Indonesian Free Press -- Seorang tokoh zionis dunia sekaligus Presiden World Jewish Congress, Henry Siegman, memperkirakan Israel bakal menjadi negara terasing (pariah) yang ditinggalkan warganya.
Sebagaimana dilaporkan The Unz Review, 27 Januari lalu, Siegman memberikan wawancara bertema “Implications of President Trump’s Jerusalem Ploy” di media zionis terkemuka National Interest, ia menyebutkan bahwa 'solusi dua negara' atas konflik Palestina-Israel kini telah terkubur mati. Namun, hal ini juga akan membawa konsekuensi buruk bagi Israel, yaitu menjadi negara terkucil yang ditinggalkan warganya.
"Berjuang untuk kesamaan hak bagi Palestina adalah pilihan yang benar, yang pada akhirnya akan membuat sebagian besar warga yahudi melakukan eksodus," katanya dalam wawancara itu.
Lebih jauh, ia menyarankan warga yahudi Amerika untuk melepaskan diri dari semangat zionisme, yang menurutnya tidak beda dengan sebuah negara Kristen di Amerika.
Siegman adalah 'pahlawan' bagi orang-orang yahudi dan penganut zionisme internasional, karena menjadi sedikit dari orang-orang yahudi yang selamat dari kamp konsentrasi Nazi Jerman dan masih hidup sampai saat ini. Pernyataan-pernyataannya itu, tentu saja sebuah kejujuran yang patut dihargai.
Menurut Siegman, ide tentang solusi dua negara adalah sebuah ilusi dan ia memuji Presiden Donald Trump yang telah menghancurkan ilusi itu dengan pengakuannya pada Jerussalem sebagai ibukota Israel. Menurutnya, pada akhirnya hal itu membuat perjuangan warga Palestina untuk mendapatkan hak-haknya mendapatkan legitimasi yang kuat.
Pada saat yang sama, pertumbuhan penduduk warga Palestina yang jauh lebih tinggi dibandingkan warga yahudi, akan memberi keuntungan tersendiri bagi mereka. Harus dicatat, warga Palestina umumnya adalah orang-orang religius yang mencintai keluarga dan anak-anak. Sedangkan sebagian warga yahudi Israel adalah penganut LGBT dan liberalisme yang membenci nilai-nilai keluarga. Itulah sebabnya pertumbuhan penduduk warga Palestina jauh lebih tinggi daripara warga yahudi.
"Ini adalah sebuah pilihan yang tepat, bagi perjuangan mereka (Palestina) untuk meraih kemerdekaan yang tidak bisa dimenangkan, sementara perjuangan bagi Israel untuk mempertahankan regim apartheid juga tidak bisa dimenangkan. Jika, setelah perjuangan panjang dan pahit, Palestina akan menjadi mayoritas. Berdasar prinsip demokrasi bahwa mayoritas dapat menetapkan identitas agama dan budaya suatu negara, Israel tidak dalam posisi kuat untuk menolak hak-hak warga Palestina. Hal ini akan mendorong terjadinya eksodus besar-besaran warga yahudi Israel," kata Siegman.
Jika ramalan Siegman ini benar, dan itu adalah sebuah ide yang sangat realistis, kita akan menyaksikan sebuah keajaiban di Palestina. Betapa sebuah konspirasi global yang didukung oleh semua kekuatan di dunia, termasuk dari komponen-komponen banga Palestina sendiri yang opportunis dan komprador, tidak mampu mengalahkan semangat warga Palestina untuk mendapatkan kembali hak-haknya.(ca)
Karena Allah Maha Besar
ReplyDelete