Tuesday, 9 June 2009

Supremasi WASP yang Menghilang


Ada keyakinan di sebagian kalangan masyarakat informasi, sebagaimana saya dahulu, bahwa Amerika (dengan demikian juga dunia) dikendalikan oleh sekelompok elit dari kalangan WASP (kulit putih, berbahasa Inggris dan beragama protestan). Mereka melakukan konspirasi melalui organisasi rahasia Skull and Bones dan dinas inteligen bentukannya, CIA, untuk menguasai Amerika dan juga dunia.

Para pemimpin Amerika sebagian besar berasal dari komunitas ini, termasuk aktif dalam organisasi Skull and Bones. Selain CIA yang didirikannya, selama berpuluh tahun anggota Skull and Bones juga menguasai lembaga pengadilan, birokrasi pemerintahan dan sudah barang tentu dunia bisnis. Untuk mempertahankan dominasinya mereka juga berkonspirasi merancang undang-undang pembatasan imigrasi dan pembatasan kelahiran bagi etnis-etnis non WASP.

Pada akhir abad 19, ketika disadari gelombang imigrasi dari negara-negara non WASP seperti Rusia dan negara-negara katholik seperti dan Italia dan Irlandia dapat mengubah struktur demografi Amerika dan mengancam dominasi WASP, maka orang-orang WASP melancarkan program pembatasan polulasi yang dikenal dengan Eugenics Movement. Pahlawan WASP yang paling berjasa dalam hal ini adalah Hakim Agung Oliver Wendell Homes, yang dipilih oleh presiden Teddy Roosevelt yang juga WASP. Oliver dalam satu pidatonya yang terkenal di mahkaham agung Amerika tahun 1928 mengatakan, "adalah lebih baik bagi dunia, daripada menunggu untuk memotong generasi yang rusak karena kejahatan, untuk membiarkan mereka kelaparan karena kebodohan mereka. Masyarakat dapat mencegah generasi yang tidak sehat untuk meneruskan keturunannya. Tiga generasi bodoh sudah cukup."

Maka sejak tahun 1910, satu demi satu negara bagian Amerika mengadopsi undang-undang pembatasan kelahiran yang ditujukan kepada etnis-etnis non WASP. Undang-undang bernuansa rasial juga diterapkan. Pada tahun 1924 misalnya, negara bagian Virginia menerapkan Racial Integrity Act yang melarang orang kulit putih menikah dengan orang kulit hitam. Pada akhir dekade 1920-an sebanyak 39 negara bagian telah menerapkan undang-undang sejenis. WASP juga berhasil mengadopsikan undang-undang anti narkoba yang keras sembari merecoki orang-orang non WASP dengan barang-barang adiktif sehingga antara tahun 1880 dan 1929 orang-orang non WASP yang ditahan di penjara meningkat tajam dari 32.000 menjadi 270.000 orang. Immigration Act yang diadopsi tahun 1924 secara efektif juga berhasil menghentikan gelombang imigrasi dari Rusia dan Eropa Selatan. Pada saat yang sama undang-undang tersebut justru mendorong arus imigrasi yahudi dari Eropa yang sebelumnya mengalir ke Amerika untuk berpindah ke Palestina.

Lebih jauh pada tahun 1927 Mahkamah Agung Amerika melegalkan program sterilisasi bagi orang-orang yang dianggap tidak sehat. Pada masa itu Amerika tidak ubahnya seperti Jerman di bawah kepemimpinan Adolf Hitler. Dan karena Hitler berkuasa pada dekade 1930-an hingga 1940-an, maka bisa dikatakan Hitler hanya mencontoh apa yang dilakukan Amerika.

Namun itu semua adalah masa lalu. Amerika tidak lagi dikuasai oleh WASP, melainkan Yahudi. Yahudi sebaliknya berusaha membuat Amerika sebagai negara terbuka sehingga jutaan imigran gelap maupun legal terus-menerus membanjiri Amerika setiap tahun, ditambah angkat kelahiran yang rendah membuat prosentase WASP semakin kecil. Diperkirakan pada tahun 2040 nanti kulit putih menjadi kelompok minoritas.

Bahkan Mahkamah Agung, lembaga yang selama puluhan tahun menjadi pilar kekuasaan WASP, kini mereka telah menjadi minoritas. Dari sembilan Hakim Agung yang ada, hanya ada seorang WASP, yaitu John Paul Stevens. Itupun sudah sangat uzur dengan umur 88 tahun. Yang lainnya, enam orang Katholik, dua yahudi dan seorang wanita berdarah latin, Sonia Sotomayor.

Dan dengan terpilihnya Barack Obama sebagai presiden, maka secara resmi berakhirlah sudah era dominasi WASP dalam panggung kekuasaan Amerika.

Keterangan gambar: Anggota Skull and Bones. George W Bush (berdiri nomor 6 dari kiri) adalah anggota perkumpulan rahasia ini.

No comments:

Post a Comment