Sunday, 22 August 2010

Ketakutan Mantan Kepala Inteligen Pakistan


Saat ini Pakistan, negara Islam terbesar setelah Indonesia, tengah terseret dalam sebuah permainan “perang melawan terotisme” yang dibawa Amerika. Keadaan Pakistan demikain menyedihkan sehingga nyaris, negara yang secara militer termasuk kuat ini, tidak berdaya sama sekali dan tidak memiliki harga diri lagi. Hampir setiap hari Amerika membunuhi rakyat Pakistan di perbatasan Afghanistan dan tentara-tentara sewaan Amerika juga merajalela di jalanan kota-kota besar Pakistan.

Dengan sebagian besar penduduknya yang terkenal fanatik memeluk Islam, pemerintah Pakistan rela menghambakan dirinya kepada kepentingan Amerika dan menghadapi resiko pemberontakan rakyatnya sendiri.

Dalam situasi inilah Hamid Gul, mantan kepala dinas inteligen Pakistan (Inter Service Intelligent), mengadakan wawancara di program televisi independen Alex Jones Show, 16 Agustur lalu. Dalam wawancara selama satu jam penuh itu Gul mengungkapkan berbagai isu maupun analisisnya yang tajam mengenai konstelasi politik di kawasan Timur Tengah dan Asia Tengah. Dengan informasi yang dimilikinya serta kemampuan analisisnya yang tajam sebagai seorang kepala inteligen sebuah negara besar, apa yang disampaikan Gul akan menjadi kenyataan. Dan kenyataan itulah yang membuat Gul takut.

Gul yang memimpin dinas inteligen Pakistan antara tahun 1987-1989 pernah menjalin kerjasama kuat dengan dinas inteligen Amerika CIA dalam upaya mereka memerangi Uni Sovyet di Afghanistan. Gul memaparkan analisisnya mengenai apa yang telah, tengah maupun akan terjadi di kawasan Timur Tengah dan Asia Tengah, dimulai dengan analisisnya tentang kebocoran informasi inteligen Amerika di Afghanistan oleh Wikileaks beberapa waktu lalu.

Berbicara tentang kegagalan Amerika memenangkan perang di Afghanistan, Gul mengatakan hal itu disebabkan Amerika menerapkan langkah-langkah kebijakan yang keliru.

“Jendral-jendaral Anda (Amerika) tidak melaksanakan apa yang ditugaskan kepada mereka. Jadi mengapa Anda tidak menerima kekeliruan itu daripada hanya menyalahkan orang lain?” kata Gul.

Menurut Gul, penyebab terbesar kegagalan Amerika di Afghanistan adalah karena inteligen Amerika mengandalkan informasinya dari tentara-tentara sewaan yang justru berkepentingan untuk terus mengobarkan perang demi keuntungan mereka sendiri.

“Bagaimana Amerika begitu bodohnya dengan CIA-nya, FBI, Task Force 373, yang telah menimbulkan banyak kematian warga sipil. Mereka membunuhi rakyat sipil di kanan, kiri, tengah. Setiap saat mereka mendapatkan informasi inteligen, mereka segera mengebom orang-orang yang sedang merayakan pesta pernikahan, orang-orang yang sedang di pemakaman, bahkan mereka mengebom rumah sakit.”

“Jadi Anda bisa bayangkan bagaimana informasi-informasi inteligen yang diperoleh dari perusahaan-perusahaan keamanan swasta itu telah menimbulkan pelanggaran massa terhadap hak-hak azazi manusia, bertentangan dengan konstitusi Amerika sendiri yang telah mereka jaga beratus-ratus tahun.”

Menurut Gul, kebijakan internasional Amerika pada dasarnya dikendalikan oleh sekelompok kepentingan imperalis global yang memiliki beberapa agenda politik sekaligus, yaitu menguasai sumber-sumber energi di sekitar Laut Kaspia, mencegah Cina menjadi kekuatan superpower, serta munculnya kekuatan Islam yang dilandasi oleh prinsip-prinsip persamaan dan kebebasan.

“Jika prinsip-prinsip (Islam) ini bisa diterapkan, maka tidak ada lagi tempat bagi kekuatan imperialis untuk bersembunyi,” kata Gul.

Selain itu menurut Gul, agenda lainnya adalah menciptakan kekacauan di negara-negara Islam Timur Tengah demi keamanan negara Israel.

