Prof. Adriano Rusfi
Banyak yang TERBAHAK-BAHAK dan TERKEKEH-KEKEH ketika mendengar isyu kebangkitan Partai Komunis Indonesia (PKI). Jujur, sayapun sebenarnya awalnya tak kalah heran. Bayangkan : kala rejim komunisme runtuh di mana-mana, kala ideologi komunisme tak lagi menarik selera kaum muda, kala komunisme gagal menawarkan solusi apapun bagi dunia, tetiba ada yang berteriak tentang kebangkitannya.
Lalu saya dengar Menhankam bicara : “PKI bangkit !”. Beberapa purnawirawan TNI berkata : “Situasi telah mirip pra G30S/PKI”. Bendera, gambar, kaos, baliho dan bendera palu-arit terpampang di area publik. Beberapa keturunannya mulai bicara di forum terbuka. Panglima TNI mengajak nonton bareng film G30S/PKI. Maka logika paling waras saya bicara : ini tak boleh dianggap main-main !!!
Ya, TNI tak pernah seharipun main-main dengan kedaulatan negara. Dan ingat, penciuman TNI pasti paling tajam akan aroma komunisme. Karena mereka pernah jadi korban... karena mereka sering berhadapan dengannya di lapangan... karena mereka peka ancaman... karena mereka memiliki korps sandi yudha... karena mereka bertuhan dan beragama...
Dulu komunisme memang sempat putus asa, kala mereka terpukul di mana-mana. Tapi fenomena China kembali membuat mereka jumawa. Negara komunis itu ternyata menjelma menjadi adidaya : adidaya militer... adidaya ekonomi... adidaya teknologi... China mengajarkan mereka : Komunisme tak perlu dibuang. Dia hanya butuh sedikit revisi dan penyesuaian diri untuk generasi millenium.
Nah !!! Inilah sejatinya komunisme itu : sejak dulu ia terlampau pandai untuk berubah wajah dan penampilan. Ingat Syarikat Islam ? Bahkan komunisme bisa tinggal nyaman di dalamnya. Ia bercerita bahwa Islam itu sangat kiri dan komunis. Bahwa Islam itu anti kesenjangan dan ketidakadilan sosial, bagaikan Marxisme bertuhan. Lalu Semaun pun mendirikan faksi Syarikat Islam Merah.
Sehingga jangan heran, jika di negeri Minangkabau, negeri di mana “Adat bersendi syarak, syarak bersendi kitabullah”, sosialisme dan komunisme sesaat pernah tampak seksi dan menggiurkan para pemudanya. Pemuda Minangkabau tak pernah menjadi sekuler ketika itu. Mereka hanyalah kaum terpelajar yang benci pada penjajahan dan kejumudan. Lalu komunis berkata : “Kita cocok...”
Maka tak mengherankan jika mereka bisa berbisik pada Bung Karno : bahwa nasionalisme, agama dan komunisme bisa berjalin tangan menghadang neo-kolonialisme dan imperialisme (nekolim). Lalu Bung Karno mengamini dan ketuk palu, dan lahirlah NASAKOM. Bagi yang belajar sejarah, akan sangat paham bahwa komunisme itu bak Syi’ah yang bertaqiyyah, bak demokrasi yang punya seribu wajah....
Jadi, komunisme hanya butuh revisi... semacam komunisme versi millennium... seperti komunisme versi 2.1... Ya, Communism Revised. Dan kini momentumnya sedang mencari waktu terbaik, karena Indonesia tengah muak dengan kesenjangan, jijik dengan ketidakadilan, benci dengan keserakahan. Lalu komunisme mengambil kesempatan, sambil memelintir kata memaki lawan : "Kalian pendukung Orde Baru ya ???"
Komunisme, sangat jahaaattt...
2 comments:
Momentum nya beriringan dg kemajuan china dan usaha nya mengamankan jalur energi, sda, pangan nya di masa mendatang. Slh satu langkah nya menguasai wilayah strategis bernama Nusantara.
Klop, negeri ini tengah di jajah dua kubu. China dan US
udah anti syiah sekarng ya om..dulu sepertinya pro syiah banget..selamat atas perubahannya
Post a Comment