Thursday, 24 July 2008

Legenda Cawan Suci


Pada pertengahan tahun 2005 aku mendapatkan kesempatan menyelenggarakan event Diskusi Novel The Da Vinci Code. Terlepas dari “kesuksesan” acara itu baik dilihat dari banyaknya peserta dan antusiasme peserta mengikuti acara, aku mendapatkan sebuah pengalaman yang unik namun juga menyakitkan. Seorang kawan yang membantu mempublikasikan acara itu mendapatkan dampratan keras dari seseorang muslim yang taat dilihat dari cara berpakaiannya. Orang tersebut marah-marah karena kawanku dianggap menyebarkan ajaran sesat dengan menganggap Isa Al Masih beristri dan punya keturunan.

Pandangan pria tersebut merupakan pandangan umum ummat Islam di dunia hatta para ulama, yaitu menganggap nabi Isa tidak memiliki istri dan keturunan. Padahal pandangan tersebut tidak memiliki dalil baik akli maupun nakli-nya. Justru dalil nakli menunjukkan sebaliknya. Misalnya saja Al Qur’an surat Ar Rad: mengatakan: “Sesungguhnya kami telah menurunkan beberapa Rosul sebelum kamu (Muhammad). Kepada mereka kami berikan istri-istri dan keturunan…..”

Nabi Isa adalah seorang laki-laki dewasa yang normal. Sudah seharusnya kita tidak menuduhkan hal-hal yang aneh mengenai dirinya. Kalau memang Allah memberikan ketetapan lain yang khusus terhadapnya, yaitu hal kehidupan selibatnya, tentu hal itu ditetapkan secara jelas dalam Al Qur’an atau minimal melalui hadits Rosulullah. Namun tidak ada satupun nash yang menyebutkan hal itu.

Saya memberikan contoh analog sbb. Pada dasarnya semua makanan adalah halal dimakan. Karena Allah berkehendak untuk menguji keimanan manusia, Ia mengharamkan sebagian kecil makanan untuk dimakan. Namun karena keharaman suatu makanan adalah hal khusus, maka Allah memberikan ketentuan yang jelas dan tegas agar manusia tidak kecele. Dalam Al Qur’an disebutkan makanan-makanan haram tersebut, di antaranya adalah babi, darah, khamr, dan binatang yang disembelih tidak atas nama Allah.


Dan karena kehidupan selibat Nabi Isa adalah sesuatu yang khusus, maka seharusnya disebutkan dengan jelas dan tegas dalam nash-nash. Dan karena tidak ada nash-nya, maka pendapat itu sudah pasti keliru.

Lalu darimana pendapat para ulama yang mengatakan Nabi Isa hidup selibat? Dapat dipastikan pendapat itu menjiplak pendapat para pendeta Nasrani yang memang menganggap Nabi Isa tidak menikah demi menjustifikasi klaim mereka mengenai ke-Tuhan-an nabi Isa. Perlu diingat bahwa sebelum nabi Muhammad lahir, agama nasrani sudah tersebar di tanah Arab. Meski ada beberapa sekte Nasrani yang menolak ke-Tuhanan-an Isa, namun mayoritas penganut nasrani percaya pada sifat ke-Tuhanan-an Isa.

Memang bangsa Yahudi dimana Nabi Isa berasal, menganut kebiasaan selibat. Namun kehidupan “membujang” tersebut tidak bersifat permanen, melainkan hanya temporer saja. Itupun hanya berlaku di kalangan bangsawan dan pendeta tingkat tinggi termasuk Yesus sebagai keturunan Raja Daud dan Sulaiman. Menurut sejarahwan Laurence Gardner penulis buku Bloodline of the Holy Grail, para bangsawan dan pendeta Yahudi pada masa lalu menerapkan aturan ketat kehidupan selibat. Mereka melangsungkan pernikahan pada bulan September, namun baru boleh “berkumpul” pada bulan Desember. Selanjutnya dari bulan Januari hingga Desember mereka harus menjalani kehidupan selibat. Jika selama masa itu sang istri tidak hamil, maka mereka diperkenankan “berkumpul” lagi di bulan Desember, hanya di bulan Desember. Namun kalau selama masa selibat itu si istri hamil, maka mereka harus menjalani kehidupan selibat hingga masa tiga sampai enam tahun setelah kelahiran sang anak.

