Saturday, 26 September 2009
Menghitung Hari ke Perang Armageddon
Pengantar: Untuk para pembaca yang beragama Islam. Kita tentu mengetahui betul ramalan berdasar hadits shahih Rosulullah tentang kedatangan Dajjal dan terjadinya peperangan akhir jaman sebelum terjadinya kiamat. Tulisan ini dibuat berdasarkan analisis Rixon Steward di situs trutseeker.co.uk, 4 September 2009 berjudul "Two Minutes to Midnight", "matching" dengan ramalan Dajjal tersebut. Dan jika Anda belum pernah mengetahui bagaimana sebenarnya Tragedi Poso dan Ambon, silahkan mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang tragedi itu di internet sebagaimana baru saja saya lakukan, dan kemudian merenunglah. Maka saya jamin Anda tidak akan lagi menjadi orang "liberal", "demokrat" dan tetek bengek istilah "temuan" yahudi lainnya.
Pada pertengahan April lalu Iran telah merencanakan akan menggelar pameran dirgantara besar-besaran di sebuah lapangan terbang di utara Teheran. Beberapa hari sebelum acara berlangsung satelit Russia melacak terjadinya aktivitas di pangkalan-pangkalan udara Israel yang mengindikasikan adanya persiapan penyerbuan besar-besaran angkatan udara Israel ke sasaran tertentu di luar negeri. Russia langsung memberitahukan hal itu ke Iran. Iran, belajar dari kekalahan Arab dalam Perang 6 Hari melawan Israel dimana Israel melumpuhkan angkatan udara Mesir, Syria dan Yordania saat pesawat-pesawatnya masih parkir di hanggar, langsung membatalkan acara pameran dan menyebarkan pesawatnya ke berbagai tempat.
Jika saja Rusia tidak mengetahui rencana Israel tersebut, mungkin saja saat ini kita tengah berada dalam kancah Perang Dunia III. Analisisnya sederhana saja. Serangan Israel ke Iran akan memicu perang regional di kawasan timur tengah yang pada akhirnya juga akan menyeret negara-negara besar lainnya seperti Rusia dan Cina.
Dan meskipun "tertunda", perang tersebut tetap akan terjadi, cepat atau lambat karena memang telah diputuskan terjadi bahkan telah dimulai beberapa tahun lalu sejak Amerika dan sekutunya menyerang Afghanistan (2001) dan Irak (2003), Revolusi Cedar (2005), Perang Lebanon 2 (2006), invasi Israel ke Gaza (2008/2009), dan terakhir Revolusi Hijau yang gagal di Iran paska pemilu tahun ini.
Lihat saja bagaimana para jendral Amerika dan sekutunya mengadakan rapat rahasia beberapa kali tentang aksi penyerangan atas Iran, latihan-latihan militer Israel, tibanya kapal-kapal perang Israel di kawasan Teluk Parsia (kapal-kapal perang Amerika dan NATO telah lebih dahulu tiba jauh hari), serta bahasa diplomatik yang semakin keras oleh para diplomat Amerika dan sekutunya. Carl Bildt, menlu Swedia dana seorang pemimpin Uni Eropa baru-baru ini mengancam: jika Iran menginginkan perang (dengan mengabaikan tuntutan barat mengenai isu pengembangan nuklir Iran), maka Uni Eropa akan berperang.
Dan bersama dengan eskalasi konflik yang semakin meruncing, ZOG (zionist occupied goverments alias pemerintahan di bawah kendali zionis) Uni Eropa dan Amerika telah mengantisipasi terjadinya kerusuhan massal menentang peperangan yang boleh jadi akan berujung pada revolusi sosial menentang ZOG. Antisipasi itu berupa penerapan undang-undang berbau fasisme, termasuk pemberian faksin flu babi secara paksa kepada warga negara. Tanpa publikasi dan dalam skala kecil program terakhir ini telah berjalan di beberapa tempat di Amerika dan Eropa.
Dengan faksin yang telah mengalami rekayasa genetik, pemberian faksin secara paksa dapat menjadi senjata rahasia untuk "mengendalikan" rakyat secara efektif dan efisien. Hal yang sama terjadi jika rencana penerapan Real ID Act diterapkan di Amerika menyusul undang-undang sejenis yang telah diberlakukan, Patriot Act. Dengan program ini seluruh warga negara diwajibkan menjalani implantasi chip di tubuhnya sehingga seluruh pergerakannya dapat diawasi pemerintah. Adapun Patriot Act yang telah diundangkan menyusul serangan WTC tahun 2001 melegalkan aksi penyadapan aparat inteligen pemerintah terhadap warganegaranya, sekaligus menghancurkan hak kebebasan warganegara di Amerika.
