Monday, 9 March 2009

REFLEKSI MAULID NABI MUHAMMAD S.A.W


Baru-baru ini kita telah menyaksikan sebuah drama kemanusiaan yang sangat menyayat hati yang dipertunjukkan oleh umat Islam. Pada saat bangsa Palestina meregang nyawa menghadapi blokade dan penyerbuan keji kaum Yahudi di Gaza, bangsa-bangsa sesama muslim lainnya: Mesir, Arab Saud, Yordania, dan Palestina Fatah, justru membantu kaum Yahudi. Sementara ummat Islam yang lainnya, kecuali pejuang Hizbollah, hanya bisa diam seribu bahasa, atau berteriak-teriak tanpa bisa banyak membantu.

Apa yang terjadi dengan "ummat terbaik di bumi" sebagaimana disebut Allah daam Al Qur'an ini? Apakah Allah salah dengan firmannya?

Tidak. Allah tidak salah dengan firmannya. Ummat Islam sendiri yang salah sehingga jumlahnya seperti buih di laut ini tidak berdaya menghadapi kaum Yahudi Isreal yang jumlahnya hanya 5 juta orang.

Ketika Rosulullah menjelang syahidnya, beliau telah memberitahukan kepada ummatnya mengenai beberapa orang yang paling layak menjadi pemimpin ummat, yaitu orang-orang yang telah disucikan Allah sesuci-sucinya. Mereka adalah ahlul bait Rosul, orang-orang yang oleh Allah ummat Islam diwajibkan untuk bersholawat setiap hari minimal lima kali setiap menjalankan sholat: "Ya Allah berikanlah keselamatan dan kesejahteraan kepada Rosulullah dan keluarganya."

(Ummat Syiah bahkan percaya, Rosulullah telah mengikrarkan Ali bin Abi Thalib, salah seorang ahlul bait, sebagai penggantinya).

Namun umat Islam mengabaikan amanah tersebut. Mereka memilih non-ahlul bait sebagai pengganti Rosul. Dan ini menjadi preseden buruk yang mengantar kepada kehancuran umat.

Hanya beberapa tahun setelah meninggalnya Rosul, di saat para murid beliau masih hidup, telah terjadi berbagai periswita keji yang tidak bisa dibayangkan oleh akal sehat. Cucu tersayang Rosul dibantai secara keji dengan kekejian yang tiada tara dan keturunan Rosul yang tersisa diperlakukan seperti budak. Pelakunya adalah seorang Jazid bin Mu'awiyah bin Abu Sufyan, seorang khalifah umat Islam. Dan itu hanya sebuah awal dari berbagai kekejian yang semakin lama semakin besar.

Beberapa tahun kemudian, khalifah yang sama menghancurkan dinding-dinding ka'bah, memerintahkan tentaranya untuk membantai, merampok dan memperkosa penduduk Mekkah dan Madinah, dua kota suci yang di dalamnya tinggal para keluarga Rosul, sahabat-sahabat rosul dan keluarganya, orang-orang suci, dan para pahlawan penegak Islam.

Sejak saat itu umat Islam terbiasa dengan pembunuhan, pembantaian, pemerkosaan, dan perampokan. Semuanya dengan satu alasan, demi menggapai puncak kekuasaan. Ketika keluarga Abbasiyah meraih kekuasaan dari tangan keluarga Umayah, mereka membantai ribuan keluarga Umayah, termasuk wanita dan anak-anak. Dan kini kita melihat sendiri bagaimana umat yang sama telah saling bertikai dan berkhianat: bangsa-bangsa arab merantai tangan dan kaki saudaranya sendiri (Palestina) untuk dibunuh oleh Israel.

Jika saja sejak dari awal kita memenuhi amanah Rosul dengan memilih ahlul bait sebagai pemimpin umat, maka dijamin umat Islam akan menjadi umat yang bersatu, kuat dan disegani. Tidak ada lagi orang-orang keji dan jahat seperti Jazid yang menumpahkan darah sesamanya. Tidak ada orang-orang seperti Husni Mubarak, Raja Hussein, Raja Saud, dan Mahmud Abbas yang mengkhianati saudaranya dan membela musuh.

Kebanyakan dari kita tanpa sadar telah mengeliminir rasa kasih sayang kita kepada Nabi Muhammad. Kita mengaku menyayanginya, namun mengabaikan orang-orang terdekat (ahlul bait)-nya. Kita mengaku menyayanginya, namun juga mempercayai hal-hal buruk melekat dirinya seperti terkena penyakit ayan, terkena sihir, meracau dan sebagainya. Atau saat kita mempercayai beberapa orang lebih bijak dibandingkannya.

Na'udhubillah mindhalik. Dengan menisbahkan hal-hal buruk kepadanya (Muhammad S.A.W), tanpa sadar kita telah menjadi kafir. Karena Muhammad Rosulullah adalah mahluk kesayangan Allah, manusia paling sempurna, manifestasi kesempurnaan Allah di dunia. Ia adalah manusia yang Allah berfirman dalam hadits qudsi: Tidak akan Aku ciptakan alam semesta ini kalau bukan karena Muhammad.

Wallahualam bi shawab.

No comments:

Post a Comment