Saturday, 5 September 2009

Kejahatan Perang Eisehhower dan Amerika



(Versi asli di blog incogman.wordpress, 1 September 2009)


Apakah Amerika akhirnya menerima kebenaran sejarah? Jika demikian, sebagaimana Uni Sovyet di mana para pemimpinnya harus mengakui telah membunuh jutaan rakyatnya sendiri, membiarkan cahaya kebenaran menerobos tirai besi yang telah didirikan sejak Perang Dunia II, dan membuka fakta-fakta yang disembunyikan bagi rakyatnya.

Sesuatu di luar kebiasaan tampak mulai terjadi di antara sebagian rakyat Amerika yang sadar, bahwa kejahatan telah terjadi di masa lalu sebagaimana kejahatan yang juga terus berlangsung saat ini dengan terjadinya serangan WTC dan perang terorisme. Akahkah kita akhirnya akan diberitahu mengenai kebenaran sejarah Perang Dunia II?

Baru-baru ini sebuah buku ditulis oleh penulis Toronto Kanada, James Bacque berjudul "OTHER LOSSES" dan telah beredar di Amerika terutama di kalangan para veteran yang telah berperang dalam Perang Dunia II. Meski buku tersebut tidak menuliskan Amerika dan sekutu dalam perspektif yang menyenangkan, buku ini mendapat sambutan hangat di Kanada, sementara sebagian besar rakyat Amerika telah termanipulasi dengan sejarah PD II, terutama berkaitan dengan sosok Komandan Tertinggi Sekutu di Eropa yang kemudian menjadi presiden Amerika, Jendral Dwight David Eisenhower, yang semasa menjadi taruna mendapat julukan “terrible Swedish Jew” (yahudi swedia yang sangat buruk).

Saya mempunyai pandangan sendiri tentang Dwight David Eisenhower (Ike) yang terbentuk pada masa awal PD II berdasarkan informasi yang saya dapat dari seorang perwira, sebelum ia menjadi komandan tertinggi.

Selama masa menjelang perang, Ike, demikian panggilannya, dicatat para prajurit dan perwira sebagai "laki-laki (seperti) wanita (ladies man) dan pemain kartu terhebat di dalam barak". Jika seseorang menyebutnya sebagai komandan tempur, maka tanggapan sinis segera muncul. Saat itu pandangan saya juga terbentuk oleh sikap kamandan saya, Jendral George Patton yang menganggap Ike sebagai "cengeng", tanpa melihat pangkat yang disandangnya.

Meski dengan segala julukan buruknya itu, Ike adalah jendral yang paling cepat kariernya. Dari hanya seorang perwira menengah pada awal tahun 1941, ia menapak jabatan dan pangkat hingga menjadi jendral yang paling banyak membawahi pasukan sepanjang jaman, yaitu sebagai Komandan Tertinggi Sekutu di Eropa tahun 1944.

Ada beberapa faktor yang mendukung nasib baik Eisenhower. Di antaranya hubungannya yang dekat dengan Presiden FD Rossevelt dan Jendral George Marshall. Sejak menjadi pacar putri Presiden Rossevelt, karier militer Eisenhower melejit pesat. He menjadi Chief of Operations Division, War Department General Staff (March, 1942), Commanding General of the European Theater of Operations (Juni 1942, Allied Commander in Chief for the Invasion of North Africa (November 1942), Sisilia, (Mei 1943), Italia (September, 1943) sebelum akhirnya menjadi komandan tertinggi sekutu. Tidak hanya sampai di situ, Eisenhower bahkan kemudian menduduki jabatan presiden Amerika.

Eisenhower lah yang telah memberikan saran kepada Presiden Rossevelt dan PM Inggris Churchill yang membuat perang berlangsung lebih lama dari semestinya hingga menelan korban jutaan nyawa lebih banyak dan ratusan juta dollar biaya lebih banyak juga. Di sisi lain perang yang lebih lama berarti juga keuntungan lebih banyak bagi para pedagang senjata dan terlebih lagi para bankir yahudi yang membiayai perang kedua pihak yang terlibat.

Pada awal tahun 1943 Jendral George S Patton dan panglima pasukan Inggris Jendral Montgomery mempresentasikan sebuah rencana perang yang brilian di hadapan Rossevelt dan Churchill yang memungkinkan sekutu menduduki Eropa Timur sebelum dicaplok oleh Uni Sovyet, sekaligus menghentikan perang tahun itu juga.

Namun Eisenhower yang secara terbuka sering menunjukkan kebenciannya kepada orang Jerman, ingin Jerman menderita lebih lama lagi. Maka ia menolak rencana Jendral Patton dan membiarkan tentara Uni Sovyet menduduki Eropa Timur sekaligus meretas jalan bagi terciptanya satu periode panjang Perang Dingin antara blok barat pimpinan Amerika dengan blok timur pimpinan Uni Sovyet. Satu hal lagi perlu dicatat bahwa dengan pendudukan Uni Sovyet di Eropa Timur, maka rencana penghancuran agama kristen dan eksistensi negara-negara kerajaan Eropa Timur dengan menggunakan kekuatan komunisme, dapat berlangsung dengan sukses.