Namun demikian, semua agenda itu tidak akan membawa keuntungan apapun bagi Amerika dan para imperalis internasional. Sebaliknya hal itu bisa menjadi kehancuran Amerika karena Amerika telah menginjak-injak nilai-nilai kebanggan dan hargadiri bangsa-bangsa di kawasan Timur Tengah dan Asia Tengah yang lebih kuat bahkan dibandingkan nilai-nilai agama sekalipun.

“Itulah mangapa rakyat tidak akan memaafkan keadaan ini. Kekacauan ini akan menghancurkan reputasi Amerika.”

Jika Amerika terus-menerus mempertahankan kehadirannya di Afghanistan dan Pakistan, maka peperangan akan dikobarkan oleh rakyat Afghanistan, Pakistan atau Iran melawan Amerika. “Meski Amerika memiliki kekuatan militer hebat, ia tidak akan bisa memenangkan peperangan. Ini adalah pelajaran sejarah yang tidak bisa diabaikan,” tambah Gul.

“Ketakutan saya adalah, jika Pakistan terus dipojokkan dalam situasi yang sulit, Pakistan adalah negara Islam yang bisa mendeklarasikan jihad Islam internasional. Dan jika ini terjadi maka kaum muslim di seluruh dunia akan berdatangan untuk melakukan jihad.”

Mengenai ketegangan karena isyu senjata nuklir Iran, Gul menerangkan bahwa rakyat Pakistan tidak bisa dibohongi bahwa isu itu sengaja dibuat Israel agar Amerika menyerang dan menghancurkan Iran, negara yang kini dianggap menjadi ancaman Israel di kawasan Timur Tengah. Namun jika perang benar terjadi, itu akan menjadi peperangan yang tidak bisa dikontrol dampaknya.

“Amerika sepertinya tidak mungkin lagi menghindari perang, dan ini kemungkinan akan meledak menjadi Perang Dunia III. Ini harus dicegah dengan cara apapun.”

Gul ragu apakah Cina dan Rusia bisa dinetralisir dalam konflik ini. Namun yang pasti, demikian prediksi Gul, perang akan menghancurkan segalanya, dan para imperialis internasional justru yang paling banyak merugi. “Dimana lagi mereka akan menjual emas dan mendapatkan minyak?”

Untuk mencegah bencana glogal tersebut, maka masyarakat seluruh dunia agar tidak termakan oleh propaganda media massa barat yang mengobarkan peperangan.

“Tidak ada itu namanya ‘perang peradaban’, kecuali hanya propaganda untuk membentuk mind set masyarakat (sehingga ketika agenda mereka dijalankan tidak ada resistensi yang cukup berarti).”

“Sepanjang pengetahuan saya, Islam tidak seperti yang digambarkan di masyarakat barat sebagai musuh yang berbahaya. Islam melingkupi juga Kristen dan Yahudi. Jadi semestinya ada perdamaian di antara ummat beragama,”

Menurut Gul, yang harus dilakukan adalah menghilangkan “nasfu kegelapan” yang ada di dalam sistem sosial politik Amerika. Dan hal itu hanya bisa dilakukan sendiri oleh rakyat Amerika sendiri.

Sebelumnya Gul pernah mengadakan wawancara di Alex Jones Show mengenai tragedi WTC 11 September 2001. Ia memaparkan banyak data-data yang menunjukkan adanya konspirasi dalam tragedi tersebut, data-data mana disensor oleh CNN saat Gul mengadakan wawancara di televisi itu pada minggu yang sama. Menurut Gul tragedi WTC adalah false flag (aksi inteligen untuk menciptakan alasan tertentu) untuk melegitimasi serbuan Amerika di Afghanistan dan Pakistan dan mendominasi kawasan Asia Tengah yang kaya sumber energi.

Gul juga memaparkan bukti-bukti teror Mumbai tahun 2008 yang menunjukkan peristiwa itu dilakukan oleh unsur-unsur inteligen barat, Israel dan India, dengan tujuan untuk memojokkan Pakistan sehingga tidak bisa menolak semua agenda Amerika di kawasan itu.

Selain itu Gul juga menyebutkan bahwa kematian Benazir Bhutto juga dilakukan oleh agen-agen Amerika-Israel untuk menghentikan langkah politik Bhutto yang tidak lagi bisa dikontrol mereka.

No comments:

Post a Comment