Di sisi lain kesadaran telah mulai muncul di antara rakyat Amerika dan Eropa tentang bentuk sebenarnya pemerintahan yang menaungi mereka. Terima kasih kepada internet, media massa terakhir yang relatif masih bersih dari kendali ZOG meski tidak bebas dari aksi serangan gelap cyberwar.
Meski berbagai upaya dilakukan untuk menyembunyikan, wajah asli para pemimpin telah tampak nyata. Pemimpin kita tidak lagi menjadi "pelayan rakyat", melainkan aktor-aktor politik yang berkolusi dengan media massa menjadi pelayan "kepentingan asing".
Menjadi nyata kini bahwa ada satu elemen dalam konstelasi global yang diketahui oleh sebagian kecil orang meski telah diramalkan jauh-jauh hari. Orang Islam menyebutnya sebagai Dajjal sementara ramalan kuno zoroasterianisme menyebutnya dengan Ahriman. Sementara orang kristen menyebutnya dengan anti-Christ.
Pada awal abad 20 lalu seorang pengajar dan peneliti kristen bernama Rudolph Steiner menyebutkan bahwa Ahriman akan muncul (inkarnasi) di Amerika Utara pada abad 21. Sosoknya akan menjadi "lawan" utama kekristenan (juga agama Islam sebagai agama monotheis). Tidak lupa Steiner menyebutkan ciri-cirinya.
Dengan nama lain sebagai "Satan" (Setan), Ahriman berbeda jauh dengan Lucifer, turunan iblis lainnya yang disebutkan dalam kitab-kitab suci agama Kristen. Sementara Lucifer bekerja melalui ilusi, Ahriman bekerja secara fisik. Elemen-eleman yang dikuasai Ahriman meliputi material fisik dengan klaimnya: tidak ada apapun di atas materi fisik.
Ia ada di rumah dalam bentuk statistik, bukti kuantitatif, nafsu kebendaan dan ketamakan konsumerisme. Sementara dalam bentuk intelektualisme ia ditemukan pada interpretasi literal agama-agama, teknologi, dan bisnis khususnya perbankan dan keuangan. Menurut Steiner inkarnasi Ahriman merupakan bagian dari siklus seributahunan, dan saat ini kita tengah menunggu inkarnasi yang terakhir.
Steiner meyakinkan kita untuk tidak takut dengan kedatangan Ahriman mendatang karena memang hal itu tidak dapat dielakkan. Sebaliknya Steiner mengharapkan umat manusia untuk belajar dari kejadian tersebut demi menata kehidupan manusia menjadi umat yang lebih baik.
Menurut Steiner ciri-ciri Ahriman adalah berumur relatif muda (30-40 th) dengan latar belakang keilmuan teknik ataupun keuangan. Satu saat ia akan tampil ke hadapan publik sebagai seorang pahlawan penyelamat krisis politik ataupun ekonomi global, tentunya melalui sebuah konspirasi rahasia tingkat tinggi.
Namun kemudian ia akan menunjukkan tabiat aslinya. Aksi penyelamatannya hanyalah kedok untuk membuat seluruh umat manusia terperosok dalam perbudakan politik, ekonomi dan sosial.
Selama beratus-ratus tahun para penyembah Ahriman telah mempersiapkan kedatangannya. Dimulai sejak munculnya revolusi industri yang dipicu oleh penemuan teknologi mesin serta nafsu mengeruk keuntungan hingga terbentuknya masyarakat modern yang konsumtif berbasis nafsu dan materialisme yang menjadi syarat munculnya Ahriman.
Kini, menjelang aksi terakhirnya, sebuah perang besar tengah dipersiapkan: satu langkah strategis baginya untuk mengambil alih dunia. Di seluruh penjuru dunia segalanya bergerak menuju satu titik perang dunia yang kedasyatannya membuat perang dunia II seperti perang antar-kampung belaka. Bisa dibayangkan jika semua arsenal nuklir Israel diledakkan, kawasan timur tengah akan hancur lebur. Belum lagi jika nuklir Amerika, Inggris, Perancis, India, Pakistan, Cina dan Rusia ikut meledak.
Catatan blogger: kemungkinan penjelmaan Ahriman adalah Barack Obama. Ia mempunyai peluang terbesar untuk memicu perang akhir jaman dengan mengijinkan Israel menyerang Iran atau bahkan ikut membantunya secara langsung dengan menyerang Iran. Barack telah tampil di hadapan publik (dipoles sedemikian rupa oleh tim kampanye dan media massa status quo) sebagai seorang "messiah". Barack Obama juga mempunyai masa lalu yang kelam: status perkawinan orang tuanya yang tidak jelas serta bapaknya yang atheis (pengakuan Obama. Dan satu lagi Barack Obama adalah presiden Amerika, negara penghancuar paling kuat di dunia, saat ramalan "kiamat" tahun 2012 terjadi). Kharakter wajah Barack Obama juga mirip dengan patung yang dibuat Steiner.
Wallahualam bi shawab.
No comments:
Post a Comment