Sunday, 25 March 2012
KEBOHONGAN TTG PEMBANTAIAN AFGHANISTAN
Apa yang bisa Anda simpulkan dari ketiga "fakta" berikut tentang peristiwa pembantaian massal di Kandahar, Afghanistan, hari Minggu 11 Maret 2012 lalu?
1. Pernyataan resmi Amerika bahwa pembantaian 9 anak-anak dan 7 orang dewasa itu dilakukan oleh Sersan Robert Bales seorang diri.
2. Keterangan saksi-saksi bahwa pembantaian tersebut dilakukan oleh serombongan pasukan Amerika.
3. Keterangan Robert Bales kepada pengacaranya bahwa ia mengalami "amnesia" atau lupa ingatan tentang malam terjadinya pembantaian.
Berdasarkan pengalaman masa lalu dimana pemerintahan Amerika dipenuhi dengan kebohongan, saya percaya bahwa pembantaian tersebut dilakukan oleh satu regu pembunuh "SOCOM", sementara para malam pembantian tersebut Robert Bales mendapatkan perawatan medis "cuci otak", mungkin dengan dipaksa mengkonsumsi ramuan campuran "Purple Haze" dan "Prozac" ditambah berbagai intimidasi dan penyiksaan hingga membuatnya mengalami amnesia.
Secara logika saja sangat sulit menerima keterangan pemerintah Amerika tentang Bales sebagai pelaku tunggal. Ia dituduh keluar dari pangkalannya tanpa ijin dengan mengendarai HUMVREE, dan melakukan serangkaian pembunuhan berantai dengan senapan yang dibawanya di beberapa lokasi. Ia bahkan sempat menyiramkan bensin ke sebagian mayat korbannya dan membakarnya.
Saksi-saksi yang melihat kejadian menyebutkan pembantaian dilakukan oleh satu regu pasukan yang mabuk. Namun media massa tidak menyinggung sama sekali keterangan ini melainkan mengutip seluruh keterangan pemerintah Amerika.
SATU REGU PASUKAN
Sebuah tim pencari fakta yang dibentuk oleh parlemen Afghanistan menyebutkan bahwa satu regu pasukan Amerika yang terdiri dari 15 hingga 20 orang, terlibat dalam aksi pembantian massal tersebut.
Tim tersebut terdiri dari anggota parlemen Hamidzai Lali, Abdul Rahim Ayubi, Shakiba Hashimi, Syed Mohammad Akhund dan Bismillah Afghanmal, yang semuanya berasal dari provinsi Kandahar ditambah 2 anggota parlemen dari provinsi Badakhshan serta masing-masing 1 orang dari provinsi Khost dan provinsi Farah. Tim berada di sekitar lokasi kejadian selama 2 hari, melakukan wawancara langsung dengan keluarga korban, ketua-ketua suku serta para korban selamat dan kemudian mengumpulkan bukti-bukti peristiwa di distrik Panjwai.
Anggota tim Hamidzai Lali kepada "Pajhwok Afghan News" mengatakan bahwa tim menemukan keterlibatan sekitar 15 hingga 20 tentara Amerika dalam pembantaian keji tersebut.
"Kami meneliti dengan teliti lokasi kejadian, berbicara dengan keluarga korban, orang-orang yang selamat, serta para ketua suku," katanya.
Ia menambahkan bahwa aksi pembantaian berlangsung selama 1 jam dan dilakukan secara terpisah oleh 2 kelompok pasukan di tengah malam.
"Desa-desa yang diserang berada sekitar 1,5 km dari pangkalan militer Amerika. Kami yakin seorang prajurit tidak akan bisa melakukan pembantian di 2 desa dalam waktu 1 jam. Ke 16 korban yang kebanyakan adalah wanita dan anak-anak itu dibunuh oleh 2 kelompok pasukan," kata Lali.
Lali meminta pemerintah Afghanistan, PBB dan masyarakat internasional untuk memastikan para pelaku diadili di Afghanistan sembari menyatakan kemarahannya bahwa pelaku utama pembantaian telah diterbangkan keluar Afghanistan. Ia mengingatkan bahwa rakyat yang marah atas pembantaian tersebut akan melancarkan gerakan melawan pemerintah yang dianggap gagal melindungi rakyat dan bersekongkol dengan penjajah asing.
“Jika masyarakat internasional tidak melakukan tindakan apapun untuk menghukum pelaku, maka Wolesi Jirga (dewan perwakilan rakyat tidak resmi yang terdiri dari para ketua suku dan pemuka masyarakat) akan menyatakan pasukan asing sebagai penjajah sebagaimana Uni Sovyet," kata Lali.
Presiden Hamid Karzai sendiri yang tersudut oleh peristiwa pembantaian ini telah mendesak pemerintah Amerika untuk "serius" menangani kasus ini serta meminta percepatan penarikan pasukan asing dari Afghanistan.
ALASAN TERJADINYA PEMBANTAIAN
Bagi pengamat politik yang jeli peristiwa pembantaian tgl 11 Maret lalu bisa jadi dirancang pemerintah Amerika untuk tujuan memberi "alasan" penarikan pasukan mereka dari Afghanistan tanpa mempermalukan Amerika. Dengan alasan "memenuhi kehendak rakyat Afgahnistan", mereka bisa menutupi hal yang sebaliknya, "kekalahan memalukan dan menyakitkan".
Atau bisa saja pembantaian tersebut dilakukan untuk menciptakan ketegangan baru di Afghanistan sehingga memberi alasan Amerika untuk mempertahankan pasukannya yang mungkin akan bisa digunakan untuk menyerang Iran kelak.
REF:
"Is ZOG Lying About Bale’s Afghan Spree Killing?"; incogman.net; 19 Maret 2012
"Up to 20 US troops executed Panjwai massacre"; Bashir Ahmad Naadimon; pajhwok.com; 15 Maret 2012.
Selain alasan yg tersebut menurut saya ada alasan yg sangat berkaitan dengan kejadian pembakaran Al-Qur'an yg menuai gelombang protes masyarakat islam dunia bahkan menyebabkan tebunuhnya militer AS di Kementrian Dalam Negri Afganistan, yg memaksa Inggris menarik seluruh penasihat dan pelatihnya dari Kementrian dan Instansi Pemerintah Afghanistas, begitu juga dengan Jerman yg menarik mundur sebagian pasukan dari kawasan yg bergejolak.
ReplyDeleteDengan situasi yg mengancam AS & sekutu, maka dibuatlah peristiwa teror yaitu pembunuhan warga sipil yg membabibuta dan tidak manusiawi.
Maka AS mendapatkan dua keuntungan sekaligus dari peristiwa tersebut.
Pertama, rakyat Islam Dunia khususnya rakyat Islam Afghanistan akan melupakan kasus pembakaran Al-Qur'an.
Kedua, tragedi pembunuhan warga sipil dapat di jadikan icon AS sebagai super power dan memberikan rasa takut terhadap rakyat Afghanistan sekaligus balasan atas terbunuhnya dua orang militer AS.
Dengan begitu AS bebas melakukan tindakan apapun.