Indonesian Free Press -- Di tengah-tengah klaim Saudi tentang keberhasilan menguasai kota strategis di pantai barat Yaman, Hudaydah, para pejuang Yaman mengklaim berhasil menghancurkan kekuatan Saudi di kawasan tersebut.
Seperti dilaporkan media Lebanon Al Manar dengan mengutip media Yaman Al-Massirah, hari ini (21 Juni), para pejuang Yaman berhasil mengamankan sejumlah kota strategis di pantai barat Yaman dengan menimbulkan kerugian besar pada koalisi Saudi.
"Kota-kota Al-Mujailis dan Al-Mashikhi berhasil diamankan oleh para pejuang Yaman, tulis Al-Massirah mengutip sumber militer Yaman," tulis Al Manar.
Dalam operasi pembersihan tersebut para pejuang Yaman menghancurkan sejumlah besar unit-unit militer koalisi Saudi.
“23 pasukan koalisi tewas, 18 terluka dan 3 lainnya tertangkap. 7 kendaraan militer hancur dan sejumlah besar peralatan militer modern disita selama operasi,” kata sumber militer Yaman kepada Al-Massirah.
Sementara puluhan pasukan koalisi Saudi lainnya melarikan diri dari pertempuran setelah gagal menghentikan operasi pembersihan para pejuang Yaman, tulis Al Manar. Seorang komandan militer Saudi bernama Hussein Al-Boukhmi, terbunuh dalam pertempuran.
Operasi pembersihan di pantai barat akan terus dilanjutkan, kata sumber militer tersebut seraya menambahkan bahwa setiap upaya militer koalisi Saudi akan direspon dengan 'operasi militer pengubah permainan' dan 'senjata-senjata strategis'.
Saudi dan sekutu-sekutu Arabnya seperti Mesir, Maroko, UNi Emirat Arab, Yordania, Sudan dan Kuwait, dengan dukungan Amerika, Inggris, Perancis dan Israel, melancarkan agresi militer ke Yaman sejak Maret 2015 setelah penguasa dukungan Saudi Mansour Hadi tersingkir dari kekuasaan oleh kelompok Houthi yang didukung Iran. Sejak itu ribuan warga sipil Yaman meninggal dan jutaan lainnya mengalami kelaparan dan krisis kemanusiaan.
Hari Rabu (20 Juni) pemimpin kelompok Ansarullah-Houthi Abdul-Malik Badreddin al-Houthi menuduh koalisi Saudi melakukan sejumlah kejahatan perang, termasuk pemerkosaan terhadap wanita-wanita Yaman korban perang dan perampasan bantuan kemanusiaan.
Malaysia Tarik Diri dari Yaman
Kekalahan Saudi Arabia semakin bertambah parah setelah Malaysia, yang selama dipimpin regim Najib Razak menjadi sekutu Saudi, mengumumkan rencana penarikan pasukannya dari Yaman.
"Mengapa kita harus terlibat dalam penyerbuan Yaman, sebuah negara Islam? Kita tidak ingin terlibat dalam konflik ini," kata Menhan Malaysia Mohamad Sabu kepada media The Malaysian Insight, Rabu (20 Juni).
Sabu menambahkan bahwa keterlibatan Malaysia dalam konflik di Yaman telah merugikan kepentingan Malaysia di Timur Tengah serta mencederai kebijakan luar negeri Malaysia yang netral dan tidak terlibat dalam konflik dengan negara lainnya.
Media Saudi menyebut Malaysia sebagian bagian dari koalisi anti-terorisme beranggotakan 34 negara yang digalang Saudi Arabia. Pada bulan April, Malaysian mengirimkan pasukan untuk terlibat dalam latihan perang bersandi “(Persian) Gulf Shield 1” yang digelar di Damman, Saudi Arabia.
Pernyataan Sabu ini dilakukan setelah kelompok HAM Malaysia Lawyers for Liberty menyerukan agar Malaysia menarik diri dari koalisi pimpinan Saudi Arabia yang melancarkan serangan besar-besaran ke Hudaydah. Lawyers for Liberty pun menuntut pemerintah untuk menjelaskan ke publik tentang keterlibatan Malaysia dalam konflik di Yaman.
"Malaysia tidak ada kepentingannya dengan perang di Yaman,” kata Eric Paulsen, Direktur Lawyers for Liberty, Selasa (19 Juni).(ca)
1 comment:
Yaman pasti meraih kemenangannya kembali..
Post a Comment