Saturday, 22 January 2011
SANG TERPILIH (22)
Akhir-akhir ini Subagyo dilanda kegelisahan yang luar biasa. Tidak lain karena harga dirinya terasa telah diinjak-injak oleh sekelompok pemuka lintas agama yang telah menuduhnya dihadapan publik, telah melakukan kebohongan kepada rakyat. Dan seolah-olah mengejeknya, para tokoh agama itu menyebutkan sembilan kebohongan, angka sembilan yang semua orang di Indungsia tahu adalah angka "suci" Subagyo.
Bertahun-tahun sudah Subagyo gencar membangun citra dengan bantuan konsultan politik dan komunikasi Amerika yang dijalankan oleh agen-agen Mossad dan CIA di Indungsia. Dan semua itu hancur dalam sekejap karena tuduhan para tokoh agama tersebut.
Subagyo salah tingkah. Inginnya ia marah-marah dan menangkapi orang-orang itu, tapi itu semua hanya menambah parah reputasinya. Berdiam diri, ia lebih tidak tahan lagi. Baginya harga diri adalah segalanya, meski secara jujur ia mengaku tidak sanggup lagi mengelola negeri ini yang dirasakannya begitu kompleks. Membagi kepentingan antara diri dan keluarganya, pendukung-pendukungnya, rakyatnya, dan "organisasi" bukanlah pekerjaan yang bisa ditanggung oleh semua orang. Apalagi bagi dirinya yang tidak memiliki jiwa kepemimpinan yang tangguh, demikian setidaknya hasil tes psikologi yang pernah dijalaninya sewaktu menjadi taruna angkatan bersenjata.
Namun semua itu masih belum seberapa dibandingkan dengan apa yang dilakukan Jayusman, tersangka pengemplang pajak yang membocorkan ke publik semua kebusukan aparat pajak dan penegak hukum Indungsia yang semuanya mengarah pada kelemahan Subagyo memimpin Indungsia. Jayus adalah seorang pegawai rendahan direktorat pajak yang berhasil mengeruk penghasilan puluhan miliar rupiah. Dengan kewenangannya yang dimiliki, tentu saja Jayus hanya pemain "teri". Pimpinannya, direktur, direktur jendral, menkeu, dan Subagyo sendiri terlibat dalam mafia pajak yang omsetnya mencapai triliunan rupiah per tahunnya. Itulah sebabnya mengapa salah seorang pimpinan partai pendukung Subagyo sempat "keceplosan" dengan membuat pernyataan publik bahwa kasus Gayus bisa menimbulkan dampak sistemik di Indungsia jika dibongkar tuntas. Tentu saja, karena kalau terbongkar maka Subagyo sendiri akan terseret.
Jayus juga membongkar jaringan inteligen CIA yang melibatkan lingkaran dalam Subagyo melalui tim pemberantasan mafia hukum bentukan Subagyo. Keterlibatan CIA tentu saja ditujukan untuk mengamankan kepentingan perusahaan-perusahaan Amerika di Indungsia yang terlibat dalam permainan mafia pajak.
Bisa dikatakan Jayusman berdiri di tengah-tengah dua kekuatan politik besar Indungsia yang terlibat dalam mafia perpajakan. Kekuatan politik pertama adalah perusahaan-perusahaan pengemplang pajak yang dimiliki satu pimpinan politik politik oposisi, seorang pengusaha pribumi anggota "organisasi". Sedang kekuatan politik kedua adalah jajaran birokrat pajak dan kementrian keuangan, polisi, jaksa, dan tim pemberantasan mafia hukum yang semuanya adalah bawahan Subagyo. Meski secara umum "organisasi" merestui kampanye penggoyangan kekuasaan Subagyo setelah yang bersangkutan dianggap telah menunaikan tugasnya dan kini mulai dianggap sebagai sepah, dalam hal konflik mafia pajak antara Subagyo dengan sang pimpinan partai oposisi "organisasi" cenderung mendukung Subagyo. Tidak lain karena bagi "organisasi" seorang pengusaha pribumi hanya alat untuk meraup keuntungan. Saat mereka dianggap sudah terlalu besar, mereka harus disingkirkan agar tidak menjadi saingan.
Dan Jayus hanya satu dari puluhan jaringan mafia pajak yang ada di Indungsia. Ada puluhan Jayus-Jayus lain dan jaringannya yang masih beroperasi secara diam-diam dengan omset tak kalah besar.
Rasanya baru saja Subagyo merasa sebagai manusia paling beruntung di dunia. Ia berhasil memenangkan pemilihan presiden dengan suara mutlak, satu putaran. Meski ia tahu hal itu tidaklah murni karena kemenangannya didukung oleh konspirasi CIA-Mossad yang telah mengkooptasi komisi pemilihan umum dan menyediakan perangkat komputer penghitung suara pemilu yang telah diprogram untuk memenangkan Subagyo. Namun dalam beberapa hari ini Subagyo merasa sebagai pecundang besar.
Dan di tengah-tengah kegagalannya mensejahterakan rakyat yang membuatnya menjadi presiden yang paling banyak dicaci rakyat Indungsia akhir-akhir ini, Subagyo justru sukses melayani kepentingan "organisasi". Dalam satu tahun saja, di tahun 2010, ia "sukses" menambah hutang Indungsia sebesar 85,49 triliun rupiah. Di sisi lain program pemborosan APBN yang ujung-ujungnya membuat hutang bertambah, juga sukses dijalankannya. Meski banyak mendapat kritik masyarakat karena besarnya anggaran "jalan-jalan" pejabat ke luar negeri, SBY berhasil menambah anggaran "plesiran" tersebut dari RAPBN yang direncanakan tahun 2011 sebesar 20,9 triliun menjadi 24,5 triliun rupiah. Modusnya penuh tipu daya, yaitu dengan menyembunyikan pos biaya itu dari pos biasanya sebagai nomenklatur belanja barang.
Hutang luar negeri telah membuat bangsa Indungsia tersandera karena tidak lagi bisa mengalokasikan anggaran yang memadai untuk melakukan pembangunan. Dalam APBN 2011 saja anggaran untuk mencicil bunga dan pokok hutang luar negeri mencapai 247 triliun rupiah, jauh lebih besar dari anggaran pembangunan.
Jumlah anggaran "plesiran" tersebut jauh lebih besar dibanding misalnya dengan anggaran Jamkesmas yang hanya 5,6 triliun rupiah. Tragisnya pemerintah justru memangkas anggaran belanja fungsi kesehatan dari 19,8 triliun rupiah pada tahun 2010 menjadi hanya 13,6 triliun rupiah di tahun 2011. Kemudian anggaran untuk penanggulangan gizi buruk balita juga hanya 209,5 miliar rupiah. Padahal di Indungsia terdapat tidak kurang 4,1 juta balita penderita gizi buruk. Dengan anggaran sebesar itu setiap balita penderita gizi buruk hanya mendapat bantuan 4.000 rupiah per-bulan.
Cilakanya, dengan mengatasnamakan bangsa ini - yang mayoritas mengaku muslim - penguasa berbangga diri telah sukses menambah jumlah hutang. Pada hal, Imam Ali as bilang bahwa penghutang berpotensi jadi pendusta!
ReplyDeleteLuarr Biasa... Keep semangat berbagi info kebenarannya !!!
ReplyDeleteBukakanlah Kebenaran supaya Masyarakat pada MELEK KEBENARAN !!!
Mbah Kuncen - Andri Wiyasa