Tuesday, 17 May 2011

"Keadilan" untuk John Demjanjuk


"John Demjanjuk Bersalah atas Pembunuhan di Kamp Maut Nazi" menjadi headline di BBC beberapa hari lalu. Judul serupa menjadi berita utama media-media massa di berbagai penjuru dunia, termasuk Indonesia tentunya.

“Pengadilan Jerman menemukan bukti bahwa John Demjanjuk bersalah karena turut berperan dalam pembantaian 28.000 yahudi di sebuah kamp tawanan maut Nazi,” demikian bunyi "leading" berita BBC.

Namun pada berita selanjutnya terdapat sebuah kejanggalan: "Tidak ada bukti nyata yang menunjukkan bahwa ia melakukan kejahatan tertentu." Tulis BBC.

Hal itu memang benar. Tidak ada bukti. Tidak ada saksi yang menyebutkan telah melihat Demjanjuk menyakiti orang. Satu-satunya bukti yang mendakwa Demjanjuk berada di kamp tawanan Sobibor datang dari dinas rahasia Uni Sovyet yang telah dibubarkan, KGB.

Bukti pertama KGB adalah apa yang disebut "pengkuan" seseorang bernama Ignat Danilchenko, yang mengaku kenal dengan Demjanjuk di Sobibor. Bukti kedua adalah ID buatan Uni Sovyet dari kamp Trawniki.

Ada banyak masalah dengan kedua "bukti" tersebut. Pertama Danilchenko telah meninggal 25 tahun lalu. Tidak ada aparat keamanan barat yang pernah mewawancarainya dan Uni Sovyet (kini Rusia) menolak menyerahkan file-file tentang Danilchenko. Keberadaannya masih menjadi misteri hingga saat ini.

Bagaimana mungkin seorang tentara Uni Sovyet seperti Demjanjuk yang menjadi pengkhianat dengan memihak Jerman bisa selamat dari regim Joseph Stalin setelah operasi rahasia "Operasi Keelhaul" yang telah menewaskan sebagian besar tawanan perang Uni Sovyet atau mengirimkan mereka ke kamp kerja paksa? "Operasi Keelhaul" adalah konspirasi rahasia antara komandan sekutu keturunan yahudi Swedia, Jendral Eisenhower dan pemimpin Sovyet Joseph Stalin, untuk menyerahkan tawanan sekutu ke tangan Uni Sovyet untuk menjalani pembantaian sistematis. Stalin, sebagaimana mayoritas pemimpin tertinggi Sovyet, adalah yahudi. Demikian juga komandan kepercayaan Stalin di Ukraina saat terjadi Holodomor, Kaganovich.

Mengenai ID card dari Trawniki, baru sebulan lalu diketahui adanya sebuah dokumen tahun 1985 yang tersimpan di Arsip Nasional di College Park, Md berupa penelitian FBI cabang Cleveland yang menyimpulkan ID card tersebut adalah palsu buatan KGB.

Dokumen tersebut, tidak pernah diumumkan ke publik, dibuat tidak lama setelah Demjanjuk baru saja dideportasi ke Israel untuk menjalani sidang sebagai “Ivan the Terrible,” pembunuh dari Treblinka. Pengadilan yang terbukti kemudian sebagai pengadilan sesat.

Lahir di Ukraina tahun 1920, Demjanjuk menjadi salah satu saksi hidup peristiwa Holodomor, bencana kelaparan di Ukraina antara tahun 1932-1933 yang menewaskan antara 5 dan 9 juta orang. Peristiwa “forgotten Holocaust” itu adalah sebuah praktik pembersihan etnis oleh kaum komunis yahudi terhadap rakyat Ukraina yang mayoritas adalah penganut Katholik yang taat.


Ref:
"The Persecution of John Demjanjuk"; Patrick Buchanan; Buchanan.org; 13 Mei 2011


Catatan blogger:
Beberapa dekade lalu Demjanjuk dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan di Israel karena tuduhan telah melakukan pembunuhan massal atas orang-orang yahudi pada masa Perang Dunia 2. Ia disangka sebagai Ivan "The Terrible", pembunuh keji yang "konon" telah membantai ribuan orang yahudi. Namun pengacara Demjanjuk asal Amerika, beberapa saat terakhir menjelang eksekusi berhasil membuktikan bahwa ia bukanlah Ivan, sehingga kemudian dilepaskan kembali.

Namun orang-orang zionis, di Israel maupun Amerika, tidak ingin aib terus menempel di muka mereka karena terbukti melakukan pengadilan sesat. Mereka menyimpan dendam kesumat kepada Demjanjuk. Maka dengan pengaruh kekuasaannya mereka kembali menjerat Demjanjuk dengan tuduhan penjahat kemanusiaan. Dalam usia 90 tahun dan sakit-sakitan, ia diseret dari rumahnya di Amerika dan diterbangkan ke Jerman untuk dijatuhi hukuman 5 tahun meski tidak ada bukti.

Selain dendam, pengadilan atas Demjanjuk menjadi alat efektif lain untuk menyegarkan kembali histeria massal tentang peristiwa "holocoust" yang mulai kehilangan kredibilitasnya.

No comments:

Post a Comment