangsa tidak pernah meninggalkan
wilayah mereka dalam jangka waktu yang lama, dan mendesak Jim untuk tinggal bersama
mereka untuk mendapatkan kesempatan menembak harimau itu.
Serangan harimau pemangsa
terakhir di dusun ini terjadi tanggal 20 Maret dengan korbannya seorang ibu
yang tengah bekerja bersama wanita-wanita lain di sawah yang terletak di bawah
dusun. Tidak ada yang bisa memastikan apakah harimau itu berkelamin jantan
ataupun betina, namun semua warga sepakat binatang itu berukuran besar.
Tidak
bisa mendapatkan petunjuk tentang keberadaan terakhir harimau pemangsa, Jim pun
berpamitan dengan mereka dengan janji akan datang secepatnya jika terjadi
serangan lagi. Tidak lupa ia mengingatkan pengumuman yang dibuat pemerintah
setempat bahwa warga tidak diperbolehkan memindahkan dan apalagi menguburkan
ataupun mengkremasi korban serangan harimau sebelum kedatangan Jim. Yang boleh
mereka lakukan adalah menutupi korban serangan itu dari pandangan burung-burung
pemakan bangkai.
Tujuan
Jim selanjutnya adalah ke arah barat dusun Tamali. Setelah berjalan sejauh
empat mil melintasi hutan pohon-pohon oak
raksasa di jalan yang relatif landai, jalan berbelok ke utara dan melintasi
ujung sebuah lembah. Di dasar lembah mengalir sungai kecil berair jernih yang
airnya berasal dari balik semak-semak. Melintasi sungai itu dengan menginjak
batu-batu besar dan kemudian naik sedikit di seberang lembah Jim menemukan
tanah terbuka yang sempit dan memanjang yang menghubungkan dengan sebuah
dusun yang diketahui Jim kemudian sebagai Dusun Talkote. Beberapa wanita yang
hendak mengambil air di aliran sungai kecil itu melihat kedatangan Jim dan
berteriak-teriak kegirangan.
“Sahib (sahabat atau teman) itu telah
datang!” teriak mereka.
Dengan
cepat warga pun beramai-ramai menyambut kedatangan Jim. Seperti di dusun
sebelumnya, rencana kedatangan Jim telah diketahui di seluruh daerah Talla Des.
Dengan gembira mereka semuanya, termasuk anak-anak, mengelilingi Jim. Patwari atau pegawai pemerintahan
kolonial yang dikirim dari Champawat untuk mengabarkan kedatangan Jim dan
membawa kerbau pengumpan harimau pemangsa telah berada di dusun ini sejak dua
hari sebelumnya. Kepada Jim ia mengatakan bahwa kedua kerbau yang dibawanya
dari Champawat telah ditambatkan di dusun lain 10 km sebelah barat dusun
Talkote, dimana terjadi serangan harimau pemangsa.
Pada
hari kedatangan patwari, seorang
wanita warga dusun ini menjadi korban serangan harimau pemangsa. Sesuai dengan
perintah pemerintah sisa jenasah wanita itu tidak diganggu sama sekali.
Kemudian pada pagi hari kedatangan Jim, kepala dusun mengirim satu rombongan
orang untuk memeriksa sisa jenasah itu dan diperoleh kabar bahwa tidak ada lagi
yang tersisa dari jenasah itu kecuali sepotong gigi. Bahkan pakaian wanita itu
tidak ditemukan lagi.
Ketika
Jim meminta mereka untuk menuntunnya ke lokasi serangan, seorang anak muda
maju ke depan. Ia adalah anak dari wanita malang korban serangan harimau
pemangsa itu. Dengan anak muda itu berjalan di depan dan Jim di belakangnya,
rombongan besar warga termasuk wanita dan anak-anak mengikuti mereka di
belakang. Setelah melewati dusun, mereka kemudian melalui jalan setapak yang
membujur di puncak bukit kecil yang menghubungkan dua lembah besar. Satu
lembah di sebelah kiri atau sebelah barat membujur hingga arah Sungai Ladhya,
sedangkan lembah satunya lagi membujur hingga beberapa puluh kilometer ke arah
Sungai Kali.
Berhenti
di tengah-tengah jalan setapak, anak muda itu mengarahkan pandangannya pada
lembah sebelah kanan. Pada sisi utara lembah ini dipenuhi padang rumput yang
diselang-selingi dengan semak-semak. Sementara di sisi selatannya dipenuhi pohon-pohon
besar dan semak belukar. Menunjuk pada satu kumpulan semak di sisi utara
sejauh sekitar 500 meter di bawah mereka, anak muda itu mengatakan kepada Jim
bahwa di situlah ibunya telah diserang oleh harimau pemangsa, saat mencari
rumput bersama sekelompok warga dusun. Saat itu, kata anak muda itu, mereka
semua tidak melihat atau mendengar keberadaan harimau. Namun mereka sempat
mendengar suara ghooral (kambing
liar pegunungan) dan langur (sejenis
kera).
