Thursday, 10 March 2011
Charlie Sheen yang Malang
Menjadi aktor terkenal dan bintang film seri paling laris di Amerika, Charlie Sheen harus terjungkal dari kariernya yang cemerlang hanya gara-gara sebuah isu sepele, "anti-semit".
Bulan lalu, dalam sebuah wawancara acara "Alex Jones Show", Charlie menyebutkan produser film seri komedi "Two and a Half Men" dimana ia menjadi pemeran utamanya, Chuck Lorre, mendapatkan keuntungan besar dari acara tersebut hingga $500 juta. Apa yang dikatakannya itu sebenarnya adalah hal yang biasa saja. Jika Chuck Lorre keberatan, ia cukup membuat bantahan, atau cukup mengajukan tuntutan perdata kepada Charlie. Namun yang dilakukan Charlie dianggap lebih serius dari hal itu. Ia membuka kedok siapa Chuck Lorre sebenarnya, seorang yahudi bernama asli Chaim Levine.
Dan karena di negara yang dikuasai zionis (ZON = zionist occupied nation) seperti Amerika mengasosiasikan yahudi dengan kejahatan dan keburukan (meraup keuntungan ratusan juta dollar dianggap mengasosisikan yahudi dengan kerakusan) dianggap sebagai kejahatan besar, maka Charlie Sheen pun harus menuai reaksi keras dari komunitas yahudi Amerika. Dan karenanya ia harus kehilangan pekerjaannya sebagai bintang dalam film "Two and a Half Men" di stasiun televisi CBS.
Charlie Sheen tentu tidak menyangka apa yang dilakukannya dianggap sebagai "anti-semit". "Katakan pada saya, jika ada orang memanggil saya Carlos Estevez (nama asli Sheen) lantas orang itu dituduh anti-latin?," katanya membuat analogi dalam sebuah wawancara pembelaan diri.
Namun tetap saja Anti Defamation League (ADL), organisasi yahudi paling radikal dan paling berpengaruh dalam kehidupan sosial politik Amerika, tidak menggubris pembelaan Charlie Sheen. "Kami tidak tahu apa yang dimaksudkannya itu," kata Abe Foxman, ketua ADL.
Sebagai seorang laki-laki bermasalah --- ia sering terlibat kekerasan rumah tangga dan ketergantungan obat bius, Sheen menjadi figur yang klop dengan skenario "Two and a Half Men", program yang diplot sebagai kampanye "penghancuran budaya dan nilai-nilai tradisional" yang diusung media massa dan film Amerika.
Namun tentu saja Sheen hanya boneka. Manusia yang lebih bermasalah adalah Chaim Levine yang menulis chript dan memproduseri "Two and a Half Men". Lihat saja pengakuannya sbb:
“I’m writing this vanity card in Israel. I like it here. Not for the geography, or architecture, or even the history. No, I like it because for the first time in my life I’m surrounded with DNA much like my own. Until I got here, until I wandered around Tel Aviv and Jerusalem, I didn’t realize how much my double helix yearned to be around similar strands. Now that’s not to say that I don’t occasionally have that very same genetic experience in Beverly Hills, particularly in Chinese restaurants on Sunday night. But the sheer homogeneity of Israel overwhelms any over-priced kung pao gathering at Mr. Chow’s. The cop, the cab driver, the hotel concierge, the pilot, the waiter, the shoe salesman, the beautiful girl looking right through me as if I didn’t exist — all Jewish! If I had to sum it up, I’d say the sensation is like being at a B’nai B’rith summer camp that is surrounded by millions of crazy bastards who hate the sound of kids playing tetherball, and all the poor little camp has going for it is pluckiness and nukes. Anyway, I have to believe my visceral and very pleasant reaction is some sort of evolutionary, tribal thing. Some sort of survival gene that makes human beings want to stay with their birth group. Which raises the question, why have I spent a lifetime moving away from that group? How did Chaim become Chuck? How did Levine become Lorre? The only answer I come up with is this: When I was a little boy in Hebrew school the rabbis regularly told us that we were the chosen people. That we were God’s favorites. Which is all well and good except that I went home, observed my family and, despite my tender age, thought to myself, “bullshit!.””
Dalam segala hal, Sheen telah membuat kesalahan yang tidak perlu, karena tidaklah mungkin bahwa ia tidak menyadari bahwa di industri film dan hiburan Amerika ada satu hal yang tidak boleh dilewati, yaitu "anti-semitisme". Ia lupa dengan apa yang dialami Marlon Brando, Mel Gibson dan Rick Sanchez. Mungkin ia terlalu "besar hati" dengan statusnya sebagai bintang yang sedang naik daun selain nama besar keluarganya sebagai keluarga aktor terkenal Hollywood. Namun tentu saja semua itu tidak ada artinya jika di mata yahudi.
Penulis terkenal Joseph Sobran pernah menulis bahwa kekuatan yahudi sangatlah unik. "Terlalu sensitif atas kritik yang paling wajar sekalipun," dan "agar selamat dalam kehidupan sosial dibutuhkan pengetahuan atas masalah itu (kekuasaan yahudi), namun janganlah pernah menyebut-nyebutnya. Etika hipokrit telah memaksa kita untuk berpura-pura menganggap yahudi sebagai korban yang lemah, dan jika kamu tidak menghormati "penderitaan mereka", mereka akan menghancurkanmu."
Ref:
"Charlie, Say It Ain’t So"; Edmund Connelly; Occidental Observer; 26 Februari 2011; truthseeker.co.uk; 27 Februari 2011.
No comments:
Post a Comment