Indonesian Free Press -- Apa yang terjadi di Suriah saat ini menunjukkan adanya 'kudeta senyap' di dalam pemerintahan Amerika yang pada akhirnya mengancam perdamaian Suriah, bahkan dapat memicu konflik yang lebih besar lagi ke negara-negara sekitarnya.
Hanya sehari setelah pengumuman gencatan senjata oleh Menlu Amerika John Kerry dan Menlu Rusia Sergei Lavrov yang disertai dengan kesepakatan untuk menggelar operasi militer bersama kedua negara superpower untuk menumpas para terroris di Suriah, angkatan udara Amerika dan koalisi yang dipimpinnya membom pasukan Suriah di Deir Azzor, disusul dengan serangan terhadap konvoi kemanusiaan di Aleppo.
Kedua peristiwa itu terjadi setelah sejumlah pejabat Departemen Pertahanan Amerika mengungkapkan penolakannya terhadap perjanjian gencatan tersebut, terutama berkaitan dengan kerjasama militer dengan Rusia di Suriah. Menhan Ashton Carter bahkan mengatakan bahwa pihaknya 'akan mengikuti atau juga tidak mengikuti' gencatan senjata tersebut.
Kedua peristiwa tragis tersebut di atas serta keengganan militer Amerika untuk mengikuti kebijakan politik yang diambil Departemen Luar Negeri, sontak mengoyak perdamaian Suriah yang sudah di depan mata. Seperti kena-'faith accomply', Departemen Luar Negeri pun bereaksi keras atas kondisi di Suriah. Pada hari Jumat (2 September) Jubir Kemenlu Amerika Mark Toner mengatakan kepada CNN bahwa Amerika 'hampir' membatalkan perjanjian gencatan senjata karena offensif Suriah di Aleppo.
Mantan pejabat senior keamanan Amerika Gwenyth Todd mengatakan kepada Sputnik News bahwa yang terjadi di Amerika adalah sebuah 'kudeta senyap' yang mengancam perdamaian di Suriah.
"Apa yang terjadi adalah sebuah kudeta militer senyap," kata Todd menanggapi kegagalan gencatan senjata di Suriah.
Menurut Todd, kalangan garis keras Amerika berusaha menggagalkan gencatan senjata di Suriah yang memungkinkan tercapainya perdamaian dengan tetap mempertahankan Bashar al Assad sebagai pemimpin Suriah.
Todd adalah orang yang berjasa menggagalkan perang besar di Timur Tengah, ketika ia membocorkan rencana jahat Amerika untuk menyerang Iran pada tahun 2010 lalu. Meski untuk itu ia nyaris dibunuh dan harus kehilangan jabatannya.
"Tidak ada solusi selain mengatakan kepada para pemberontak di Suriah bahwa mereka harus meletakkan senjata atau bantuan kepada mereka akan dihentikan," tambah Todd.
Menurut Todd, konflik di Suriah akan selesai besok hari jika Amerika mengumumkan gencatan senjata dan perdamaian dengan membiarkan Bashar al-Assad tetap berkuasa. Namun, alih-alih Amerika terus memelihara konflik dan memberikan dukungan kepada para pemberontak.
Tentang kudeta diam-diam di Amerika ini juga disampaikan oleh Professor Stephen F Cohen, pakar Rusia di Universitas Princetown.
"Apa yang penting untuk dikatakan adalah bahwa serangan terhadap pasukan Suriah di Deir ez-Zor, yang diakui oleh Angkatan Udara Amerika sebagai kejadian tidak disengaja, dan serangan terhadap konvoi kemanusiaan di Aleppo, peristiwa-peristiwa ini terkait dengan perjanjian gencatan senjata," kata Professor Cohen kepada media Rusia Sputnik News, minggu lalu.
Menurut Cohen, kelompok garis keras yang menolak perdamaian dengan Rusia dan Iran kini semakin berpengaruh di Washington, di saat Presiden Barack Obama tampak tidak berdaya di masa-masa terakhir kekuasaannya.(ca)
1 comment:
Tidak ada perdamaian di suriah hingga meletus konfrontasi militer terbuka antara Amerika dan Rusia di suriah
https://www.youtube.com/watch?v=JWdnmXs-42g
Rusia dan saudi telah mensetujui pembekuan minyak bumi, yang implementasinya bulan depan yang ikuti OPEC. Artinya keruntuhan petrodollar.
https://www.youtube.com/watch?v=S_tVHfS-yK4
https://www.youtube.com/watch?v=EpBN7bcMT00
mata uang cina menjadi mata uang internasional karena tidak ada lagi kepercayaan pasar pada dollar Amerika
https://www.youtube.com/watch?v=InPHah6oOmw
Perang suriah, Oil Freeze yg di lakukan oleh RUsia saudi dan OPEC akan memicu perang dunia ketiga dan keruntuhaan Ekonomi Global (termonuklir/malhamah/armaggedon/mahabharata).
Post a Comment