Indonesian Free Press -- Iran dan Rusia dikabarkan tengah mempertimbangkan akan mengirimkan pasukan darat ke Suriah. Ini adalah perkembangan serius dari konflik Suriah, setelah sebelumnya diketahui Rusia dan Iran telah mengirimkan ribuan milisi dan penasihat militer ke Suriah untuk mendukung regim Bashar al Assad.
Menurut laporan Alex MacDonald dari Middle East Eye, 29 April, Iran mempertimbangkan untuk mengirimkan pasukan darat ke Suriah menyusul serangan-serangan Israel ke Suriah. Serangan Israel terakhir terjadi hari Kamis (27 April) terhadap wilayah di dekat bandara internasional Damascus. Disebutkan serangan tersebut mengenai fasilitas militer milik kelompok Hizbollah.
“Tidak bisa dipungkiri serangan-serangan (Israel) itu ditujukan untuk melemahkan pemerintahan Suriah yang syah, sekaligus memperkuat kembali para teroris Takfiri yang tengah mengalami kekalahan dan mendekati kehancuran di medan perang dari hari ke hari,” kata Jubir Kemenlu Iran Bahram Qassemi seperti dikutip FARS News.
Komentar tersebut menyusul laporan-laporan yang menyebutkan bahwa Iran mengkhawatirkan peningkatan aktifitas Amerika di perbatasan Yordania-Suriah. Laporan-laporan itu menyebutkan bahwa serangan-serangan Israel merupakan langkah awal dari operasi militer besar-besaran ke Suriah yang dilakukan oleh koalisi Israel, Amerika dan negara-negara Arab.
“Ada peningkatan aktifitas di selatan Suriah yang mengindikasikan persiapan serangan besar-besaran melalui Yordania dan Israel dengan dukungan kelompok-kelompok bersenjata,” kata sumber yang dekat dengan Pasukan Pengawal Revolusi Iran.
Sejumlah laporan mengatakan bahwa para pejabat Rusia dan Iran telah menegaskan kepada Presiden Bashar al-Assad bahwa mereka siap untuk mengirimkan pasukan darat ke Suriah bila dibutuhkan.
"Jurnalis dan tokoh oposisi Suriah Asaad Hanna telah berkicau bahwa pasukan Amerika telah berada di perbatasan selatan Suriah bersama pasukan khusus Yordania. Laporan lain dari Al-Hayat juga mengindikasikan bahwa pasukan gabungan tengah bersiap-siap untuk memasuki wilayah selatan Suriah dari Yordania dengan dalih memerangi ISIS," tulis Alex.
Sebelumnya dalam wawancara dengan Washington Post Raja Yordania Abdullah mengatakan bahwa pihaknya merasa khawatir dengan kehadiran pasukan Iran di sepanjang perbatasan Surish selatan.
“Kami telah mengatakan dengan jelas kepada Rusia, juga kepada Israel, bahwa aktor-aktor non-negara dari luar yang datang ke perbatasan kami, tidak bisa ditolerir,” kata Raja Abdullah kepada Washington Post.
Iran adalah pendukung utama Suriah sejak negeri itu dilanda konflik berdarah tahun 2011. Iran sendiri diyakini telah kehilangan lebih dari 1.000 prajuritnya di Suriah melawan pemberontak-teroris dukungan zionis internasional. Menurut pengakuan sejumlah kalangan di Suriah, pengaruh Iran sangat kuat dalam pemerintahan Suriah, sebagaimana pengaruh Rusia.
"Warga Suriah adalah kelas dua, Iran yang pertama, dan Rusia adalah dewa," kata seorang pebisnis oposisi Suriah kepada media Inggris The Guardian beberapa waktu lalu.
Menurut Abdel Bari Atwan, dalam tulisan di Rai al-Youm, Pemerintahan Suriah di Damascus marah dengan adanya ide yang dibawa oleh 22 kelompok oposisi di Istanbul yang menghendaki adanya wilayah otonomi di selatan Suriah mencakup wilayah Deraa, Suweida dan Quneitra. Suriah melihat hal itu sebagai skema yang dirancang Yordania, Amerika dan Israel.
Rusia Juga akan Kirim Pasukan
Sementara itu Rusia juga dikabarkan telah siap untuk mengirim pasukan ke Suriah. Bersama Iran, keduanya tidak ingin kehilangan momentun kemenangan pada saat Amerika berusaha memecah konsentrasi Suriah dengan persiapan serangan di selatan Suriah.
Seperti laporan Veterans Today, 24 April, "Yang disebut-sebut dengan pasukan baru ini adalah untuk mendukung pasukan Suriah dimana pertempuran berlangsung paling keras setelah Turki, Amerika dan negara-negara Teluk meningkatkan eskalasi untuk membunuh pembicaraan damai dengan rencana menyerang Suriah dari berbagai front sehingga tidak bisa mengkonsentrasikan kekuatannya menghancurkan para teroris."
Sumber-sumber militer Suriah mengatakan bahwa Rusia telah memberitahukan kesiapannya mengirim pasukan darat ke Suriah untuk memerangi teroris. Pasukan khusus Rusia telah bersiap untuk dikirim ke wilayah pertempuran paling keras. Namun pengiriman baru akan dilakukan setelah ada permintaan resmi dari pemerintah Suriah. Demikian Veterans Today melaporkan.
Sebelumnya pada bulan April, media Rusia Izvestia melaporkan bahwa pasukan Rusia akan dikonsentrasikan di wilayah-wilayah yang dihuni warga Kristen seperti Palmyra dan Mahardah, untuk memberi kesempatan pasukan Suriah menggempur para teroris di Provinsi Hama. Saat ini pasukan Suriah tengah mengepung teroris di kota Mahardah.
Viktor Ozerov, Ketua Komisi Pertahanan parlemen Rusia (Federation Council) mengatakan kepada Sputnik News tanggal 22 April bahwa Moscow tidak akan segan untuk mengirim sistem pertahanan udara ke Suriah jika diminta pemerintah Suriah.
"Rusia siap untuk memberikan sistem pertahanan rudal yang dibutuhkan Suriah," katanya, sehari setelah Presiden Bashar al-Assad mengatakan bahwa Damascus dan Moscow tengah merundingkan pengiriman sistem pertahanan udara baru di Suriah.(ca)
1 comment:
Jika Barat benar2 menginvasi Suriah secara terbuka, maka selamat. PBB tak pernah ada..
Selamat berjuang bg Bangsa Suriah.. Kebajikan pasti menang
Post a Comment