Friday, 7 October 2011
SANG TERPILIH (RELOADED)
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Republik Indungsia harus memainkan beberapa peran antagonis dalam percaturan politik Indungsia. Namun itu semua hanyalah bagian kecil dari konspirasi besar melemahkan Indungsia sebagai bangsa yang memiliki potensi kuat untuk menjadi bangsa yang kuat dan maju. Dengan kondisi sosial, politik, hukum dan ekonomi yang carut marut, akan membuat rakyat kehilangan kepercayaan pada institusi negara. Dan pada akhirnya rakyat akan putus asa dengan kehidupan yang baik sehingga rela menerima sebuah regim baru, yang tidak lain adalah regim kapitalis yahudi global yang dipenuhi dengan slogan-slogan indah namun sebenarnya menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan.
Peran antagonis pertama KPK adalah mengambangkan kasus korupsi Bank Centurion meski bukti-bukti sudah begitu gamblang terbuka di hadapan publik. Setelah setahun setengah lebih KPK menerima rekomendasi parlemen untuk menyidik dugaan kuat terjadinya korupsi kasus Bank Centurion, KPK terus saja berdalih kekurangan bukti untuk membawa terduga utama kasus ini, Wapres Budiloyo dan mantan menkeu Sri Mulyati yang kini menjadi pejabat tinggi IMF. Tentu saja, karena Budiloyo dan Sri Mulyati adalah kader tingkat tinggi "organisasi" di Indungsia.
Sebenarnya dalam kasus Bank Centurion ini terdapat satu hal misterius besar yang luput dari perhatian publik karena memang pers turut berperan memendam hal ini. Siti Fathimah, seorang deputi gubernur Bank Sentral yang menolak keras kebijakan talangan kepada Bank Centurion, secara misterius mengalami koma hingga kini. Ia memang sengaja disingkirkan agar tidak menghalangi "perampokan" dana masyarakat dan negara oleh Budiloyo dkk.
Peran antagonis kedua KPK adalah pengambangan kasus suap pemilihan deputi senior Bank Sentral. Aneh bin ajaib, dalam kasus ini KPK memenjarakan para penerima suap, namun terduga kuat penyuapnya, deputi senior Bank Sentral, Miranda Bir Tenan, tidak tersentuh hukum sama sekali. Lagi-lagi karena sang deputi senior adalah kader tinggi "organisasi".
Perang antagonis lainnya adalah pembangkangan KPK terhadap lembaga yang telah melahirkannya sekaligus lembaga perwakilan rakyat, lembaga konstitusional, yaitu parlemen. Inilah kurang ajarnya KPK, lembaga inkonstitusional sementara ini berani menolak panggilan konsultasi lembaga perwakilan rakyat.
KPK kini lebih sibuk menghambur-hamburkan uang rayat demi "menjual citra" daripada meningkatkan kinerja yang dinilai semakin tida memuaskan publik. Dan kini, KPK kembali memainkan peran antagonis: beberapa pajabat terasnya terlibat dalam pelanggaran etika. Namun lagi-lagi KPK membuat publik kecewa dan putus asa. Komite Etik yang dibentuknya membebaskan orang-orang tidak berintegritas itu dari sangkaan pelanggaran.
Setelah tersingkirnya ketua KPK terdahulu karena dijebak dalam kasus pembunuhan konspiratif oleh Subagyo dan mantan kapolri Karso Dhemit, kini KPK dipenuhi orang-orang oportunis dan munafik. Ketua Komite Etik bentukan KPK misalnya, Abdullah Hahehihua, adalah anggota sekte wahabi-salafiyun yang munafik. Suatu saat ia bersumpah tidak akan pernah mencalonkan diri menjadi ketua KPK karena, katanya, Islam melarang seseorang mencalonkan diri menjadi pejabat publik, kecuali dipilih. Kini ia adalah calon Ketua KPK paling ambisius yang sebelumnya menjalani proses pendaftaran oleh yang bersangkutan sendiri.
Dan Hahehihua tidaklah sekontroversi Chandra Kamsyah, wakil ketua KPK yang suka dugem dan bertemu orang-orang bermasalah di bar dan kafe. Kamsyah adalah menantu dari Nurcholik Mandjid, tokoh Islam liberal Indungsia. Mandjid telah meninggal beberapa tahun yang lalu setelah gagal menjadi calon presiden dari sebuah parpol besar yang dkenal publik sarat dengan koruptor. Ia menderita gagal ginjal setelah menjalani operasi cangkok ginjal di Cina. Konon ginjal cangkokannya berasal dari mayat pejabat komunis Cina yang dihukum mati karena korupsi. Akibat gagal ginjal itu menimbulkan dampak mengerikan, seluruh tubuhnya menghitam sebelum akhirnya meninggal. Orang-orang yang tidak suka padanya dengan gampang menuduhnya mengalami kutukan karena telah kafir dengan ajaran Islam liberalnya.
Namun semua itu tidak seheboh fakta ini jika saja masyarakat mengetahui: semua peralatan komunikasi dan inteligen KPK adalah buatan Israel, yang memungkinkan Mossad leluasa menyadap segala informasi yang diperoleh KPK. Meski dalam kasus ini KPK bukan satu-satunya lembaga yang menjadi "kuda troya" Israel, seperti Pusat Analisis Transaksi Keuangan dan komisi pemilu misalnya.
Sementara itu, di tengah kekacauan sosial, ekonomi dan politik yang melanda Indungsia akhir-akhir ini ada seorang menteri yang dengan gigih namun diam-diam terus melakukan korupsi. Sebagai menteri perdagangan ia mengobral ijin impor berbagai komoditas kontroversial demi mendapatkan fee yang sebanyak-banyaknya. Ia mengijinkan impor pesawat terbang dari Cina yang terbukti tidak layak terbang, Ia mengijinkan impor garam dapur yang membuat para petani garam lokal menangis karena garam buatannya tidak laku. Ia juga mengijinkan impor buah-buahan dan sayur-mayur dari Cina, negeri asal engkongnya, sehingga lagi-lagi para petani lokal mengangis.
Dan akhir-akhir ini Subagyo menghabiskan malam-malamnya dengan bertapa di salah satu ruangan di Istana Negara, memohon kepada Sang Hyang Widi agar memberkati istrinya menjadi calon penggantinya kelak.
No comments:
Post a Comment