Saturday, 30 August 2008
Mengapa Simbol Bulan Sabit?
Sebagaimana keyakinan hampir semua umat Islam di seluruh dunia mulanya saya percaya 100% bahwa bulan sabit adalah simbol asli Islam yang telah digunakan sejak masa awal Islam. Keyakinan ini semakin kuat mengingat bahwa dalam Islam semua keyakinan dan ibadah memiliki dasar historis theologis yang kuat, yaitu Al Qur’an dan sunnah Rosulullah.
Namun keyakinan itu agak goyah saat saya membaca buku Bloodline of the Holly Grail karya Laurence Gardner. Dalam buku itu tercantum beberapa simbol paganisme (budaya penyembahan berhala sebelum Islam). Salah satu simbol itu adalah bulan sabit. Sejak itu aku berusaha bertanya sejarah asal-usul simbol tersebut kepada orang-orang yang kupikir memahami agama Islam. Namun tak seorangpun bisa menjelaskan dalil yang kuat. Tidak ada ayat Al Qur’an, hadits Rosulullah dan buku-buku sejarah Islam klasik yang menyinggung soal itu. Karena itulah aku meninggalkan keyakinan simbol bulan sabit sebagai simbol Islam karena dalam Islam, tidak ada satu keyakinan pun yang patut diikuti tanpa dalil yang kuat.
Dan akhirnya aku berhasil mendapatkan pengetahuan tentang asal-usul simbol itu di Wikipedia. Menurut situs ini simbol bulan sabit merupakan simbol kuno yang sudah ada jauh sebelum Islam datang. Simbol itu telah digunakan oleh bangsa-bangsa kuno di Persia, Turki, Yaman, dan Ethiopia. Bukti-buki sejarah berupa pecahan mata uang logam kuno mencatat bahwa simbol itu telah digunakan oleh bangsa Yunani yang tinggal di kota Byzantium (sekarang Istambul) pada abad IV sebelum masehi. Menurut legenda pada tahun 339 sebelum masehi penduduk kota itu berhasil mengalahkan pasukan Machedonia. Sebagai penghormatan kepada dewi pujaannya, Artemis, mereka mulai menggunakan simbol bulan sabit yang merupakan simbol dewi Arthemis.
Bangsa Romawi juga menggunakan simbol itu sebagai penghargaan kepada dewi Diana saat berhasil mengalahkan bangsa Goth. Dan saat kaisar Konstantin menyatakan agama Kristen sebagai agama resmi kerajaan Romawi, ia menambahkan simbol bintang sebagai penghargaan kepada Virgin Mary, ibunda Yesus. Sejak itulah simbol bintang melekat pada bulan sabit. Dan setelah bangsa Turki Ottoman berhasil merebut Byzantium abad XV, mereka mengadopsi simbol itu. Namun bangsa Turki bersikukuh bahwa simbol itu mereka ciptakan sebagai penghormatan kepada para prajurit Turki yang tewas dalam perang di Balkan setelah pendiri Turki Ottoman, Usman I, melihat genangan darah membentuk gambar bulan sabit di dada seorang prajuritnya yang tewas di Semenanjung Balkan.
Tulisan ini sekedar untuk mengingatkan bahwa sebenarnya banyak sekali pandangan-pandangan keliru di kalangan awam umat Islam yang mereka terima begitu saja dari para pendahulu mereka. Namun karena telah mendarah daging terwariskan berabad-abad, pandangan telah menjadi dogma yang terkadang bahkan mengalahkan dalil-dalil yang kuat. Sebagai contoh adalah pandangan umum bahwa Nabi Isa tidak pernah menikah dan punya anak. Pandangan ini sama sekali tidak memiliki dalil yang kuat. Tidak dalam Al Qur’an maupun hadits. Sebaliknya Al Qur’an justru menyatakan para Rosul memiliki istri-istri dan keturunan (QS. Ar-Rad: 38). Kajian sejarah dan teks Injil juga mendukung dalil Al Qur’an tersebut.
Dan bila dianalisis secara mendalam keyakinan Nabi Isa berselibat (tidak pernah menikah) merupakan keyakinan yang diwariskan dari keyakinan Kristen yang memang telah cukup mapan di kalangan penduduk Arab sebelum Islam.
Keyakinan keliru lain yang tidak memiliki dasar namun terpendam sangat mendalam di hati sebagian besar umat Islam adalah keyakinan bahwa semua sahabat Rosulullah adil dan bijaksana. Keyakinan ini selain tidak memiliki dalil yang kuat dalam Al Qur’an dan hadits, tentunya justru bertentangan dengan Al Qur’an yang berkali-kali menyebutkan adanya orang-orang munafik di antara sahabat Rosulullah. Kajian sejarah Islam juga menunjukkan banyaknya sahabat yang munafik dan memusuhi Rosulullah dan keluarganya.
No comments:
Post a Comment