Indonesian Free Press -- Cina tidak mundur selangkahpun dalam urusan Laut Cina Selatan. Demikian media 'resmi' Cina menyebutkan baru-baru ini terkait perkembagan konflik di Laut Cina Selatan yang melibatkan Cina, Amerika dan sekutu-sekutu Amerik di kawasan.
'Pernyataan' tersebut disampaikan editorial Global Times hari ini (Jumat, 8 Juni) terkait dengan laporan-laporan tentang patroli-patroli angkatan laut Amerika di dekat pulau-pulau sengketa yang diklaim Cina.
“Jika Amerika dan Filipina bertindak impulsif dan melakukan provokasi yang terang-terangan, Cina tidak akan mundur selangkahpun," tulis media tersebut.
Lebih jauh Global Times menyebut bahwa Cina 'akan melawan balik' setiap provokasi.
Cina tengah menggelar latihan perang selama seminggu di sekitar Kepulauan Paracel yang menjadi sengketa antara Cina dengan Vietnam, dimana semua kapal dilarang mendekati perairan sekitar lokasi latihan perang.
Media militer Amerika yang berbasis di Virginia, Navy Times melaporkan minggu ini bahwa tiga kapal perang Amerika, USS Spruance, USS Stethem dan USS Momsen melakukan patroli di dekat Kepulauan Scarborough Shoal dan Spratly Islands di selatan Paracel. Kapal induk USS Ronald Reagan dan kapal-kapal pendukungnya juga dikabarkan telah berada di Laut Cina Selatan.
Mengutip komentar sejumlah ahli politik dan militer, The Navy Times menyebut pengerahan kapal-kapal perang itu sebagai 'pesan untuk Cina dan sekutu-sekutu Amerika di kawasan” dan 'unjuk kekuatan yang disengaja' menjelang keputusan arbritrase internasional (The Permanent Court of Arbitration (PCA) di Denhaag tentang konflik Laut Cina Selatan. PCA akan mengeluarkan keputusan akhirnya tentang masalah itu pada hari Selasa mendatang sebagai respon atas kasus yang diajukan Filipina.
Meski diketahui Cina telah melakukan reklamasi atas pulau-pulau sengketa dan mengubah sebagian darinya sebagai pangkalan militer, Cina mengecam Filipina dan Vietnam atas tindakan yang sama yang telah dilakukan terlebih dahulu.
Filipina mengajukan gugatan atas klaim Cina terhadap wilayah-wilayah sengketa sejak tahun 2013, mengatakan bahwa setelah perundingan selama 17 tahun, Filipina telah kehabisan kesebaran.
Kecaman terhadap Filipina juga disampaikan media Cina lainnya, China Daily pada hari yang sama dengan menyebut semua keputusan arbitrase internasional tentang masalah tersebut sebagai 'ilegal, tidak bernilai, dan melanggar ketentuan sejak awalnya'.
Menyebut keputusan arbritrase internasional bakal merugikan Cina, China Daily menyebut klaim tersebut sebagai 'realistis'.(ca)
5 comments:
konflik yg diprediksi dpt mnjdi pemicu perang pasifik baru.. gejolak2 dlpngn hnyalah awal dr bom waktu yg bs meledak dkmdian hari
RRC, gurita yg masuk ke lubang semut. Bukan berarti selalu lebih unggul.
Kapan lagi Amerika dapat musuh yg se imbang jangan perang di timur tengah saja perlu berbagi cina dan Korea Utara musuh dng Amerika dan sekutunya jadi Amerika mulai ada yg melemahkan lambat laun mulai runtuh
Post a Comment