Penghancuran kekristenan dan kerajaan Eropa tahap pertama telah berhasil dilakukan dengan runtuhnya kekaisaran Rusia melalui Revolusi Bolshevik tahun 1917. Tahap selanjutnya adalah penghancuran kekaisaran Jerman, Italia, dan kerajaan-kerajaan Eropa Timur.

Aksi pengkhianatan Eisenhower selanjutnya adalah menghambat gerak maju pasukan Jendral Patton. Pada musim gugur tahun 1944 Eisenhower tidak mengijinkan Jendral Patton menutup Falaise Gap sehingga ratusan ribu pasukan Jerman yang terperangkap di Perancis dapat meloloskan diri ke Jerman hingga berhasil mengkonsolidasikan diri dan melakukan konter ofensif yang dikenal dengan Perang Bulge. Konter ofensif ini nyaris saja menghancurkan pasukan sekutu dan mengulang keberhasilan Jerman menginvasi Perancis di awal perang.

Pada awal tahun 1945 pasukan Jendral Patton telah lebih dahulu mencapai Jerman dibandingkan pasukan Uni Sovyet. Namun Eisenhower memerintahkan Patton untuk mundur ke perbatasan barat Jerman dan membiarkan pasukan komunis Uni Sovyet menduduki Jerman.

Pada saat itu Jendral Patton menyadari sebuah konspirasi tingkat tinggi telah mencegahnya meraih kemenangan gemilang untuk diberikan kepada "yahudi Swedia yang buruk". Ia pun mulai merasa konspirasi itu mungkin saja akan membunuhnya, hal yang terbukti kemudian. Hal yang sama juga dialami oleh Jendral McArthur yang dilarang menginvasi Cina pada Perang Korea. Mengenai Jendral Patton dan persaingannya dengan Eisenhower serta kematiannya yang misterius bisa dilihat di sini: http://cahyono-adi.blogspot.com/2009/05/pembunuhan-jendral-patton-dan-kekejian.html

Eisenhower pula yang berdasarkan kebenciannya kepada Jerman, melancarkan Operasi Keelhaul di masa terakhir perang. Dengan operasi ini ia memaksa pasukan Jerman yang menyerah dan dalam kondisi lemah serta tanpa ransum dan amunisi, untuk berperang melawan pasukan Sovyet. Ratusan ribu dari mereka meninggal di tangan pasukan Sovyet, atau ditawan untuk menjadi pekerja paksa di kamp pekerja paksa.

Setelah perang, Eisenhower kembali ke Amerika sebagai pahlawan dengan puji-pujian setinggi langit oleh media massa yahudi. Ia kemudian bahkan menjadi presiden Amerika tahun 1953. Sementara itu Jendral Patton, jendral sebenarnya yang memimpin pasukan Amerika mengalahkan Jerman, meninggal secara misterius setelah kendaraan yang ditumpanginya mengalami kecelakaan.

Dipuji-puji oleh media massa dan sejarahwan bayaran, Eisenhower secara langsung bertanggungjawab atas kebijakan paling tidak berperikemanusiaan paska perang. Jika saja Jerman yang memenangkan perang, maka ia berada di nomor urut pertama penjahat perang yang diadili.

Seusai perang dengan menyerahnya Jerman, Amerika menjalankan kebijakan paska perang di Eropa yang disebut sebagai Morgenthau Plan, diambil dari nama menteri keuangan Amerika berdarah yahudi. Morgenthau Plan, berdasarkan pengakuan Morgenthau kemudian, sebagian besar idenya berasal dari Eisenhower. Kebijakan itu sepenuhnya didasari pada dendam kepada rakyat Jerman.

Pada saat itu kebijakan politik luar negeri secara efektif berada di tangan sekelompok orang yang bekerja untuk para bankir yahudi yang selama puluhan tahun sebelumnya telah berhasil mengendalikan pemerintahan Amerika dari balik layar. Mereka adalah Senator Herbert Lehman, Hakim Agung Supreme Felix Frankfurter dan Menteri Keuangan Henry Morgenthau. Mereka semuanya yahudi, termasuk Eisenhower yang menjadi operator kebijakan Morgenthau Plan di Eropa.

Kebijakan ini masih diwariskan sampai sekarang dengan apa yang disebut dengan sindrom anti-semit dimana setiap kritikan terhadap yahudi sebagai biang perang, kritikan atas kebijakan perang Amerika dan sekutunya, pembelaan terhadap hak-hak Jerman, atau penolakan atas mitos holocoust dianggap sebagai tindakan anti-semit dan diancam hukuman fisik.

