Indonesian Free Press -- Kematian komandan Hizbollah di Suriah, Mustafa Badreddine, oleh serangan bom teroris di Damaskus bulan ini kembali membuka ke publik akan keberadaan STL. Badreddine adalah satu dari empat anggota Hizbollah yang oleh STL dituduh sebagai pembunuh Rafiq Hariri.
Terbunuh oleh ledakan artileri yang ditembakkan oleh pemberontak di bandara internasional Damaskus, jenasah saudara ipar komandan Hizbollah yang mendahuluinya syahid, Imad Mudnieh ini kini terbaring di pekuburan Rawdat Shahiyadayn di selatan Beirut. STL menuduhnya sebagai perencana dan pengorganisir serangan yang membunuh Hariri tahun 2005, namun pemimpin Hizbollah Hasan Nasrallah bersumpah akan 'memotong' tangan siapapun yang berani menangkap Badreddine dan ketiga temannya, dan tidak ada yang berani menangkap mereka.
Selain tuduhan tersebut di atas, Badreddine juga dituduh terlibat dalam pemboman markas militer Amerika dan Perancis di Beirut tahun 1983, pada saat ia masih berumur 22 tahun. Benar ataupun tidak tuduhan itu, akibat serangan itu Amerika dan Perancis langsung menarik pasukannya dari Lebanon, yang ditugaskan untuk mengamankan 'perdamaian' Lebanon-Israel yang menguntungkan Israel dengan mengorbankan kepentingan Lebanon. Badreddine juga dituduh terlibat dalam serangan-serangan militan Shiah terhadap pasukan Amerika dan sekutu-sekutunya di Irak paska invasi Amerika tahun 2003.
Pada tahun 1983 ia ditangkap polisi Kuwait saat berusaha membom kedubes Amerika di negara itu. Namun, saat terjadi kekacauan karena Irak menyerang Kuwait tahun 1990, Badreddine berhasil meloloskan diri. Demikian seperti ditulis Robert Fisk minggu lalu di The Independent.
Paska bocornya penyidikan STL tentang dakwaan terhadap empat anggota Hizbollah, atmosfir ketegangan pun melanda seluruh Lebanon. Semua orang tahu konsekuansi yang akan terjadi jika empat anggota Hizbollah itu harus ditahan untuk diadili. Nasrallah telah mengeluarkan ancamannya, dan itu berarti perang sipil akan kembali terjadi jika proses pengadilan STL dilanjutkan.
Maka buru-buru Perdana Menteri Saad Hariri mengatakan 'tidak akan membiarkan darah ayahnya menjadi pemicu perang saudara'. Ia juga berusaha menenangkan Nasrallah dengan mengatakan bahwa hanya 'anggota Hizbollah yang tidak berdisiplin' saja yang akan diadili dan bukan organisasi Hizbollah keseluruhan yang akan dihukum. Ketika Nasrallah menolak, Hariri pun mendesak STL untuk menunda proses pengadilan untuk menghindari pertumpahan darah.
Tidak hanya itu, pemerintah Perancis juga berusaha membujuk Hizbollah untuk menerima tuduhan STL dengan menyebut bahwa Hizbollah adalah partai politik yang legal yang tidak akan diputus hubungannya dengan pemerintah Perancis.
Demi menguatkan tuduhan STL sebagai 'alat' kepentingan zionis, Sayyed Hassan Nasrallah kemudian mengatakan bahwa pada bulan Juli 2010 ia telah diberi tahu oleh Saad Hariri bahwa STL akan mengalihkan tuduhan dari Suriah kepada Hizbollah.
Demi menurunkan ketegangan, Presiden Suriah Bashar al-Assad, Raja Saudi Abdullah dan Emir Qatar Sheikh Hamad bin Khalifa al-Thani bersama-sama mengunjungi Lebanon. Selanjutnya, Hizbollah tampak menjadi pemenang ketika setelah pertemuan tiga kepala pemerintahan Arab dengan pemerintah Lebanon itu disepakati untuk mengutamakan persatuan Lebanon di atas isyu-isyu yang lain, secara tersirat mengabaikan STL.
Selanjutnya, dalam seremoni yang dihadiri Emir Qatar, Presiden Lebanon Suleiman, Ketua Parlemen Habih Berri, Saad Hariri dan anggota parlemen Hizbollah Mohammad Raad, Raad mengatakan, "stabilitas di Lebanon tengah dirusak oleh tuduhan STL." Sedangkan Sheikh Hamad mengatakan bahwa "rakyat Lebanese telah cukup kuat untuk menghadapi segala tantangan."
Reaksi Israel
Israel adalah pihak yang paling diungtungkan dengan kasus pembunuhan Rafiq Hariri. Terbukti kemudian, karena kasus ini Suriah harus kehilangan pengaruhnya secara signifikan di Lebanon. Tidak hanya itu, Suriah juga harus menarik ribuan pasukannya di Lebanon, yang tujuan awalnya sesuai mandat Liga Arab, adalah untuk menjaga keamanan dan stabilitas Lebanon dari ancaman Israel. Hal ini membuka pintu bagi Israel untuk menyerang Lebanon tahun 2006.
Meski sejumlah pihak berusaha meyakinkan Hizbollah untuk menerima dakwaan terhadapnya, Hizbollah manyadari hal itu hanya kamuflase belaka karena pada akhirnya Hizbollah secara organisasilah yang menjadi sasaran untuk dihancurkan. Ini dikuatkan oleh laporan media Israel Channel One bahwa dakwaan kepada Hizbollah tidak lagi membedakan anggota Hizbollah pribadi dengan organisasi Hizbollah.
Direktur Operasi Militer Israel Mayjend Yisrael Ziv, bahkan dengan percaya diri mengatakan, "Hezbollah kini tengah berjalan menuju kehancuran. Maka Israel tidak boleh salah langkah dengan terjebak pada siasat organisasi ini.
Sedangkan analis politik Ari Shavit, mengatakan, "Hezbollah adalah musuh paling berbahaya bagi Israel. Maka menyeret kelompok ini ke dalam perang saudara dan perkara hukum yang serius di Lebanon adalah suatu hal yang sangat positif bagi Israel."(ca)
Bersambung
1 comment:
Rakyat Lebanon mudah2 mkin kritis n waspada.. Jgn korbankan persatuan & pembangunan bangsa runtuh krn perang sodara yg tdk perlu
Post a Comment