Wednesday, 24 November 2010

Momen Kritis bagi Lebanon dan Dunia


Keterangan gambar: serangan bom yang menewaskan mantan PM Lebanon, Rafiq Hariri



“Tidakkah Anda lihat, STL (pengadilan internasional atas kasus pembunuhan mantan PM Lebanon Rafiq Hariri pada th 2005) adalah instrumen hukum paling sempurna untuk menghancurkan Hezbollah, mengganti regim berkuasa Syria, menciptakan konflik berdarah Sunni-Shiah di mana-mana, mendorong perang sipil di Lebanon, dan menghancurkan regim mullah Iran? Ini seperti Dick Cheney masih belum meninggalkan jabatannya.”

Demikian bunyi korespondensi e-mail seorang pejabat Departemen Luar Negeri Amerika yang menyebar di dunia internet baru-baru ini. Pada waktu yang hampir bersamaan, tgl 11 November 2010 lalu, pemimpin tertinggi Hizbollah, Syeikh Hassan Nasrallah, berpidato di hadapan para pendukung Hizbollah:

“Mereka akan mendakwa orang-orang Hizbollah sebagai pelaku pembunuhan seorang pemimpin Sunni (Rafiq Hariri). Kemudian mereka akan memaksa pemerintah Lebanon untuk menangkap para terdakwa sehingga terjadi bentrok senjata antara pemerintah dan Hizbollah. Inilah tujuan utamanya. Tidak penting bagi Amerika, Israel dan para sponsor STL atas apa yang akan terjadi di Lebanon. Lebanon sendiri tidak penting bagi mereka, sebagaimana tidak pentingnya almarhum Rafiq Hariri, orang-orang Suni, Shiah, Islam, Kristen, dan semua kelompok politik di Lebanon. Yang terpenting bagi mereka adalah Israel, dan kepentingan Israel adalah perlawanan terhadap mereka dipukul, dilemahkan, diisolasi, dikepung, dilemahkan, diasingkan dari masyarakat dan image-nya direndahkan, moralnya, kepercayaan dirinya dan keinginannya dihancurkan sehingga akhirnya menyerah kepada kehendak Israel."

Saya sering mengatakan di blog ini bahwa Lebanon adalah tempat yang paling menarik untuk diamati dinamika politiknya. Karena di sinilah ajang pertempuran antara Israel-Amerika dan antek-anteknya seperti Saudi Wahabiah-Mesir-Yordania melawan dunia Islam dan para pecinta perdamaian, berlangsung secara intensif. Dengan keyakinan kuat berani saya katakan bahwa konflik bersenjata internasional terbesar mendatang akan diawali di tempat ini. Dan kini konflik tersebut telah berada di depan pintu.

"Lihatlah tikaman-tikaman kecil yang telah kita berikan pada Hizbollah, Maura! Mereka pikir siapa mereka? Dan kita akan memberikan pukulan terakhir dengan dengan mengunakan 1757 (resolusi PBB tentang pelucutan senjata kelompok-kelompok milisi Lebanon, sebelumnya adalah resolusi nomor 1559), dan kali ini kita akan melakukannya habis-habisan. Saya telah meminta Israel untuk meninggalkan Lebanon karena mereka tidak bisa mengalahkan Hizbollah, di samping seluruh wilayah ini akan hancur lebur. Saya akan menangani ini dan ini akan menjadi hadiah natal bagi Lebanon," kata asisten Menlu Amerika, Jeffrey Feltman kepada Dubes Amerika untuk Lebanon yang juga bekas anak buahnya, Maura Connelly, saat mereka mengadakan kunjungan ke kediaman pemimpin kelompok Druze, Walid Jumblatt, 17 Oktober lalu.

Pada tgl 12 Desember 2008 situs berita Israel naharnet.com menulis laporan, "mantan Dubes Amerika untuk Lebanon Jeffrey Feltman menemui PM Fuad Siniora dengan membawa apa yang disebut para diplomat Amerika sebagai "hadiah natal" bagi Lebanon." Hadiah tersebut adalah janji Feltment kepada Siniora bahwa Israel akan menarik pasukannya dari Dusun Ghajar yang diduduki Israel dalam perang tahun 2006. Namun sampai Siniora turun dari jabatan, janji tersebut tidak pernah terpenuhi.