Ghooral mungkin berteriak
ketika melihat manusia, namun langur
hanya berteriak jika melihat binatang pemangsa. Perkiraan Jim harimau itu
tengah bersembunyi di semak-semak ketika orang-orang itu datang. Mengetahui
hal itu, harimau keluar dari persembunyian dan melakukan pengintaian. Saat
itulah keberadaannya diketahui oleh ghooral
dan langur yang secara spontan
berteriak.
Setelah
mempelajari medan, Jim meminta seseorang untuk menemaninya ke lokasi serangan.
Lagi-lagi anak muda yang bernama Dungar Singh itu maju ke depan.
“Aku
akan menemanimu sahib dan menunjukkan
jalannya,” katanya.
Dari
jalan setapak itu mereka kembali ke dusun, kemudian menelusuri jalan setapak
yang biasa digunakan warga untuk menggembala kambing menuju padang rumput di
ujung lembah. Pada saat berjalan, Jim memberitahu Dungar Singh bahwa pendengarannya
tidak normal kemudian memberitahukan kepadanya bagaimana cara
berkomunikasi dengannya, yaitu dengan bahasa isyarat atau dengan membisikkan ke
telinga kanan yang masih berfungsi baik.
Sementara
itu rombongan warga dusun tetap berdiri di atas jalan setapak di atas bukit
untuk menyaksikan perburuan yang tampak cukup jelas di posisi mereka.
Ketika
mereka berdua telah berjalan sejauh 400 meter, Dungar Singh tiba-tiba berhenti
dan menoleh ke belakang. Ternyata patwari
dan seseorang yang membawa senjata api berjalan mengikuti mereka. Berhenti
untuk menunggu kabar yang dibawa patwari,
Jim kecewa karena ternyata ia hanya ingin mengikuti perburuan yang
dilakukannya. Kedua orang itu tidak mengenakan sepatu karet yang biasa
digunakan untuk berburu sehingga membuat Jim merasa terganggu. Namun ia tidak
kuasa untuk menolak mereka.
Mereka
kemudian berjalan lagi sejauh empat ratus meter melalui semak-semak belukar,
kemudian mereka sampai di tempat terbuka yang tidak terlalu luas dimana ‘jalan
kambing’ terpisah menjadi dua. Satu jalan ke arah sebuah jurang yang dalam di
sebelah kiri, sementara satu jalan lainnya ke sebelah kanan mengikuti kontur
bukit. Di sini Dungar Singh berhenti, kemudian membisikkan kepada Jim bahwa
di dekat jurang di sebelah kiri itulah ibunya telah dimangsa oleh harimau.
Tidak
ingin perburuannya terganggu, Jim meminta Dungar Singh dan kedua orang itu
untuk diam di tempat terbuka itu. Pada saat itu Dungar Singh menolah ke arah
jalan setapak di atas bukit dimana warga dusun berada. Jim mengikuti arah pandangan
Dungar Singh dan melihat orang-orang itu memberikan isyarat untuk tidak
bersuara. Kemudian Dungar Singh berkata:
“Orang-orang itu mengatakan bahwa di sebidang
tanah di bawah tampak sesuatu berwarna merah terbaring di bawah sinar matahari.”
Benda berwarna merah itu bisa saja harimau yang dicari, Jim pun
tidak ingin membuang kesempatan itu begitu saja. Maka dengan serius ia
meminta kepada patwari dan temannya
itu untuk naik ke atas pohon yang diikuti tanpa merasa keberatan sedikitpun
oleh mereka. Tidak lupa Jim mengosongkan senjata yang dibawa mereka. Ia tidak
ingin mengulangi kesalahan dalam perburuan Harimau Champawat, ketika seseorang
yang sok jagoan menembakkan
senjatanya dan hanya membuat binatang buruan itu melarikan diri.
‘Jalan
kambing’ yang menuju ke sebelah kanan seperti telah disebutkan, mengarah ke
sepetak sawah terasering yang sudah
lama tidak ditanami sejak munculnya harimau pemangsa. Di sawah itu kini hanya
tumbuh rumput oat. Sawah ini memiliki
panjang sejauh 100 meter dan lebar tiga meter di ujung terdekat dan 10 meter di
ujung yang jauh. Pada jarak 50 meter dari ujung dekat sawah membelok ke sebelah
kiri. Ujung jauh sawah berakhir di bawah bukit. Dungar Singh mengatakan bahwa
dari ujung jauh sawah itu mereka bisa melihat lebih jelas bidang tanah dimana
benda berwarna merah itu berada. Jim dan Dungar pun merangkak ke sana.
Dari
tempat itu Jim melihat dua ekor harimau tengah tertidur di bawah sinar matahari
pagi di atas sebidang tanah berumput. Mereka terpisah sekitar tiga meter. Yang
terdekat memunggungi mereka dengan kepala menghadap bukit, sedang yang terjauh
menghadap dengan ekor menghadap ke arah bukit. Harimau yang terdekat
memberikan peluang menembak yang lebih baik, namun Jim khawatir harimau kedua
demi mendengar tembakan akan berlari menuruni bukit dan berlindung di balik semak
belukar. Maka harimau yang terjauh menjadi pilihan terbaik. Jarak mereka dari
Jim adalah sekitar 120 meter. Dengan hati-hati Jim mengarahkan senapannya. Ada
kesulitan untuk menyesuaikan kondisinya yang tidak lagi bisa menggunakan kedua
matanya untuk membidik sasaran. Namun setelah yakin dengan bidikannya, Jim pun
menarik pelatuk senapannya.