Legenda Cawan Suci atau Holy Grail adalah sebuah kepercayaan bahwa Nabi Isa atau Yesus Kristus memiliki istri bernama Maria Magdalena, dan memiliki beberapa putra-putri. Penganut kepercayaan itu percaya, paska penyaliban, Yesus, Maria dan para rosul murid Yesus, hidup bersembunyi dan menjalankan missi keagamaan secara rahasia. Kemudian mereka berbagi tugas. Maria dan anak-anak Jesus serta beberapa rosul seperti Simon dan Joseph Arimathea pindah ke Eropa (Perancis dan Inggris), sedang Yesus dengan beberapa rosul lainnya ke Asia.

Di Eropa Maria dan para rosul menyebarkan agama Kristen. Namun kemudian mereka terpecah ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok yang setia kepada Maria-Jesus dan kelompok yang menentang Maria yang dipimpin oleh rosul Peter dan Paulus. Peter dan Paulus dalam pandangan penganut kepercayaan Cawan Suci, adalah orang-orang yang bias jender yang menganggap wanita tidak layak menjadi pemimpin. Dalam pergulatan antara kedua kelompok itu kelompok Peter dan Paulus-lah yang menang dan berhasil mendirikan gereja Katholik Roma yang institusinya masih berdiri sampai sekarang. Sedang kelompok pendukung Maria dan keturunannya yang kalah, harus menjalankan misi keagamaannya secara rahasia, hingga sekarang.

Keberadaan Maria Magdalena yang kontroversial tidak dapat dihilangkan begitu saja. Karena dalam kitab-kitab injil sendiri namanya disebut berulang kali. Dalam kitab-kitab injil apocripe (hanya boleh dibaca oleh kalangan terbatas) dan injil gnostik (yang samasekali dilarang dibaca) “hubungan khusus” antara Yesus dan Maria Magdalena bahkan tertulis dengan gamblang, misal kebiasaan Yesus mencium bibir Maria sebagaimana tertulis di dalam injil Philipus.

Perlu menjadi catatan sebagian besar injil gnostik adalah manuskrip kuno asli yang ditemukan di Nag Hammadi, Mesir pada awal abad 20 dan masih tersimpan rapi di Mesir. Di antara manuskrip kuno itu adalah injil Philipus, Injil Thomas dan injil Maria Magdalena, yaitu kitab injil yang diduga kuat ditulis oleh Maria Magdalena sendiri. Dalam injil-injil kuno tersebut tertulis jelas permusuhan Peter dengan Maria hingga Maria mengatakan kepada Yesus: “Peter membuatku khawatir. Saya takut padanya karena permusuhannya kepada wanita.” Jesus menjawab: “Wahyu Tuhan tidak terbatasi untuk diberikan kepada siapa saja, pria maupun wanita.”. Dalam bagian lain injil Maria Magdalena murid Jesus yang lain, Levi (Mathias Annas) menyanggah pendapat negatif Peter tentang Maria Magdalena dengan mengatakan: “Jika sang Guru saja menghargai Maria, lalu siapa Anda berani menolaknya?”

Namun permusuhan kepada Maria tidak pernah berhenti. Paulus, teman dekat Peter, pendiri gereja Katholik Roma dan penyusun dasar agama Kristen, menulis dalam Perjanjian Baru: “Biarkan para wanita belajar untuk diam.”

