Monday, 10 January 2011
Proyeksi Awal Tahun
Memuakkan. Itu adalah kata yang harus saya keluarkan saat mencoba menganalisis proyeksi perjalanan bangsa ini di tahun 2011. Memuakkan, persepsi itu saya dapatkan setelah melihat bagaimana di awal tahun 2011 ini kita telah dijejali dengan berita-berita (lagi-lagi) tentang Gayus, yang kali ini dengan masalah pemalsuan pasport dengan keleluasaan dia, sebagai seorang tahanan, berlibur ke luar negeri.
Saya muak karena lagi-lagi harus melihat bagaimana morat-moritnya sistem hukum Indonesia dan betapa rendahnya moral aparat penegak hukum negeri ini sehingga bangsa ini, salah satu bangsa terbesar di dunia baik dari jumlah penduduk, luas wilayah, sejarah dan budayanya, dengan presidennya yang seorang jendral bintang lima penyandang gelar doktor ilmu ekonomi, harus disandera oleh seorang Gayus dan tidak berdaya karenanya.
Apa yang kita harapkan dari bangsa seperti ini, yang tidak berdaya disandera Gayus? Menjadi kekuatan ekonomi politik dunia? Mencapai bangsa sejahtera dengan pendapatan per-kapita $10.000? Dan sebagainya dan sebagainya sebagaimana dikatakan presiden SBY? Omong kosong semua.
Sebaliknya saya justru melihat masa depan yang semakin gelap di negeri ini. Kita akan lebih sering melihat harga-harga kebutuhan pokok yang bergejolak seperti harga cabai baru-baru ini yang menembus harga Rp100.000 per-kilo, dan presiden SBY serta menteri perdagangan hanya bisa menghimbau rakyat untuk menanam cabai ---kalau begitu lebih baik mundur saja pak Presiden dan ibu Menteri Perdagangan karena telah gagal menjalankan tugasnya. Kita telah mengetahui bahwa harga pertamax akan dinaikkan Rp450 per-liter sementara premium semakin langka. Kita akan melihat harga gas akan naik, dan kita juga akan melihat TDL akan kembali dinaikkan yang tanda-tandanya telah dimulai dengan semakin seringnya listrik padam di beberapa daerah sebagai bentuk bergaining power perusahaan swasta PLN. Tarif kereta api pun kembali akan naik.
Dan itu belum semuanya dari dampak buruk setelah cara pandang bernegara kita "dibajak" oleh paham neoliberalisme yahudi. Segalanya harus dipandang dari sudut pandang bisnis hingga sektor-sektor strategis dan sektor-sektor sosial pun harus dikelola seperti perusahaan swasta.
Lebih jauh lagi, negara ini seolah-olah telah menjadi negara oligarki, yang dikuasai oleh sekelompok kecil elit. Lihatlah isu tentang calon presiden 2014 yang gencar diluncurkan oleh media massa dan lembaga-lembaga survei, yang merupakan bagian tak terpisahkan dari sistem oligarki tersebut. Dua nama muncul sebagai calon favorit, menurut versi lembaga survei dan media massa yang mempublikasikannya: istri presiden inkumben dan putri mantan presiden. Jika kedua presiden tersebut saja gagal membawa negeri ini ke arah kebaikan, bagaimana kita bisa berharap istri dan putrinya bisa?
Saat ini harga minyak dunia telah mendekati $100 per-barrel. Bersiap-siaplah kita kembali mengalami kenaikan BBM dengan alasan pemerintah untuk mengurangi beban subsidi. Bersiap-siaplah pula kita menyaksikan bencana demi bencana menghantam negeri ini karena para pemimpin yang tidak pernah mau mengerti "peringatan langit". Setelah enam tahun penuh bencana, mungkin bencana mendatang akan jauh lebih hebat lagi dampaknya.
No comments:
Post a Comment