Atas
tembakan itu harimau tersebut tidak bereaksi sedikit pun setelah jantungnya
tertembus peluru. Namun demi mendengar bunyi tembakan, seekor harimau lain yang
sebelumnya tidak kelihatan langsung melompat dan berlari kencang, dengan sekali
lompat menghilang dari pandangan. Pada saat yang bersamaan harimau kedua
berdiri kebingungan melihat seekor rekannya melarikan diri dan rekan satunya
lagi tetap tergeletak. Tanpa berfikir panjang Jim menembak harimau ini, yang melompat
tinggi setelah menerima tembakan. Jatuh dengan punggungnya terlebih dahulu, harimau
itu hilang dari pandangan. Kemudian Jim berusaha mengamati pergerakan harimau
yang melarikan diri. Pada bidang tanah berumput yang berjarak sekitar 200 meter
dari ujung senapan, Jim akhirnya melihat harimau itu keluar dari semak-semak
dengan kecepatan penuh. Senapan yang digunakan Jim adalah senapan spesial
untuk berburu di pegunungan yang terkenal dengan tingkat keakurasian tinggi.
Menerima tembakan, harimau itu
berhenti dari larinya, kemudian perlahan-lahan jatuh ke arah jurang di bawahnya.
Jim berfikir, tubuh binatang itu akan hancur
jika benar-benar jatuh ke dasar jurang sedalam beberapa puluh meter
itu. Namun ia tertahan oleh ranting-ranting pohon oak yang tumbuh di tepian jurang. Jim menunggu beberapa saat,
namun tidak ada pergerakan di pohon itu. Yakin harimau itu telah tewas, Jim
membalikkan badannya dan memanggil patwari
untuk turun. Sementara itu Dungar Singh yang selama aksi menembak itu berada di
belakang Jim dan melihat dengan jelas semuanya, menari-nari dengan gembira.
Kemudian ia memanggil orang-orang.
Saat
itu Jim mengetahui ketiga harimau yang ditembaknya adalah harimau pemangsa
manusia dengan dua anaknya. Namun ia tidak mengetahui yang mana di antara
ketiganya yang merupakan pemangsa manusia karena ukuran ketiganya tidak
jauh berbeda. Bagaimana pun, kedua anak harimau itu cenderung telah menjadi
pemangsa manusia setelah merasakan daging manusia dan melihat bagaimana sang
induk memperlakukan manusia sebagai buruan.
Beristirahat
dengan duduk melingkar dan rokok diedarkan karena keyakinan kuat bahwa ketiga
harimau itu telah tewas, Jim mengatakan kepada ketiga orang itu bahwa ia akan
memeriksa buruannya setelah menghabiskan sebatang rokok. Namun ketika
sebatang rokok itu belum habis Jim melihat ranting pohon oak yang menyangga harimau di atas jurang bergerak-gerak. Sejenak
kemudian harimau itu jatuh dari atas pohon dan kemudian melorot ke arah jurang.
Jim kembali melepaskan tembakan saat harimau itu mulai jatuh ke jurang.
Beberapa saat kemudian terdengar ranting-ranting pohon yang patah dan disusul
suara gedebuk yang cukup kuat.
Rokok
yang dihisap bertempat pun habis. Jim mengatakan kepada ketiga temannya akan
memeriksan harimau kedua yang tidak kelihatan setelah terjatuh dengan
punggungnya terlebih dahulu. Namun saat ia berjalan menuruni lereng bukit
sejauh 20 meter Dungar Singh berteriak:
“Lihat
sahib, harimau itu berjalan!”
Menyangka
harimau yang hendak diperiksanya itu telah bangkit dan hendak menyerangnya, Jim
menundukkan diri dan mengarahkan senapannya ke depan, mengantisipasi serangan
harimau itu. Namun ternyata Dungar Singh menunjuk ke tempat lain. Mengikuti
petunjuk Dungar Singh, Jim melihat harimau yang jatuh ke jurang itu tengah
berjalan tertatih-tatih dengan luka yang mengucurkan darah di bagian pundak
kanannya. Dengan jarak sekitar 400 meter, Jim kembali membidikkan senapannya,
dan untuk ketiga kalinya menembak harimau yang sama. Ada jeda waktu saat
senapan itu meletus dan saat peluru yang dimuntahkannya mencapai jarak yang
dituju. Luput, peluru itu mengenai bidang tanah di atas harimau itu dan
melemparkan butiran-butiran debu.
Demi
mendengar letupan di atasnya, harimau itu mempercepat larinya, dan Jim hanya
bisa memandangi harimau itu berjalan terseok-seok sebelum menghilang di balik
semak belukar dan perbukitan, karena kini sudah tidak ada lagi peluru di
magazin senapan Jim.