Selain buku James Bacque berjudul "OTHER LOSSES", sebuah artikel THE EISENHOWER DEATH CAMPS yang muncul di jurnal ilmiah INSTAURATION tahun 1990 juga telah menguak kejahatan perang Amerika selama Perang Dunia II. Dalam artikel ini terungkap bagaimana orang-orang Jerman korban perang, baik sipil maupun anggota militer ditumpuk di kamp-kamp militer yang kondisinya sama sekali tidak layak, tanpa atap dan lantai, tanpa air bersih, tanpa fasilitas umum, tanpa makanan yang cukup, dan berjejal-jejalan bak binatang ternak tak terurus. Mereka menjadi korban konspirasi pemusnahan bangsa Jerman untuk digantikan dengan generasi baru yang terlepas dari sejarahnya.

Dari dokumen "Weekly Prisoner of War and Disarmed Enemy Forces Report" tgl 8 September 1945 yang disimpaan di Arsip Nasional Washington, tercatat bahwa sebanyak 1,056,482 tahanan Jerman ditawan oleh pasukan Amerika di Eropa. Sebanyak 692,895 dengan status POW (Prisoners of War) dan 363,587 sebagai DEFs (Disarmed Enemy Forces.)

Status DEFs sebenarnya sebuah status ilegal yang melanggar Konvensi Jenewa dimana Amerika menjadi salah satu penandatangan. Seorang tawanan dengan status DEFs tidak memperoleh hak atas makanan, penginapan, dan air bersih, secara teknis tidak berhak atas apapun. Dengan status ini kebanyakan tawanan perang akan meninggal dalam hitungan hari.

Pada minggu pertama bulan September 1945 sebanyak 13,051 dari tawanan berstatus DEFs meninggal dunia dan dianggap tewas dalam peperangan. Angka kematian tersebut mencapai 3.6% per minggu. Dengan tingkat kematian seperti itu semua tawanan akan meninggal dalam waktu 28 minggu. Padahal tingkat kematian di luar kamp tawanan perang di Jerman saat itu hanya 2% setahun, atau 100 kali lebih rendah. Dan karena melimpahnya stock makanan di gudang-gudang tentara Amerika, kematian para tawanan perang tersebut merupakan sebuah kejahatan konspirasi yang disengaja.

Sementara itu dari 692,895 tawanan perang dengan status POW, secara diam-diam statusnya dialihkan menjadi DEF atas perintah Eisenhower. Dalam hitungan minggu tingkat kematian mereka melonjak dari 2% menjadi 8% per-minggu. Dengan tingkat kematian setinggi itu, seluruh tawanan akan meninggal dalam waktu 2 tahun.

Tidak sedikit perwira dan prajurit Amerika yang menentang perlakuan keji terhadap tawanan perang dengan membagi ransum mereka untuk para tawanan. Namun siapa saja yang berani menentang "kebijakan" ini menerima sanksi berupa penjara militer yang keras.

Bagi seorang prajurit muda yang memiliki anak dan istri, menyaksikan tawanan sipil anak-anak dan wanita kelaparan, sementara mereka sendiri memiliki jatah makanan yang melimpah, tentu tidak akan tahan untuk tidak membagikan jatah ransumnya. Tapi kebencian yang demikian besar yang ada di hati Eisenhower membuat tindakan kemanusiaan seperti tidak mungkin terjadi.

Dan faktanya adalah ribuan tawanan perang, termasuk wanita dan anak-anak yang meninggal di kamp-kamp tawanan tanpa atap dan lantai, tanpa air bersih, tanpa fasilitas umum, tanpa makanan yang cukup, dan berjejal-jejalan bak binatang ternak tak terurus. Mereka dibiarkan mati seperti lalat.

Menurut kalkulasi Bacque dalam bukunya "OTHER LOSSES" Eisenhower telah menyerbu posisi-posisi Jerman yang tidak penting hanya untuk membunuh sebanyak mungkin prajurit Jerman. Selain sekitar 1 juta tawanan yang meninggal di kamp-kamp tawanan perang, 10 juta tentara Jerman tewas sejak Amerika melakukan pendaratan ke Eropa tahun 1941 hingga berakhirnya perang.

Banyak veteran pemuja Eisenhower yang mungkin kecewa dengan data Bacque. Namun bagi mereka bisa membandingkan catatan tentang para tawanan perang Jerman yang berada di kamp tawanan perang pasukan Inggris dan Kanada yang diperkirakan mencapai angka 2 juta orang. Sebagian besar dari mereka cepat pulih kesehatannya. Sebagian segera pulang ke kampung halamannya, dan sebagian lainnya dikirim ke proyek-proyek pembangunan paska perang di Perancis.

Jendral Patton yang terlibat persaingan keras diam-diam dengan Eisenhower melepaskan seluruh tawanan perang Jerman pada bulan Mei 1945. Rekan Patton, Jendral Bradley dan J. C. H. Lee memerintahkan pelepasan tawanan perang seminggu setelah Jerman menyerah, namun dibatalkan oleh perintah Eisenhower tgl 15 Mei 1945.

Sementara tawanan Jerman di tangan Inggris dan Kanada pulih kembali kekuatannya dan terlibat dalam proyek-proyek rekonstruksi paska perang, tawanan perang yang di tangan pasukan Amerika meninggal secara massal.

No comments:

Post a Comment