Wednesday, 7 April 2010
Manusia di Atas Keledai
Bandingkan seekor kuda dengan seekor keledai. Semua orang tentu menganggap kuda jauh lebih baik daripada keledai. Secara fisik saja kuda tampak jauh lebih gagah dibanding keledai, apalagi kemampuannya. Keledai bahkan, mungkin karena ada komparasi yang sangat mencolok dengan kuda, oleh kebanyakan orang dianggap sebagai binatang dungu.
Sepanjang sejarah kuda selalu diidentikkan dengan para pahlawan dan "orang-orang besar". Alexander Agung, Jengis Khan, Napoleon, Pangeran Diponegoro, George Washington, Simon Bollivar, Otto von Bismark, adalah beberapa contoh "orang-orang besar" yang digambarkan selalu mengendarai kuda gagah. Sebaliknya orang-orang yang mengendarai keledai selalu digambarkan hanya sebagai "pelawak" kalau bukan orang bodoh. Sebut saja misalnya Don Kisot.
Namun tunggu dulu. Ada beberapa manusia agung yang lebih besar dari "orang-orang besar" tersebut di atas, yang selalu mengendarai keledai, bahkan dalam medan perang sekalipun. Mereka, sebut saja Raja Daud (King David) dan Raja Sulaiman (King Solomon), Isa Almasih (Yesus) dan Muhammad Rosulullah. Dalam tradisi agama-agama samawi Yahudi, Kristen dan Islam, keledai bahkan dianggap sebagai salah satu tanda kenabian.
Ada beberapa peristiwa besar dimana para manusia agung tersebut mengendarai keledainya. Di antaranya tatkala Isa Almasih "menaklukkan" Jerussalem, mengobrak-abrik pasar yang mengelilingi kuil Solomon seraya memproklamirkan diri sebagai raja-nabi kaum yahudi, messiah yang dinanti-nantikan. Namun aku paling terkesan dengan apa yang dilakukan Rosul Muhammad dalam perang Hunain. Tatkala pasukannya, termasuk pasukan berkuda yang gagah itu kocar-kacir karena terjebak oleh pasukan pemanah musuh, Rosulullah Muhammad dengan keledai yang dikendarainya justru merengsek maju seraya berseru: "Akulah Muhammad Rosulullah, putra Abdullah bin Abdul Muthalib!" Musuh pun terkejut dengan apa yang dilakukan Rosulullah. Tidak pernah mereka melihat orang yang seberani beliau, menentang hujan panah sendiri dengan keledainya. Sementara itu pasukan Rosulullah, demi melihat pemimpinnya maju sendirian, dengan rasa malu dan menyesal segera berbalik mengikuti Rosulnya menyerbu musuh. Musuh pun akhirnya berhasil dikalahkan.
Kini, setiap melihat gambar atau film keledai, aku menunduk hormat sebagaimana aku menghormati para nabi.
No comments:
Post a Comment