Jim
menyesal mengapa tidak membawa peluru cadangan saat berpisah dengan para
pembantunya, karena ia memang tidak menyangka akan melakukan penembakan,
melainkan hanya menemukan dusun yang paling akhir mengalami serangan harimau
pemangsa.
Pada
saat melakukan penembakan-penembakan itu para pembantu Jim sudah berada di
atas jalan setapak di atas bukit, turut menyaksikan aksi penembakan Jim. Ketika
peluru kelima dilepaskan Jim dan harimau itu melarikan diri, para pembantu Jim
mengetahui peluru tuannya sudah habis. Maka
pembantu kepercayaan Jim berlari ke arah Jim membawa peluru yang dibutuhkan,
namun sudah terlambat.
Ketika
memeriksa kedua harimau yang tewas itu Jim baru mengetahui bahwa keduanya
adalah anak harimau yang telah tumbuh remaja. Sedangkan harimau yang berhasil
melarikan diri, tidak bisa dipungkiri lagi adalah harimau pemangsa manusia
Talla Des. Sementara orang-orang menggotong kedua harimau itu ke dusun, Jim
melakukan pencarian terhadap harimau pemangsa yang terluka. Dari posisi
harimau itu terakhir terlihat tampak tetesan darah. Mengikuti jejak harimau
itu hingga beberapa ratus meter Jim, jejak itu menghilang di balik semak belukar.
Dan sementara matahari sudah mendekati ufuk, Jim pun menghentikan pencarian
untuk kembali ke dusun. Namun Jim sudah menduga kuat dimana harimau itu
bersembunyi.
Keesokan
harinya Jim terlebih dahulu melakukan pekerjaan menguliti kedua bangkai anak
harimau yang membutuhkan keahlian khusus. Saat itu diketahui bahwa kedua anak
harimau itu, karena semangatnya dalam memangsa korban terakhirnya telah menelan
pakaian korban yang berlumuran darah. Hal itulah yang menyebabkan warga tidak
menemukan apapun dari jenasah korban serangan harimau itu selain sepotong gigi.
Pada saat melakukan pekerjaan itu, dengan puluhan warga dusun yang
mengelilingi, Jim menyampaikan niatnya untuk melakukan aksi penggiringan terhadap harimau pemangsa yang terluka. Hal
itu disambut dengan antusias oleh semua warga yang selama delapan tahun
menderita karena keberadaan harimau itu. Maka setelah kedua bangkai harimau itu
selesai dikuliti dan mulai dikeringkan dengan sinar matahari, Jim dan puluhan
warga dusun mulai melakukan aksi penggiringan.
Kali
ini warga tidak perlu turun tangan langsung mengging harimau buruan, suatu
pekerjaan yang beresiko tinggi. Mereka cukup melempari semak-semak dimana
diperkirakan harimau itu bersembunyi dengan batu-batuan dari jalan setapak di
atas bukit. Sementara Jim menunggu di satu tempat untuk menembak harimau itu
saat keluar dari persembunyiannya. Setelah berada pada posisinya, Jim
melambaikan tangan dan warga pun beramai-ramai melemparkan batu kecil dan
menggulingkan batu-batu besar ke arah semak belukar yang berada di bawah mereka.
Beberapa ekor burung dan binatang kecil berhamburan dari semak-semak, namun
tidak dengan harimau pemangsa itu. Tidak juga ada suara mengeram harimau yang
terganggu istirahatnya.
Setelah penggiringan yang gagal
itu Jim mendapati bahwa harimau itu sebelumnya telah meninggalkan semak
belukar itu dan melewati bukit. Kemungkinan besar hal itu dilakukannya pada
malam hari. Dari genangan darah kering yang ditemukan di tempat dimana harimau
itu berhenti dan beristirahat diketahui harimau itu mengalami luka luar yang
menyakitkan, namun tidak mematikan.
Berdiri
di atas bukit dan mempelajari kembali kondisi lapangan, Jim berkesimpulan
harimau itu tidak akan berjalan menuruni bukit dan lembah karena hanya
menimbulkan rasa sakit di kaki depannya yang terluka. Maka hampir dipastikan
harimau itu akan berjalan menyusuri dataran di atas perbukitan untuk mencari
tempat persembunyian baru.
Di
dataran di atas perbukitan itu adalah jalan yang biasa dilalui
binatang-binatang liar. Jim menemukan jejak-jejak kaki ghooral, sarao (rusa
gunung), rusa sambhar, langur, landak dan juga macan tutul. Setelah berjalan
sejauh satu mil, Jim menemukan jejak kaki harimau pemangsa. Jim mengikuti jejak
kaki itu hingga sejauh setengah mil sebelum menemukan permukaan dataran menyempit
hingga sekitar 15 meter. Di sini harimau itu berusaha menuruni bukit dengan
maksud mendapatkan persembunyian di hutan di seberang jurang. Di sini Jim
melihat tanda-tanda harimau itu jatuh ke dasar juang di bawahnya, setelah
berusaha menahan kajatuhannya dengan cakar-cakarnya yang terbenam di permukaan
tanah.
