Thursday, 21 April 2011

POLLARD DAN YAHUDI YG OVER PD


Inilah yang menjadi kelemahan orang-orang yahudi: setelah terlalu lama berkuasa menjadi terlalu PD dan menganggap remeh orang lain. Kelehaman inilah yang menjadikan kehancuran mereka sepanjang sejarah.

Saya ingin memberikan satu gambaran tentang bagaimana hal itu terjadi. Pada masa Nabi Yusuf (Joseph) di abad 18 SM, bangsa yahudi meninggalkan tanah Canaan yang dilanda bencana kemarau panjang menuju Mesir demi mencari kehidupan. Orang-orang Mesir pun menerima mereka dengan baik, menghargai mereka karena kepandaiannya dalam bercocok tanam, pengobatan, membuat kerajinan dan berdagang. Apalagi karena sebelumnya pun orang Mesir telah menghormati sosok Nabi Yusuf, orang yahudi yang oleh raja Mesir diangkat sebagai gubernur.

Namun sepeninggal Nabi Yusuf orang-orang yahudi menunjukkan watak aslinya yang tamak, tinggi hati, dan chauvanis. Dengan status sosialnya yang telah meningkat mereka menganggap remeh bangsa Mesir. Tidak hanya itu, ketamakan dan kelicikan mereka juga membuat mereka "sukses" merebut kekuasaana dan menguasai sebagian besar sumber-sumber ekonomi rakyat Mesir. Dalam kondisi seperti ini mereka lupa dengan jati dirinya, terus menindas rakyat Mesir. Maka akhirnya rakyat Mesir pun marah dan memberontak. Dan setelah berhasil merebut kekuasaannya kembali, sebagai bentuk balas dendam rakyat Mesir menjadikan orang-orang yahudi sebagai budak.

Hal seperti itu pun terus berulang di Babilonia, Persia, Romawi, Eropa, dan kini di Amerika. Datang sebagai budak dan orang-orang lemah, mereka kemudian merebut kekuasaan dan menindas orang-orang yang telah menolongnya. Kasus Jonathan Pollard juga menunjukkan betapa tinggi hatinya orang-orang yahudi kepada bangsa yang telah menolongnya.

Amerika adalah bangsa yang telah berjasa besar menolong orang-orang yahudi dari penindasan rakyat Eropa dalam Perang Dunia 2 sekaligus mewujudkan berdirinya negara Israel. Amerika pulalah yang telah menyelamatkan Israel dari kekalahan perang melawan negara-negara Arab, khususnya dalam Perang Yom Kimpur tahun 1973. Tidak hanya itu, setiap tahunnya Amerika mengucurkan dana miliaran dolar untuk membantu Israel. Namun, Tuhan dan orang-orang yang diberi-Nya informasi, mengetahui betapa orang-orang yahudi terus-menerus menjadikan Amerika sebagai sapi perahan.

Krisis moneter tahun 2007-2008 dimana triliunan dolar dana masyarakat Amerika hilang dihisap para penjahat keuangan yahudi, sebagian dari padanya mengalir ke Israel dalam bentuk pembangunan fisik besar-besaran dan timbunan harta para pejabat Israel. Dan itu hanya sebagian kecil dari bentuk kejahatan Israel dan yahudi kepada Amerika. Jonathan Pollard adalah bentuk kejahatan lainnya.

Pollard adalah seorang yahudi mata-mata Israel yang bekerja di angkatan perang Amerika. Dengan posisinya, ia berhasil mengumpulkan informasi rahasia yang sangat berharga tentang jaringan inteligen Amerika di Timur Tengah. Ia pun menyerahkan informasi tersebut kepada dinas rahasia Israel, Mossad. Dan para pejabat Mossad, yang seperti umumnya orang yahudi orientasi bisnisnya mengalahkan idealisme, alih-alih menggunakan informasi penting itu untuk kepentingan bangsa sendiri justru menjualnya kepada musuh Amerika, Uni Sovyet. Akibatnya adalah Uni Sovyet berhasil menghancurkan jaringan inteligen Amerika di Timur Tengah. Sebagian intel Amerika ditangkap dan dieksekusi, sebagian lainnya terpaksa meninggalkan posnya.

Singkat kata Pollard pun tertangkap dan dipenjara, meski untuk kejahatannya itu ia sangat-sangat pantas dihukum mati sebagai hukuman atas kematian ratusan intel Amerika dan hancurnya jaringan inteligen Amerika yang telah dibangun bertahun-tahun dengan biaya yang tidak sedikit.

Namun tanpa sedikit pun rasa bersalah, orang-orang yahudi memperlakukan Pollard sebagai pahlawan. Namanya diabadikan sebagai nama berbagai fasilitas umum di Israel. Orang-orang yahudi pun, baik orang awam, tokoh agama dan para pemimpin negara Israel serta para politisi Amerika, terus-menerus mendesak pembebasan Pollard

Publik figur yang terakhir mengumumkan tuntutan pembebasan Pollard adalah Chief Ashkenazi Rabbi Yona Metzger. Pada hari Sabtu (16/4) lalu ia membuat pernyataan, "Jika Obama ingin melanjutkan kepemimpinannya pada periode berikutnya, ia harus segera membebaskan Pollard."

Berbicara di sinagog Yeshurun di Jerussalem, Metzger menekankan bahwa dirinya bukan tengah melakukan ramalan, melainkan berdasarkan logika yang matang. "Banyak orang yahudi yang mendukung Obama kecewa dengan sikapnya yang tidak konsisten dengan beberapa sikap pejabat Amerika sebelumnya yang menganggap penahanan Pollard tidak beralasan," katanya.

Metzger menambahkan bahwa "sebelum Obama melakukan tuntutan politik pada Israel, ia harus membuktikan terlebih dahulu pernyataan-pernyataannya tentang hubungan dan tanggungjawab bersama Israel dan Amerika, yaitu dengan melepaskan Pollard".

Pada bulan Desember tahun lalu istri Pollard, Esther, mengadakan pertemuan dengan dua orang tokoh agama yahudi demi dimulainya kampanye global yahudi untuk membebaskan Pollard. Sephardi Chief Rabbi Shlomo Amar, usai pertemuan itu mengatakan akan menyurati Obama untuk membebaskan Pollard dengan alasan keberadaanya di penjara membuat nyawanya terancam. Sementara Metzger, yang tampak mencucurkan air mata (buaya) saat bertemu Esther, menyerukan kepada seluruh orang yahudi di seluruh dunia untuk mendoakan keselamatan Yonatan ben Malka, nama asli Jonathan Pollard. Ia juga menyerukan dilakukannya kampanye "banjir surat dan panggilan telepon" kepada Obama yang meminta pembebasan Pollard.

Seruan itu telah diikuti salah satunya oleh anggota Kongress Amerika, Michael Grimm, yang pada hari Minggu (17/4) atau sehari setelah pernyataan Metzger, mengirim surat kepada Obama menuntut pembebasan Pollard sebelum Hari Paskah.

"Adalah sangat jelas bahwa hukuman tersebut sangat tidak proporsional, dan menimbulkan pengadilan sesat," tulis Grimm dalam suratnya pada Obama.


Ref:
"Metzger to Obama: Release Pollard Or Lose Re-election", truthseeker.co.uk; 19 April 2011.

No comments:

Post a Comment