Indonesian Free Press -- Sejak regim Jokowi berkuasa kehidupan politik, sosial, budaya dan ekonomi telah semakin jauh meninggalkan apa yang menjadi cita-cita bangsa. Pelanggaran prinsip-prinsip demokrasi dan perikehidupan berbangsa dan bertanah air yang ideal telah menjadi hal yang biasa dan sengaja dibiarkan terjadi.
Di antara institusi di bawah pemerintahan Jokowi yang paling buruk kinerjanya, adalah Kepolisian. Maka, ketika terbongkar konspirasi jahat antara Kapolri Jendral Polisi Tito Karnavian dengan Kepala BIN Komisaris Jendral Polisi Budi Gunawan pertengahan September 2017 lalu untuk memaksa Gubernur Papua menjadi anggota pemenangan Jokowi untuk Pilpres 2019, blogger pun berteriak lantang: tangkap Tito Karnavian dan Budi Gunawan.
Tidak ada lembaga yang secara legal dan fisik bisa menjalankan tugas menangkap seorang Kapolri mengingat ia adalah pimpinan lembaga kepolisian yang bersenjata, kecuali TNI. Maka teriakan saya tertuju kepada TNI. Namun saya harus kecewa karena tidak ada reaksi sedikit pun dari TNI atas pelanggaran prinsip-prinsip demokrasi sekaligus menjadi ancaman serius bagi keutuhan negara ini.
Kekecewaan itu semakin memuncak saat TNI 'diam' ketika Polri melindungi sebuah acara yang digelar oleh para simpatisan PKI di YLBHI hari Minggu (17 September) lalu. Polri nyata-nyata telah melawan sumber hukum tertinggi negara, TAP MPR yang menetapkan komunisme sebagai ajaran terlarang di INdonesia.
Diamnya TNI atas dua pelanggaran tersebut di atas membuat blogger menganggap TNI sudah 'mati', yang berarti pula mati pula kehidupan berbangsa dan bertanah air Indonesia seperti dicita-citakan oleh para pendiri bangsa. Namun alhamdulillah, di tengah kegalauan ini tiba-tiba kita semua mendengar pernyataan keras Panglima TNI Jendral Gatot Nurmantyo yang ditujukan kepada Polri dan BIN.
Dalam acara 'Silaturahim Panglima TNI dengan Purnawirawan' di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Jumat (22 September), Jendral Gatot mengancam akan menyerbu Kepolisian RI dan secara tidak langsung mengancam akan menyerbu BIN. Hal ini setelah TNI mencurigai bahwa kedua institusi itu tengah berupaya untuk mendatangkan ribuan senjata api standar TNI tanpa sepengetahuan TNI.
"Ada kelompok institusi yang akan membeli 5000 pucuk senjata, bukan militer, ada itu Pak, ada yang memaksa," ungkap Jendral Gatot dihadapan para mantan Panglima TNI dan kepala staf dalam pertemuan di Mabes TNI Cilangkap itu.
Jendral Gatot menegaskan bahwa TNI akan mengambil tindakan tegas jika hal tersebut dilakukan, tidak terkecuali apabila pelakukanya juga melibatkan keluarga TNI sendiri.
"Sehingga suatu saat apabila kami-kami yang yunior ini melakukan langkah yang diluar kepatutan pada senior, itu hanya (tindakan) kami sebagai Bhayangkari," tegas Jendral Gatot.
Lebih lanjut Jendral Gatot menegaskan bahw TNI akan melakukan tindakan jika nanti senjata tersebut tetap masuk walau sudah diingatkan.
"Kita intip terus, kalau itu ada akan kita serbu. Jadi kalau suatu saat kami menyerbu Pak, itu karena tidak boleh di Negara Kesatuan Republik Indonesia, ada institusi yang memiliki senjata selain TNI dan Polri," lanjutnya.
Bahkan Gatot juga mengingatkan Polri pun tidak boleh memiliki senjata tertentu yang hanya boleh dimiliki TNI.
"Dan polisi pun tidak boleh memiliki senjata yang bisa menembak tank, dan bisa menembak pesawat, dan bisa menembak kapal. Saya serbu kalau ada. Ini ketentuan," tegas Jendral Gatot.
Lebih lanjut dijelaskan oleh Gatot bahwa nama Presiden pun dicatut agar dapat mengimpor senjata ilegal tersebut.
"Memakai nama Presiden, seolah-olah itu dari Presiden yang berbuat, padahal saya yakin itu bukan Presiden, informasi yang saya dapat kalau tidak A1 tidak akan saya sampaikan disini," jelasnya.
Hadir dalam pertemuan itu para mantan Panglima TNI dan mantan kepada staf angkatan, antara lain mantan Panglima TNI dan Wapres Try Sutrisno, Laksamana (Purn) Widodo AS, Jenderal (Purn) Endriartono Sutarto, dan Laksamana (Purn) Agus Suhartono.
Bagi blogger, pernyataan tegas Panglima TNI ini laksana auman harimau yang membuat kecut anjing-anjing liar. Anjing-anjing perusak kehidupan negara itu kini harus berfikir ulang untuk melakukan langkah-langkah destruktif lainnya, karena harimau telah siap untuk menerkam.(ca)
3 comments:
Mantab gempur habis para gerombolan PKI beserta antek2xnya tanpa peduli meski presiden sekalipun
Nice info, terus bagi info2 terpercaya pak
Smg tidak terjadi Perang Saudara..
Disisi lain muncul polemik terkait ciutan TNI AU yg agak diluar komando Panglima namun SDH diluruskan kembali oleh DispenAU
Post a Comment