Jim
harus mencari jalan lain untuk tiba di dasar jurang sedalam lebih dari 20
meter. Ia sempat dihinggapi kegembiraan saat melihat benda putih di dasar
jurang, menyangka itu adalah harimau pemangsa yang telah tewas. Namun ia
harus menelan kekecewaan, karena itu adalah bangkai sarao. Semua jenis kucing-kucingan memiliki kemampuan menakjubkan
untuk menahan kejatuhan dari
ketinggian. Demikian juga dengan harimau pemangsa tersebut, yang dipastikan
masih hidup setelah jatuh dari ketinggian lebih dari 20 meter dalam kondisi
terluka. Dari dasar jurang itu dengan terseok-seok, terlihat dari jejak
kakinya, harimau pemangsa memanjat tebing jurang di seberang jurang, kemudian
masuk ke kawasan bersemak lebat.
Dengan
tanah yang lembab dan tetesan darah yang jelas terlihat, Jim meyakini akan bisa
segera mendapatkan harimau itu dan menyelesaikan misi perburuannya. Namun nasib
baik masih berpihak pada harimau itu ketika kemudian hujan turun dengan
lebatnya sehingga menghapus jejak harimau. Sementara senja sudah menjelang
tiba, Jim pun kembali ke dusun.
Pagi
hari berikutnya Jim kembali melanjutkan perburuan. Ia ditemani enam orang
pembantunya yang tidak ingin kehilangan kesempatan mendapatkan daging sarao gratis, yang ditemukan Jim sehari
sebelumnya. Bagi mereka daging sarao
merupakan salah satu makanan terlezat yang bisa mereka dapatkan. Saat mereka
menguliti sarao tersebut, Jim menuju tempat terakhir jejak harimau pamangsa
terlihat. Di sini Jim menemukan dua jurang yang membujur sejajar di sebelah
kanan bukit. Jim meyakini harimau pemangsa telah melalui salah satu jurang
itu. Mula-mula Jim memeriksa jurang yang terdekat, namun setelah beberapa ratus
meter berjalan, jurang itu berakhir di kaki bukit yang terlalu terjal untuk
didaki harimau yang terluka. Maka Jim kembali untuk memeriksa jurang kedua.
Sebelum
melakukan pencarian ke jurang kedua, Jim berteriak kepada para pembantunya
untuk menyalakan api unggun dan menyiapkan teh panas baginya. Hal ini ternyata
menjadi kesalahan bagi Jim, karena harimau itu, yang tengah tertidur di balik
semak tidak jauh dari tempat itu, langsung melarikan diri dengan diam-diam.
Tiba di tempat dimana harimau itu tertidur, Jim hanya menemukan genangan darah
yang setengah mengering. Jim pun menghentikan perburuannya untuk sementara demi
menikmati teh hangat bersama para pembantunya. Setelah itu ia kembali ke tempat
dimana terdapat genangan darah harimau bersama para pembantunya. Kali ini Jim
membutuhkan bantuan mereka untuk turut mengawasi perburuan dari atas pohon.
Melihat
genangan darah itu para pembantu Jim meyakini bahwa harimau itu akan mati dalam beberapa jam mendatang karena
kehabisan darah. Sebaliknya Jim berpendapat lain, yaitu bahwa harimau itu
akan pulih kembali seiring berjalannya waktu. Dengan bantuan orang-orangnya
yang mengawasi dari atas pohon tertinggi, Jim pun memulai kembali
perburuannya.
Pada
saat harimau itu pergi setelah mendengar teriakan Jim, luka tembakan di
pundaknya telah tertutup darah kering dan tidak ada lagi darah yang menetes,
maka Jim harus mengandalkan keahliannya membaca tanda-tanda alam, dari tanaman-tanaman
yang terinjak dan tersibak oleh harimau atau bunyi-bunyian binatang penghuni
hutan yang melihat keberadaan harimau pemangsa. Namun kondisi fisik
dengan telinga dan mata yang tidak berfungsi penuh membuat Jim kembali mengalami
kegagalan, meski orang-orangnya telah menjalankan tugasnya dengan baik
dengan memberikan informasi pergerakan harimau dari atas pohon tinggi.
Hingga
tanggal 11 April sejak Jim melukai harimau pemangsa pada tanggal 7 April,
harimau itu berhasil mengelak dari kejaran Jim. Pada saat itu dipastikan ia
telah pulih dari luka-lukanya, dan kelaparan, setelah berhari-hari tidak
menyentuh makanan apapun. Di sisi lain bengkak bernanah di dalam telinga Jim
semakin membesar dan menyiksanya. Betapapun Jim tetap bertekad untuk memburu
harimau ini betapapun kondisinya sangat tidak mendukungnya. Namun hari itu juga
Jim kembali mengalami kegagalan. Sementara rasa sakit di telinganya sudah
menyebar ke seluruh tubuh hingga mencegah Jim untuk sekedar memejamkan mata
beristirahat malam. Maka pada malam hari itu, seusai makan malam ia
mengumpulkan pembantu-pembantunya. Kepada mereka Jim mengatakan bahwa ia
akan mengakhiri perburuan malam itu juga dan berpesan kepada mereka untuk
menunggunya di dusun hingga esok petang. Jika sampai waktu itu ia tidak juga
kembali, mereka semua harus kembali kembali ke Naini Tal keesokan harinya.
