Tuesday, 21 July 2009

FRANK JOSEPH DAN MITOS HOLOCOUST


Sampai pada tahun 1977 dunia tidak mengenal apa itu holocoust, legenda tentang pembunuhan massal 6 juta orang yahudi oleh Nazi Jerman dalam Perang Dunia II. Salah satu film blockbuster pertama bertema perang dunia II, tidak pernah menyebut-nyebut holocoust. 'Judgment at Nuremberg'. Winston Churchill dan Jendral Eisenhower, dua tokoh paling terkenal dalam Perang Dunia II tidak menyebut-nyebut holocoust dalam dalam biografinya. Film seri komedia ber-setting Perang Dunia II yang terkenal, "The Hogan's Heroes" selama tayangnya di Amerika antara tahun 1965-1971 tidak sekalipun menyebut-nyebut tentang holocoust.

Presiden Amerika saat perang, Harry S Truman pun tidak pernah menyebut-nyebut holocoust. Sebaliknya ia meninggalkan catatan harian mengenai orang-orang yahudi yang selamat dari penindasan Nazi Jerman. "Orang-orag yahudi itu saya melihatnya sangat sangat egois. Mereka tidak peduli berapa jumlah etnis bangsa lain yang menjadi korban perang, orang-orang Estonia, Latvia, Finlandia, Polandia, Yugoslavia, atau Yunani yang terbunuh atau terusir dari kampung halamannya, sepanjang mereka (orang-orang ) yahudi mendapat perlakuan khusus. Dan saat mereka berada di atas angin, kekejaman mereka terhadap lawan-lawannya tidak dapat ditandingi oleh Hitler ataupun Stalin sekalipun."

Cerita tentang holocout dimulai pada bulan April 1977 saat Frank Collins, seorang pemimpin neo-nazi Amerika dan kawan-kawannya mengumumkan kepada publik akan melakukan aksi longmarch melalui kota kecil Skokie yang menjadi tempat penampungan terbesar orang-orang yahudi yang selamat dari ajang Perang Dunia II di Eropa. Slogan yang mereka gembar-gemborkan adalah: "Hitler mengecewakan karena hanya membunuh 6 juta orang yahudi dan membiarkan sisanya melarikan diri."

Orang-orang yahudi di seluruh Amerika pun berteriak-teriak lantang: "Jangan ulangi lagi! (pembunuhan orang-orang yahudi). Merekapun bertekad bulat untuk mencegah aksi longmarch tersebut.

Maka Collins pun meminta bantuan hukum kepada ACLU untuk memperjuangkan niatnya melakukan longmarch. Dengan alasan membela kebebasan menyampaikan pendapat, kebebasan berekspresi, HAM dan demokrasi, pengacara ACLU, David Goldberger, membela Collins. Sekedar informasi kalau ACLU adalah organisasi yahudi Amerika dan David Goldberger juga orang yahudi.

Selama setahun lebih, antara April 1977 hingag Juni 1978 media massa Amerika memborbardir rakyat Amerika dengan konflik antara Collins yang dibantu ACLU melawan komunitas yahudi Amerika ditambah cerita panjang lebar tentang holocoust.

Akhirnya Collins dan teman-temannya berjumlah total 12 orang, melakukan longmarch, tidak melewati kota Skokie, melainkan taman Marquette park dimana mereka bentrok dengan beberapa yahudi tua korban selamat Nazi Jerman.

Menyusul bentrokan itu, polisi pun memburu Collins dan menyerbu markasnya. Mereka menyangka akan terjadi bentrokan bersenjata dengan Collins dan anak buahnya. Namun saat mereka berhasil masuk, mereka mendapati hal yang tidak pernah mereka bayangkan. Collins tengah bersama dengan beberapa anak kecil berumur 10 tahun-an. Mereka dalam kondisi setengah telanjang.

Dalam persidangan yang berlangsung tahun 1979 terungkap bahwa Collins adalah seorang yahudi kelahiran Dachau tahun 1944. Ia dijatuhi hukuman penjara selama 7 tahun.

Tahun 1979 selanjutnya ditandai sebagai tahun kelahiran holocoust setelah Presiden Jimmy Carter membentuk Komisi Holocoust dan Illinois menjadi negara bagian pertama yang menjadikan holocoust sebagai mata pelajaran wajib di sekolah dasar hingga SMA. Tidak hanya itu, sebagaimana P4 di Indonesia jaman Orde Baru, holocoust diindoktrinasikan kepada semua anak sekolah Amerika. Tidak hanya anak-anak sekolah, para guru pun mendapatkan sesi khusus penataran holocoust.

Akibatnya kini adalah, di mata warga Amerika holocoust menjadi kayakinan yang sangat kuat. Mereka percaya layaknya percaya kepada agama bahwa holocoust, pembantaian 6 juta warga yahudi dengan cara digiring ke kamar gas, 1,5 juta di antaranya adalah anak-anak, benar-benar terjadi. Bahkan angka 6 juta pun dianggap sebagai angka keramat yang tidak mungkin berubah-ubah, meskipun pemerintah Polandia, tempat terjadinya holocoust terbesar, telah meralat jumlah korban yahudi dalam perang dunia II dari 4,5 juta menjadi "hanya" 1,5 juta.

Dan setelah kasus Collins dan neo-nazinya mencuat, Hollywood dan industri hiburan dan informasi pun tergugah untuk menunjukkann kewajibannya dengan menyebar luaskan agama baru, holocoust.

Kembali kepada Frank Collins. Setelah menjalani 3 tahun penjara dari vonisnya yang 7 tahun penjara, Collins mendapatkan pengawal khusus yang disediakan pengacaranya dari ACLU, seorang homoseksual bernama Russell Burrows. Pada tahun 1983 Collins mendapat remisi bebas dan langsung menuju ke rumah barunya di Wisconsin, bersama pengawalnya, Burrows.

Suatu hari di tahun 1982 Burrows yang tengah berburu mengalami insiden terjatuh ke dalam sebuah gua penuh dengan harta karun berupa emas dan ribuan artifak kuno. "Artifak-artifak ini berasal dari tahun 726 SM hingga 10.000 SM," klaim Burrows. Anehnya saat itu Collins berada tidak jauh dari gua harta karun Burrows.

Saat ini Frank Collins yang telah berganti nama menjadi Frank Joseph, adalah seorang editor majalah arkeologi "
Orang-orang yahudi itu, tidak sekedar melupakan masa lalu Joseph, mereka bahkan membantunya membangun karier baru. Atau semua itu merupakan sebuah operasi inteligen? Kalau memang demikian, Frank Collins adalah seorang intel paling sukses menjalankan misinya. Ia tidak beda dengan Lawrence of Arabia, seorang yahudi homo agen rahasia Inggris yang berhasil memprovokasi rakyat Arab untuk memberontak terhadap rajanya, Sultan Turki, hingga bangsa Arab tidak lagi utuh dan terpecah-pecah menjadi beberapa negara dan kerajaan.

No comments:

Post a Comment