Tuesday, 17 April 2012
BAGAIMANA "KERAJAAN" AMERIKA BERJALAN ...
Tulisan ini adalah terjemahkan bebas dari artikel Paul Craig Roberts di situs independen counterpunch.org berjudul "How the New American Empire Really Works ..", sebagai respons terhadap pernyataan regim yang saat ini berkuasa di Indonesia yang "mengadali" rakyatnya sendiri dan kemudian bersembunyi di balik pernyataan: "tidak ada pemimpin yang ingin menyengsarakan rakyatnya sendiri".
Pernyataan "tidak ada pemimpin yang ingin menyengsarakan rakyatnya sendiri" hanya muncul dari 2 kelompok manusia: rakyat jelata yang na'if dan para pemimpin yang culas. Sejarah dipenuhi dengan pemimpin-pemimpin yang culas dan sedikit pemimpin yang benar-benar adil.
Berikut adalah terjemahannya:
Kerajaan-kerajaan besar, seperti Romawi dan Inggris Raya, adalah para pengeruk kekayaan. Mereka sukses karena kekayaan yang dikeruk dari negeri yang ditaklukkan lebih besar dari biaya penaklukan dan pemerintahan. Alasan Roma tidak melebarkan kekuasaannya ke wilayah Germania bukan karena kuatnya militer suku-suku bangsa Germania, melainkan karena Romawi menghitung biaya penaklukannya melebihi hasil penaklukan.
Kerajaan Romawi akhirnya runtuh akibat kehabisan sumber daya manusia dan alamnya akibat peperangan-peperangan antar mereka sendiri. Dan Inggris Raya runtuh akibat kehabisan sumberdaya setelah berperang melawan Jerman dalam perang dunia I dan II.
Dalam bukunya, "The Rule of Empires" (tahun 2010), Timothy H. Parsons merubah paradigma tentang kesuksesan kerajaan-kerajaan masa lalu dari hal-hal mistis dengan fakta bahwa kerajaan-kerajaan tersebut adalah pengumpul kekayaan. Ia menjelaskan kesuksesan kerajaan Romawi, kekhalifahan Umayah, kerajaan Spanyol Amerika Latin, kekuasaan Napoleon di Itali, serta kerajaan Inggris di India dan Kenya dari keberhasilan mereka mengumpulkan kekayaan dari wilayah-wilayah yang diduduki.
Parsons sengaja tidak memasukkan "kemaharajaan" Amerika saat ini dalam analisnya dengan alasan menarik. Amerika bukan kerajaan karena Amerika tidak mendapatkan kekayaan dari wilayah-wilayah yang didudukinya seperti Irak dan Afghanistan. Setelah 8 tahun mencoba menduduki Irak dengan biaya triliunan dolar dan nyawa ribuan tentaranya, Amerika tidak mendapatkan apapun. Begitupun 10 tahun upayanya menduduki Afghanistan tidak menghasilkan apapun kecuali mungkin penghasilan dari bisnis gelap obat terlarang dari opium Afghanistan yang digunakan untuk operasi-operasi rahasia dan inteligen Amerika.
Peperangan-peperangan yang dilakukan Amerika sangat mahal biayanya. Bush dan Obama telah meningkatkan hutang pemerintah menjadi 2x lipat, dan rakyat Amerika tidak mendapatkan keuntungan apapun darinya. Tidak ada kekayaan, tidak ada makanan dan hiburan yang membanjiri Amerika. Jadi untuk apa semua itu?
Jawabannya adalah pemerintah Amerika telah mengeruk kekayaan rakyat Amerika sendiri untuk kepentingan beberapa kelompok penguasa Amerika: industri militer, Wall Street, industri agribinis, dan lobbi Israel. Konstitusi telah diperalat sebagai alat kepentingan pemerintah, dan pendapatan rakyat Amerika telah dialihkan ke kantong 1% warga terkaya. Beginilah "kerajaan Amerika" berjalan.
"Kerajaan" baru bernama Amerika sangat berbeda dengan kerajaan-kerajaan jaman dahulu. Amerika terbentuk tanpa melalui pendudukan wilayah negara lain. Tentara Amerika tidak menduduki Irak, bahkan akhirnya harus hengkang setelah dipaksa keluar oleh pemerintahan yang dibentuknya sendiri. Amerika juga tidak memperoleh kemenangan di Afghanistan, dan setelah 10 tahun berperang Amerika masih tidak bisa menguasai negara itu.
Dalam "kerajaan" Amerika kesuksesan perang tidak lagi diperlukan. Pengerukan kekayaan terjadi justru dalam peperangan. Sejumlah besar uang pajak rakyat Amerika mengalir ke industri senjata dan Homeland Security (lembaga setingkat departemen yang mengawasi keamanan domestik). "Kerajaan" Amerika bekerja dengan menggerogoti kekayaan dan kemerdekaan rakyatnya sendiri.
Inilah sebabnya mengapa peperangan-peperangan tidak pernah berhenti. Jika satu perang berhenti, perang lainnya dimulai. Ingat bagaimana saat Obama datang ke Gedung Putih dan mulai berkantor di sana, ia ditanya tentang misi sebenarnya militer Amerika di Afghanistan. Ia menjawab bahwa ia tidak mengetahui misi tersebut dan menyatakan bahwa misi tersebut harus ditetapkan.
Namun Obama tidak pernah menetapkan misi di Afghanistan. Ia memperpanjang perang Afghanistan tanpa menjelaskan kepada rakyat apa tujuan perang tersebut. Ia tentu tidak bisa mengatakan kepada rakyat Amerika bahwa tujuan perang tersebut adalah untuk meningkatkan keuntungan dan kekuasan industri militer dan keamanan di atas beban rakyat Amerika.
Kenyataan ini tidak berarti bahwa korban agresi militer Amerika bebas dari kerugian. Sejumlah besar orang-orang muslim telah dibom dan dibunuh, infrastruktur dan ekonomi mereka hancur, namun tidak untuk mengeruk kekayaan mereka.
Adalah suatu ironi bahwa di bawah "kerajaan" baru ini penguasa mengeruk kekayaan serta kemerdekaan rakyatnya sendiri sembari membunuhi rakyat bangsa lain yang diserang. Sebagaimana orang-orang muslim yang dibunuhi dan dibom, rakyat Amerika telah menjadi korban penguasanya sendiri.
Catatan:
PAUL CRAIG ROBERTS adalah editor senior Wall Street Journal dan beberapa media terkemuka Amerika lainnya. Ia pernah menjabat sebagai asisten menteri keuangan pada pemerintahan presiden Ronald Reagan. Buku terbarunya berjudul "HOW THE ECONOMY WAS LOST" baru saja diterbitkan oleh penerbit CounterPunch/AK Press.
No comments:
Post a Comment