Usai
menyampaikan pesan itu, Jim mengambil senapannya dan mulai berjalan menuruni
lembah. Sementara keenam pembantu Jim hanya bisa melongo tanpa bisa mengucapkan
sepatah katapun. Menyaksikan seseorang melakukan perburuan terhadap harimau
pemangsa, seorang diri dan berjalan kaki, bagi mereka adalah sesuatu yang
sangat menakjubkan dan tidak pernah mereka alami sepanjang hidup mereka,
sebelum bertemu mereka bertemu dengan Jim Corbett. Namun melakukan itu semua
di malam hari jauh lebih menakjubkan lagi. Tidak hanya itu, Jim juga tengah
mengalami disfungsional pancaindranya sehingga apa yang dilakukan Jim bagi
mereka adalah tindakan bunuh diri. Mereka adalah orang-orang yang sayang dan
setia kepada majikannya. Menyaksikan Jim Corbet melakukan tindakan ‘bunuh
diri’ seperti itu tentu saja membuat mereka sangat terharu. Saat Jim menengok
ke belakang, orang-orang itu masih tidak bergerak sedikit pun.
Jim
sudah cukup berpengalaman melakukan perburuan malam hari. Dengan mengandalkan
cahaya rembulan atau bintang-bintang, Jim bisa menembak dengan akurat pada
jarak beberapa puluh meter. Namun semua perburuan malam itu dilakukan terhadap
binatang-binatang buruan biasa seperti babi hutan atau rusa, dan bukan harimau
pemangsa manusia yang di dalam kegelapan malam justru memiliki daya
penglihatan dan pendengaran yang sempurna.
Sebagaimana
dituturkan oleh Jim Corbett dalam
bukunya "The Temple Tiger and
more Man-Eaters of Kumaon", malam itu ia berhasil mengikuti harimau
itu hingga jarak beberapa belas meter saja dan nyaris berhasil melakukan
penembakan jitu. Namun ketika perburuan tengah berjalan sengit, secara
tiba-tiba Jim terkena serangan vertigo.
Untuk menghindari serangan harimau pada saat terkena vertigo, Jim pun naik ke
atas pohon. Menyilangkan senapannya di antara anting-ranting pohon, Jim rebahan
di atasnya. Pada saat itulah bengkak bernanah di dalam telinga Jim pecah.
Beruntung, nanah tidak masuk ke dalam otak seperti dikhawatirkannya, melainkan
mengucur melalui hidung dan mulut Jim. Seketika Jim pun terbebas dari
penderitaan panjang. Saat itu juga ia bisa membuka mata kirinya, menggerakkan
lehernya, dan rasa berat di kepalanya menghilang seketika.
Harimau itu memang berhasil
menghindari kejaran Jim, namun dengan kondisi fisiknya yang telah pulih Jim
yakin cepat atau lambat ia akan bisa membunuh binatang itu. Hal terakhir yang
diingat Jim dari harimau itu adalah ia bergerak ke arah dusun. Turun dari pohon
saat fajar, Jim bergegas kembali ke dusun. Di sebuah anak sungai kecil ia
membersihkan diri. Tiba di pinggiran dusun para pembantu Jim yang nyaris tidak
tidur semalaman menyambutnya dengan gembira, terlebih lagi setelah mereka
mengetahui bahwa Jim sudah pulih dari penyakitnya.
Masuk
ke dalam tendanya setelah menikmati segelas teh hangat, Jim tanpa sadar sudah
tertidur pulas. Namun pada tengah hari ia mendengar suara ribut-ribut di luar
tenda. Beberapa orang berusaha masuk ke dalam tenda untuk membangunkannya,
namun dicegah para pembantu Jim. Mendengar keributan itu Jim terbangun dan
keluar dari tendanya. Dengan terbata-bata karena semangatnya mereka mengabarkan
bahwa harimau pemangsa telah datang ke dusun dan menyerang kawanan kambing
milik warga yang tengah merumput.
Dengan
Dungar Singh sebagai pembimbingnya, Jim berjalan menuju tempat kambing-kambing
itu diserang harimau. Untuk pertama kalinya sejak beberapa minggu terakhir Jim
bisa berjalan dengan bebas tanpa merasakan sakit di kepalanya. Dari dusun
mereka menuju ke jalan setapak di atas bukit yang menghubungkan dua lembah
besar. Di lembah sebelah kanan yang terbentang hingga ke Sungai Kali Jim telah
menembak harimau pemangsa itu dan membunuh kedua anaknya yang sudah tumbuh
remaja. Di lembah sebelah kiri yang terbentang hingga Sungai Ladhya, kontur tanahnya
lebih landai. Di sinilah kawanan kambing milik warga dusun itu diserang. Dari
jalan setapak di atas bukit terdapat ‘jalan kambing’ ke lembah, setelah sekitar
500 meter jalan itu melintasi sungai kecil. Tidak jauh dari perlintasan jalan
dengan sungai terdapat sebidang tanah datar. Di tengah tanah datar ini membujur
jajaran batuan dari kiri ke kanan. Di seberang jajaran batu itu terdapat sebuah
cekungan dan di dalam cekungan itu tergeletak tiga bangkai kambing yang
diserang harimau.