Dan kali ini Feltmen kembali mengumbar janjinya. Namun kali ini dengan keyakinan penuh. Israel pun memenuhi telah permintaan Feltment untuk menarik mundur pasukan dari Ghajar. Semuanya karena STL yang akan segera mengeluarkan keputusannya atas kasus pembunuha Hariri. Dan putusan itu adalah, meski STL sendiri belum mengeluarkan putusan namun sumber-sumber diplomatik dan politik bisa memastikan, menetapkan Hizbollah sebagai pelaku pembunuhan Hariri.

Selama hampir 5 tahun tuduhan serupa dialamatkan kepada Syria hingga Syria harus kehilangan pengaruhnya di Lebanon dan membiarkan Lebanon tanpa pelindung dari ancaman Israel. Namun tiba-tiba saja tuduhan itu berubah arah menuju Hizbollah.

Tuduhan tersebut sangat serius bagi Hizbollah karena memberikan legitimasi kuat kepada pemerintah Lebanon, dengan dukungan PBB, untuk melucuti senjata Hizbollah. Namun tentu saja hal ini akan membawa konsekwensi yang sangat berat bagi Lebanon. Hizbollah dan aliansi oposisi pendukungnya yang telah membuktikan diri sebagai kekuatan politik dan militer yang tangguh, tidak akan membiarkan dirinya dilucuti. Hal ini akan memicu perang saudara di Lebanon dan bakal merembes ke luar Lebanon karena hampir dipastikan Iran, Syria dan bahkan mungkin juga Turki, pun akan terlibat baik terpaksa maupun sukarela, dalam konflik tersebut.

Pada tgl 11 November lalu, wakil PM Israhell sekaligus menteri pembangunan regional Silvan Shalom dengan yakin memperkirakan, "tuduhan STL atas Hizbollah akan memaksa diimplementasikannya resolusi PBB nomor 1559 dan 1757 untuk menghancurkan kakuatan bersenjata Hizbollah dan kelompok perlawanan Lebanon atas Israel, sekaligus menghancurkan aliansi anti Israel yang tengah digalang oleh Syria, Lebanon, Iran dan Turki.



PROYEK PENGHANCURAN HIZBOLLAH

Proyek penghancuran Hizbollah ini konon telah melalui berbagai uji analisis, termasuk menggunakan komputer canggih. Chapter 7 Piagam PBB menjamin bahwa setiap keputusan STL akan dijamin sepenuhnya oleh PBB, bahkan seandainya harus mengerahkan pasukan bersenjata.

Israel, pelanggar lebih dari 60 resolusi PBB, pernah berkoar bahwa ahli-ahli hukum di seluruh dunia bisa dibayar untuk mendukung STL. Untuk itu Israel "menginstruksikan" Amerika dan sekutu-sekutunya untuk membiayai seluruh biaya operasional STL. Tidak lama setelah seruan Israel tersebut Amerika langsung menyatakan untuk menyumbangkan dana segar senilai $10 juta, ditambah Inggris sebesar $1,8 dan juga tambahan dana dari Perancis. STL dipimpin oleh seorang jaksa asal Kanada, Daniel Bellemare.

Berdasarkan pengakuan beberapa mantan pejabat STL (lebih dari 10 pejabat STL telah mengundurkan diri karena tidak tahan dengan tekanan Israel dan Amerika atas mereka), juga berdasar pernyataan beberapa pejabat Amerika, ada keseriusan yang besar atas apa yang telah dijanjikan Feltment tentang "hadiah natal" tahun ini.

Menurut pernyataan seorang pejabat deplu Amerika yang tidak bersedia disebut namanya, "jika STL menjatuhkan tuduhan pada salah seorang anggota Hizbollah saja, tidak peduli mereka hanya seorang pandu Hizbollah, sopir atau tukang sapu, berarti kita menang. PBB bisa melakukan apapun untuk menjatuhkan Hizbollah. Contohnya, bisakah dibayangkan jika sanksi ekonomi diterapkan terhadap Lebanon untuk memaksa pemerintah Libanon melucuti senjata Hizbollah? Orang Libanon hanya peduli dengan uang, dan dengan persaingan antar sekte yang tinggi, Lebanon akan segera terbakar oleh perang saudara jika harus menahan sangsi PBB. Dan soal Syria? Tidak ada masalah untuk mengganti regim di sana dengan regim yang lebih mengerti realitas regional dan internasional.”