Dalam “injil resmi” Markus-Mathius-Johannes-Lukas, sebenarnya hubungan khusus Yesus-Maria tertulis secara tersurat beberapa kali. Maria tercatat bersama Yesus dalam beberapa peristiwa penting, di antaranya peristiwa perkawinan agung di Cana dimana Maria membasuh kaki Yesus dengan menggunakan rambutnya, peristiwa penyaliban Yesus, dan peristiwa kebangkitan Yesus dimana Maria Magdalena bersama Maria ibunda Yesus menjadi dua orang yang yang bertemu Yesus setelah beliau dibangkitkan dari liang kubur.

Menurut Laurence Gardner, peristiwa pembasuhan kaki seorang lelaki oleh seorang perempuan dalam adat Yahudi hanya mungkin dilakukan bila antara keduanya adalah suami-istri. Hukum sosial itupun tentunya diterima oleh semua ummat beragama termasuk Islam, yang melarang tindakan “lacur” dua orang dewasa yang bukan muhrim. 

Injil Lukas (versi King James)menggambarkan secara tersirat namun sangat rinci tentang kepergian Maria ke Eropa serta dakwahnya yang diwarnai permusuhannya dengan lawan-lawannya sampai hingga saat ini sbb:

And there appeared a great wonder in heaven, a woman chothed with the sun, and the moon under her feet, and upon her head a crown of twelve stars. And she being with child cried, travailing in birth, and pained to be delivered.

And there appeared another wonder in heaven, and behold a great red dragon, having seven heads and ten horns, and seven crowns upon his heads. The dragon stood before the woman which was ready to be delivered, for to devour her child as soon as it was born. And she brought forth a man child. And the woman fled into the wilderness, where she hath a place prepared of God. ….
And the dragon was worth with the woman, and went to make war with the remnant of her seed, which keep the commandments of God, and have the testimony of Jesus Christ.


Eksistenti Maria Magdalena dan hubungan khususnya dengan Yesus tidak pernah hilang hingga sekarang. Buktinya tema itu dapat menjadi dasar penulisan novel dan film yang laris, yaitu “The Da Vinci Code”. Sampai abad pertengahan para seniman Eropa masih suka melukis Yesus bersama Maria Magdalena, salah satunya ---bukan satu-satunya--- adalah Leonardo da Vinci dengan lukisannya The Last Supper. Detil kontroversi lukisan itu tertulis dalam novel The Da Vinci Code.

Kepustakaan sejarah tentang Maria Magdalena juga meliputi daftar yang sangat panjang dari karya Raban Maar The Life of Mary Magdalene (abad 9) hingga karya Laurence Gardner Bloodline of the Holy Grail (1996). Daftar pustaka modern buku Bloodline of the Holy Grail tentang Maria Magdalena dan Legenda Cawan Suci sendiri meliputi 27 buku. Sejarah juga mencatat beberapa aliran dan sekte agama Kristen kuno adalah penganut keyakinan Legenda Cawan Suci, termasuk Cassian, Cistercian, Franciscan, Dominican, Ordo Ksatria Templar dsb.

St. Bernard of Clairvaux (Santo Bernardus), dalam konstitusi Ordo Ksatria Templar yang dibuat tahun 1128 (bersamaan dengan dimulainya Perang Salib II) dengan jelas dan tegas menulis: “Demi kepatuhan kepada Bethany, Maria (Magdalena) dan Martha.”
Lalu dimana sekarang keberadaan keturunan Yesus? Menurut Gardner beberapa keluarga bangsawan Eropa adalah keturunan Yesus, di antaranya adalah keluarga Steward (Stuart) dari Skotlandia.

Adalah menarik untuk mengkaitkan kajian Legenda Cawan Suci dengan ramalan Rosulullah Muhammad S.A.W tentang kedatangan Nabi Isa ke dunia menjelang kiamat yang bersama dengan Imam Mahdi (keturunan Rosulullah) akan menjadi hakim bagi umat manusia. Mungkin itu maksudnya adalah keturunan Nabi Isa. Wallahualam.

Keterangan gambar: Lukisan "Perjamuan Akhir" abad pertengahan karya Jacoppo Bassano. Tampak jelas Yesus memangku seorang wanita yang tidak lain adalah Maria Magdalena.

No comments:

Post a Comment