Kepada
Jim, Dungar Singh menceritakan bahwa pada tengah hari yang baru lalu sekawanan
kambing tengah merumput di cekungan itu diawasi oleh beberapa anak-anak, ketika
secara tiba-tiba muncul harimau yang mereka yakini sebagai sang pemangsa
manusia. Harimau itu langsung menyerang enam ekor kambing. Melihat hal itu
anak-anak itu berteriak beramai-ramai diikuti oleh sejumlah laki-laki dewasa
yang berada tidak jauh dari mereka. Dalam kondisi kacau-balau itulah harimau
itu menghilang tanpa diketahui arah kepergiannya. Mereka berhasil membawa
tiga ekor kambing yang terluka parah namun meninggalkan tiga ekor lainnya
yang mereka yakini telah tewas.
Dari cerita Dungar Singh, warga
dan para pembantu Jim serta dengan melihat jejak kaki harimau, diketahui
harimau itu pergi ke arah dusun untuk mencari mangsa manusia. Sebelum sampai di
dusun mereka melihat para pembantu Jim berada di sekitar api unggun yang
membuatnya tidak berani mendekat. Kemudian ia bersembunyi di sekitar dusun
sambil mengintai, sebelum akhirnya menyerang kambing-kambing itu.
Karena
tidak begitu mengenal kondisi medan, Jim bertanya pada Dungar Singh kemungkinan
tempat harimau itu bersembunyi setelah melakukan serangan. Pada saat itu
mereka mendengar suara burung pheasant
dari balik sebuah bukit yang tidak jauh dari mereka. Meyakini burung itu telah
melihat harimau pemangsa, Jim memerintahkan Dungar Singh untuk berlari sekencang-kencangnya
ke dusun. Setelah memastikan Dungar Singh aman, Jim mencari tempat yang tepat
untuk mengintai.
Satu-satunya
pohon besar yang ada di lembah itu adalah pohon pinus yang sangat sulit
dipanjat karena cabang-cabangnya berada belasan meter dari permukaan tanah.
Maka Jim memutuskan untuk mengintai di atas tanah meski harus menanggung
risiko lebih besar. Di antara deretan batu yang membentang di tengah tanah
datar itu terdapat satu batu besar yang permukaannya datar. Di dekat batu itu
adalah batu yang lebih kecil. Dengan duduk di antara keduanya, Jim bisa
mendapatkan perlindungan dari serangan harimau sembari bersembunyi dari penglihatan
harimau. Ia hanya akan tampak di bagian kepalanya jika harimau itu memandang
tepat ke arahnya. Dengan duduk diam dan menutupi kepalanya dengan topi, Jim
yakin harimau itu tidak akan mengetahui keberadaannya.
Di
depan Jim adalah cekungan selebar sekitar 40 meter dimana tiga ekor kambing
yang telah mati tergeletak. Di ujung dataran adalah tebing setinggi sekitar
tujuh meter. Di atas tebing itu adalah tanah datar yang miring ke kanan, dan di
atasnya lagi adalah bukit terjal.
Jim memulai pengintaian pada
pukul 14.00, dan setengah jam kemudian sepasang burung magpies Himalaya terbang di atas lembah, kemudian turun mendekati
bangkai kambing dan mulai mematuki bagian kambing yang terbuka oleh cakaran
harimau. Tidak lama kemudian seekor burung pemakan bangkai pun datang dan
hinggap di atas ranting pohon pinus. Setelah beberapa saat burung itu tidak
juga turun dari pohon mengindikasikan bahwa ia telah melihat binatang pemangsa,
dan itu adalah harimau pemangsa.
Selama
beberapa saat burung magpies itu
asyik menikmati daging kambing dan burung pemakan bangkai hanya menyaksikannya
ketika kemudian muncul awan tebal di atas langit. Beberapa saat kemudian
burung pheasant kembali bersuara dan
burung-burung magpies terbang sambil
berteriak-teriak. Harimau itu kini telah.
Di atas
bukit di seberang tanah datar itu Jim melihat semak-semak yang bergerak-gerak,
dan tidak lama kemudian harimau itu muncul dari balik semak-semak. Di atas
tanah datar yang miring ke kanan itu harimau memandang tepat ke arah Jim, kemudian
duduk. Seperti dugaan Jim, harimau itu tidak mengetahui keberadaannya. Namun
pandangan Jim terganggu oleh batang pohon pinus yang berdiri di antara ia dan
harimau pemangsa. Jim melihat bagian kepala harimau itu di satu sisi dan
bagian ekor hingga perut di sisi lainnya. Jarak harimau itu dari Jim sekitar 60
meter.
