Wednesday, 14 April 2010

False flag dan Amerika


Menurut berbagai informasi media massa baru-baru ini Amerika telah mengirimkan sejumlah besar bom penghancur bunker ke pangkalan AL San Diego di Samudra Hindia. Diduga kuat bom-bom tersebut dipersiapkan untuk menghancurkan bunker-bunker bawah tanah Iran tempat fasilitas nuklir negeri ini berada. Seorang pakar politik internasional Inggris yang juga dosen University of London, Dan Piesch mengatakan: “Amerika tengah mempersiapkan dengan serius untuk menghancurkan Iran.”

Jika persiapan tersebut telah sempurna, masih ada satu lagi tahapan yang harus dilakukan, yaitu melakukan operasi inteligen yang bisa digunakan sebagai alasan untuk mengeksekusi rencana yang telah dibuat yang biasa disebut dengan false flag. Kemungkinan besar operasi false flag atas Iran adalah serangan teroris oleh organisasi militan binaan Iran seperti Hizbollah, atau serangan dadakan atas personil militer Amerika dan sekutunya di Irak yang dituduhkan kepada Iran.

Setelah operasi false flag dilakukan, Amerika tidak akan menunggu waktu lagi untuk menyerang Iran hingga Amerika bisa mencapai agendanya atas satu-satunya negara yang masih menjadi ancaman Israel tersebut, yaitu mendudukkan penguasa baru yang "demokratis" yang tidak lain adalah boneka Amerika dan Israel.

Belajar dari sejarah, Amerika sudah seringkali melakukan operasi false flag untuk mencari alasan melakukan serangan. Selain membiarkan diri Pearl Harbour diserang dalam Perang Dunia II, Amerika melakukan false flag penenggelaman kapal USS Sussex yang menjadi alasan Amerika menerjunkan diri dalam Perang Dunia I. Amerika juga melakukan false flag dalam Insiden Teluk Tonkin yang menjadi alasan Amerika menyerang Vietnam. Selain itu serangan gedung WTC tgl 11-9-2001 juga merupakan operasi false flag yang sangat kasar karena mudah diketahui modus dan motifnya.

Logika sederhana saja sudah bisa menebak bahwa serangan WTC adalah sebuah false flag. Klaim pemerintah Amerika bahwa serangan tersebut dilakukan oleh sekelompok teroris Arab yang baru belajar menerbangkan pesawat adalah omong kosong yang kelewatan dan menghina akal sehat manusia. Bagaimana mungkin Amerika dengan sistem pertahanan udaranya yang super canggih dibuat tidak berdaya oleh sekelompok teroris Arab?

Namun tentu saja propaganda, indoktrinasi, promosi dan pencitraan yang massif di media massa, ditambah kegoncangan jiwa karena kejadian yang sangat dahsyat membuat sebagian besar masyarakat percaya begitu saja dengan klaim pemerintah Amerika. Sebagaimana "resep" rejim Nazi Jerman bahwa sebuah kebohongan jika diberitakan secara terus-menerus sebagai kebenaran, maka masyarakat akhirnya akan menganggap sebagai kebenaran juga.

Professor Laurie Manwell, seorang ahli komunikasi Inggris mengatakan bahwa operasi “false flag” mempunyai keuntungan di atas kebenaran. "Penelitian menunjukkan bahwa masyarakat sangat kurang berhasrat untuk menggali informasi lebih dalam dari sebuah informasi yang simpang siur. Mereka lebih berhasrat untuk membenarkan apa yang telah mereka percaya," katanya.

Sementara itu Professor Steven Hoffman, ahli informasi lainnya dari Inggris mengatakan, "Data yang kami peroleh mendukung kuat teori kognitif yang disebut ‘motivated reasoning’ yang berpendapat bahwa "daripada mencari konfirmasi atas sebuah informasi, masyarakat lebih memilih informasi yang membenarkan kepercayaan mereka. Bahkan saat bukti-bukti kuat menunjukkan bahwa kepercayaan masyarakat keliru, mereka malah menduduhnya sebagai "teori konspirasi".

Kesuksesan sebuah operasi "false flag" adalah tersedianya sebuah skenario yang telah disiapkan sebelumnya sebagai tindak lanjut operasi "false flag" tersebut. Pembunuhan Presiden Kennedy adalah sebuah operasi "false flag" yang gemilang hingga masyarakat Amerika tenang-tenang saja melihat pemimpin mereka dibantai di depan mata jutaan orang. Bahkan ketika penjelasan rasional mengenai motif dan modus pembunuhan tersebut tidak diperoleh, masyarakat tetap tenang. Motif sebenarnya adalah untuk menghentikan kebijakan presiden yang mengeluarkan "executive order" kepada menteri keuangan untuk menerbitkan uang kertas sendiri lepas dari uang kertas buatan bank sentral milik konsorsium bankir yahudi internasional. Motifnya sama persis dengan pembunuhan presiden Abraham Lincoln yang juga pernah mengeluarkan kebijakan serupa.

No comments:

Post a Comment