Seorang pejabat Amerika lainnya berkata, "Apa yang akan kita gunakan nanti meliputi banyak cara, termasuk pemaksaan dengan kakuatan internasional untuk menjatuhkan Hizbollah. Fase berikutnya tidak akan banyak melibatkan Amerika dan Israel lagi. Kita hanya perlu menonton dari kejauhan saat PBB menggunakan kekuatannya. Inilah indahnya skenario ini. Itulah sebabnya Hizbollah merasa sangat cemas. Tentu saja mereka harus demikian."

Seorang pejabat lainnya dalam e-mailnya menambahkan, "“Tidakkah Anda lihat, STL adalah instrumen hukum paling sempurna untuk menghancurkan Hezbollah, mengganti regim berkuasa Syria, menciptakan konflik berdarah Sunni-Shiah di mana-mana, mendorong perang sipil di Lebanon, dan menghancurkan regim mullah Iran? Ini seperti Dick Cheney masih belum meninggalkan jabatannya.”

Menurut analisis mereka, segera setelah STL menjatuhkan tuduhannya pada Hizbollah, yang diperkirakan paling lama akhir tahun ini, lobbi yahudi internasional akan melancarkan kampanye media massa besar-besaran untuk mendeskreditkan Hizbollah dan pemimpin-pemimpinnya serta Syria dan Iran. Kampanye itu didukung pemerintah seluruh dunia yang berada di bawah pengaruh Amerika-Israel, termasuk pemerintahan negara-negara kecil di tengah Samudra Pasifik. Media massa Indonesia tentu saja termasuk dalam barisan ini.

Tujuan kampenya itu adalah menggalang liga dunia (mereka telah mensosialisasikan liga-liga semacam itu sejak lama. Ingat komik kuno tentang "Liga Jagoan Dunia" yang anggota-anggotanya tokoh-tokoh fiksi seperti Superman dan Batman? Dilanjutkan dengan pembentukan Liga Bangsa Bangsa sebagai cikal bakal PBB dan pemerintahan global di bawah pengaruh yahudi) melawan kekuatan jahat Shiah yang telah membunuh seorang pemimpin Sunni. Regim wahabi di negeri Saudi tentu menyambut gembira proyek semacam ini.



ANTISIPASI LEBANON

Regim pemerintahan Lebanon di bawah kepemimpinan Presiden Suleiman dan PM Saad Hariri menyadari penuh dampak yang bakal terjadi di Lebanon atas tuduhan STL terhadap Hizbollah. Mereka telah mengadakan pertemuan yang dihadiri semua kekuatan politik di Lebanon. Seusai pertemuan itu PM Sa'ad Hariri membuat pernyataan bahwa "para pemimpin Lebanon tidak akan membiarkan Lebanon hancur karena STL". Namun masih belum begitu jelas apa yang akan dilakukan Saad Hariri untuk itu.

Begitu juga Hizbollah dan blok oposisi anti-Israel atau lebih sering disebut sebagai blok perlawanan, telah mengadakan pertemuan untuk membahas masalan ini. Anggota parlemen dari blok ini, Nawaf Mousawi kepada media massa mengatakan, "Tidak ada yang mengejutkan bagi kami, dan kami siap menghadapi semua skenario. Hizbollah telah menyiapkan beberapa langkah antisipasi. Setiap langkah tergantung pada situasi yang berkembang. Jika segalanya positif, kami siap. Namun jika segalanya negatif dan segala upaya gagal untuk memecahkan kebuntuan, kami juga siap. Singkat kata, kami siap menghadapi semua kemungkinan."


Sumber: Franklin Lamb, "How Israel and the US Hope to Destroy Hezbollah", almanarnews.com, 20 November 2001.

No comments:

Post a Comment