Tidak
mendapatkan kesempatan baik untuk menembak, Jim hanya bisa menunggu, hingga
kemudian harimau itu bangkit, berjalan tiga langkah dan memandang ke arah
bangkai kambing. Tidak ingin kehilangan kesempatan, Jim membidikkan senapannya
ke bagian jantung harimau itu dan menarik pelatuk. Pada jarak sedekat itu
tembakan Jim tidak pernah meleset. Maka ia terheran-heran ketika dilihatnya
percikan tanah dan debu membumbung di tebing di belakang harimau itu, yang
mengindikasikan tembakannya meleset total dan mengenai tebing itu. Hampir
bersamaan, harimau itu melompat ke depan dan dengan secepat kilat menghilang
di balik semak-semak dimana ia muncul, sebelum Jim sempat melakukan tembakan
kedua.
Pada
saat itu Jim mengetahui bahwa tembakannya tidak benar-benar meleset, melainkan
menembus tubuh harimau itu tanpa terhalang oleh tulang ataupun otot keras.
Menyadari hal itu Jim melompat dari persembunyiannya dan mengejar harimau itu
ke tempat terakhir ia terlihat. Di sini
Jim melihat jurang terjal sedalam sekitar 12 meter. Di sinilah harimau itu
menghilang dari pandangan Jim. Menuruni jurang itu Jim melihat jalan setapak
yang diyakininya dilalui harimau untuk melarikan diri. Di sebelah kanan jalan
itu terdapat sungai yang sama yang telah dilintasi Jim dan Dungar Singh di
bagian lain. Di seberang sungai adalah bukit terjal yang ditanami rerumputan.
Sedangkan di sebelah kiri jalan adalah bukit yang ditumbuhi pohon-pohon pinus.
Jim
sudah berlari sejauh 50 meter atau lebih ketika ia mendengar suara ghooral berteriak. Saat itu juga Jim
memperkirakan harimau telah melintasi sungai dan melalui bukit berumput di
seberangnya. Saat Jim hendak mengikuti harimau, ia mendengar suara orang
berteriak. Menengok ke belakang, Jim melihat orang-orang berdiri di jalan
setapak di atas bukit. Jim melihat mereka memberikan tanda untuk tetap
mengikuti jalan setapak. Pada satu belokan di jalan itu Jim melihat ceceran
darah. Jim mengetahui harimau itu telah mengurangi kecepatannya sehingga darah
mulai menetes.
Tidak
ingin kehilangan jejak, Jim berlari sangat cepat, sehingga pada satu belokan
tajam ia terjatuh ke dalam jurang yang dalam. Beruntung, Jim berhasil meraih
sebatang pohon kecil yang lentur dan menahannya dari kejatuhan fatal.
Kesempatan untuk mengejar harimau itu pun terlewatkan. Namun dengan jejak darah
yang ditinggalkannya, Jim sangat optimis untuk bisa mendapatkan harimau itu.
Jalan
setapak yang mulanya mengarah ke utara kemudian membelok ke arah barat,
mengikuti bentuk bukit yang terjal dan dipenuhi pepohonan. Ketika Jim telah
berjalan sejauh 200 meter dari belokan itu, ia menemukan dataran di punggung
bukit. Jim memperkirakan inilah batas terjauh harimau yang terluka itu sanggup
berlari. Maka Jim memperlambat gerakannya mendekati dataran yang dipenuhi
pohon pakis dan semak-semak itu. Memperkirakan dirinya bakal mendapatkan
serangan harimau yang terluka dan terpojok, Jim memeriksa kembali senapannya
sebelum menjalani pertempuran terakhir. Setelah merasa cukup puas dengan
kondisi senjatanya, Jim mulai bergerak maju.
Jalan
setapak itu melalui pohon-pohon pakis setinggi pinggang. Harimau itu mungkin
saja terbaring sebelah kiri, kanan bahkan di tengah jalan setapak itu. Maka Jim
mendekati pohon-pohon pakis itu dengan hati-hati. Ketika jaraknya hanya sekitar
tiga meter dari pohon-pohon pakis itu Jim melihat adanya pergerakan di sebelah
kanan jalan setapak. Jim mengetahui itu adalah gerakan harimau sebelum
melancarkan serangan. Maka Jim hanya perlu menunggu beberapa detik sebelum
harimau itu melompat.
Saat harimau itu menampakkan diri
pada serangan terakhirnya, Jim melepaskan dua tembakan berurutan. Tembakan
pertama menembus dadanya hingga ke dalam perut, sedangkan tembakan kedua menembus
dan mematahkan lehernya. Petualangan Harimau Talla Des pun berakhir.
Ketika Jim menguliti harimau itu,
ia menemukan 20 bulu landak yang tertancap di kaki kanan depan dan pundaknya
dengan panjang antara dua hingga enam inchi. Bulu-bulu landak itulah yang telah
mengubah harimau itu menjadi pemangsa manusia.
***
Catatan: tulisan ini adalah bagian kecil dari buku tentang binatang-binatang pemangsa manusia yang tengah ditulis blogger.
1 comment:
Jim & dungar singh sdh sperti Batman & Robin. Perburuan yg super tegang, baik pmburu maupun buruanny sma2 terluka tp akhirnya sembuh bersama sama. Ajaib..
Rigby mauser kini jd senapan pemburu plg legendaris.
Dtunggu kisah berikutny, smg giliran beruang grizzly
Post a Comment