Tuesday, 6 March 2012

MEDIA ISRAEL MENULIS APA YANG TIDAK MUNGKIN DITULIS MEDIA AMERIKA


"Seekor gajah dan seekor semut akan bertemu di Washington hari Senin untuk sebuah pertemuan puncak yang sangat penting. Namun tunggu dulu, siapa yang gajah dan siapa yang semut? Siapa yang superpower dan siapa yang negara bawahan?

Sejarah baru bangsa-bangsa tengah dituliskan. Belum pernah ada dalam sejarah sebuah negara kecil mendikte negara superpower. Belum pernah terjadi bunyi jangkerik seperti auman singa. Tidak pernah seekor gajah menyerupai semut dan sebaliknya. Tidak ada provinsi Romawi berani mendikte Julis Caeser. Tidak ada satu suku berani mendikte Genghis Khan untuk bertindak sesuai keinginan mereka. Hanya Israel yang bisa melakukannya. Pada hari Minggu, saat Barack Obama dan Benjamin Netanyahu bertemu di Gedung Putih, sangat sulit untuk menentukan siapa yang benar-benar menjadi pemimpin dunia.


Di antara keajaiban dunia, dari patung raksasa Jesus Christus di Rio de Janeiro, Colosseum Romawi di Italia atau Tembok Raksasa Cina, kekuatan Israel di hadapan Amerika adalah keajaiban lainnya.

Israel mewarnai kampanye pemilihan presiden Amerika lebih dari negara manapun dengan para kandidat yang bersaing untuk menjadi "kekasih Israel" hingga pada satu titik di mana hal itu menjadi isu utama pemilihan. Orang-orang kaya yahudi seperti Sheldon Adelson mendonasikan sejumlah besar uang kepada para kandidat dengan satu tujuan, menjadikan mereka pendukung Israel. Sementara sang Presiden Amerika yang memenangkan kursi pemilihan dengan membawa slogan "perubahan" dipaksa dengan secepat kilat untuk melipat kembali bendera perdamaian yang dikibarkan di Timur Tengah karena Israel berkata "tidak".


Jika minggu lalu seorang anggota parlemen tinggi Inggris dipaksa mengundurkan diri setelah mengkritik Israel, di Amerika ia tidak akan mendapat kesempatan untuk menyampaikan kritikannya.

Israel kini tengah mengajari dunia tentang hubungan antar bangsa, yaitu bahwa ukuran tidak menjadi masalah. Dalam masalah hubungan luar negeri Eropa lebih patuh kepada Amerika daripada negara kecil Israel patuh pada Amerika. Benjamin Netanyahu juga mengajari dunia bahwa bisa saja berkata tidak kepada presiden Amerika, secara jelas dan tegas, dengan tetap masih eksis bahkan menjadi semakin kuat. Maka Obama pun meminta perpanjangan pembekuan pembangunan pemukiman yahudi. So What? Netanyahu meresponsnya dengan mencoret masalah itu dalam agenda pertemuan.

Saat ia pergi ke Gedung Putih hari Minggu ini, ia (Netanyahu) akan mengajukan satu tuntutan baru: Apakah Anda (Amerika) atau kami (Israel) yang akan menyerang Iran, menempatkan sang presiden negara bebas terbesar di dunia ke sudut. Obama tidak ingin melibatkan negerinya pada perang baru atau krisis energi baru, namun saat Netanyahu menyampaikan tuntutannya, siapa yang tidak takut?"


Saya sudah pernah menulis di blog ini, jika ingin mengetahui dominasi Israel/yahudi sebenarnya, atau membahas teori-teori konspirasi dengan lebih jelas dan tegas, bacalah media massa Israel. Mereka lebih terbuka dan bebas, karena mereka menganggap hanya mereka yang berhak mendapatkan "pers bebas", "demokrasi" dan istilah lain sebagainya. Dan seluruh dunia tidak berhak mendapatkan itu semua karena mereka adalah "budak-budak Israel".

Tulisan di atas adalah editorial di harian terkemuka Israel, Haaretz baru-baru ini. Secara tegas dan gamblang menggambarkan bagaimana orang Israel memandang hubungan antara Amerika dengan Israel. Namun sebaliknya tentu saja tulisan seperti itu tidak akan pernah dijumpai di negara "demokrasi" yang paling menjunjung tinggi "kebebasan pers" manapun, termasuk Amerika. Dan jika ada seorang redaktur yang berani menulis redaksional seperti itu, ia akan menjadi "sejarah". Selain kariernya hancur, mungkin saja hidupnya akan berakhir dengan luka tembak di kepalanya bersama anak istrinya dan kemudian polisi akan mengatakan ia tewas bunuh diri karena stress setelah terlebih dahulu menembak anak istrinya.



Ref:

"Israel Media Says What American Media Won’t Dare: Israel Controls America!"; davidduke.com; 4 Maret 2012

No comments:

Post a Comment