Sunday, 24 June 2012

TURKI PERANKAN SKENARIO "TANGAN TETANGGA" ATAS SYRIA

Apa yang Anda pikirkan mengenai insiden penembakan pesawat tempur Turki oleh Syria di tengah-tengah krisis politik yang melanda Syria saat ini? Apakah hal ini mengherankan Anda?

Straight to the point, saya katakan kepada Anda bahwa Turki tengah berusaha memainkan peran "tangan tetangga" terhadap Syria. Fenomena "tangan tetangga" adalah upaya provokasi zionis (yahudi) terhadap "negara musuh" dengan menggunakan "tangan" tetangga negara tersebut.

Fenomena ini sudah berulangkali terjadi dalam sejarah dan mengkonfirmasi kebenaran Protocol Zion (Protocols of Learned Elders of Zion), yaitu UUD dari gerakan zionisme internasional. Rusia diprovokasi oleh tetangganya, Jepang, dalam Perang Jepang-Rusia tahun 1905, dan Jerman diprovokasi oleh tetangganya, Polandia, dalam Perang Dunia II tahun 1939.


"Jika sebuah negara memusuhi kaum yahudi, kita akan menyerangnya dengan menggunakan tangan negara tetangganya. Namun jika negara-negara bersekutu melawan kaum yahudi, kita akan mengobarkan perang dunia." Demikian bunyi salah satu pasal dalam Protocol Zion.

Persis dengan apa yang terjadi dalam Perang Jepang-Rusia dan Perang Dunia II, Turki kini tengah memainkan peran "tangan tetangga" dengan memprovokasi Syria agar terjadi perang besar yang akan menghancurkan Syria, satu-satunya negara Arab yang masih berdiri menentang dominasi Israel.

Sebagaimana pernyataan Presiden Turki sendiri, Abdullah Gul, hari Sabtu (23/6) bahwa pesawat tempur Turki "mungkin" telah memasuki wilayah Syria sebelum ditembak jatuh oleh rudal Syria, Jumat (22/6). Ini sebenarnya mengkonfirmasi klaim Syria bahwa pesawat tersebut, sebuah pesawat tempur jet F-4 Panthom, telah melanggar wilayah udaranya, dan Syria telah bertindak sesuai norma hukum dengan menembak pesawat tersebut. Dan klaim Syria ini diperkuat dengan fakta bahwa pesawat tersebut jaduh di wilayah Syria.

Namun situasi tampaknya tidak seperti yang diharapkan Syria, karena sebagaimana peran "tangan tetangga", Turki memang menginginkan perang. Maka para pemimpin Turki pun "mencak-mencak" kepada Syria dan mengeluarkan berbagai nada ancaman terhadap Syria. Turki bahkan telah melakukan langkah lebih serius lagi dengan mendesak diadakannya pertemuan NATO untuk membahas kemungkinan tindakan militer balasan terhadap Syria karena telah "mengancam keamanan" Turki sebagai negara anggota NATO, meski dalam kasus ini Turki-lah yang telah mengancam keamanan Syria dengan dilanggarnya wilayah udara Syria oleh pesawat tempur Turki.

Setelah diserangnya kapal Turki "Mavi Marmara" oleh tentara Israel di perairan internasional tahun 2010 yang menewaskan 9 warga negara Turki, pemerintah Turki tidak melakukan reaksi apapun selama setahun lebih. Yang dilakukannya hanya menunggu "kebaikan" Israel untuk sekedar meminta ma'af. Namun setelah setahun lebih permintaan maaf tidak didapatkan, pemerintahan PM Recep Erdogan pun kehilangan muka, tidak saja di mata rakyatnya sendiri namun juga di mata internasional. Maka seperti singa mengaum, Erdogan memutuskan hubungan diplomatik, ekonomi dan militer dengan Israel. Namun tidak lebih dari itu, auman singa ompong. Tidak ada sidang NATO untuk membahas langkah balasan terhadap Israel, tidak ada satu tembakan pun dilakukan Turki meski Israel telah dengan sangat gamblang telah melakukan tindakan perang terhadap Turki.

Setahun kemudian Syria dilanda krisis politik akibat pemberontakan oposisi yang didukung Turki, Amerika dan zionis internasional. Dengan tuduhan tindakan represif pemerintan Syria terhadap oposisi, Turki pun memutuskan hubungan diplomatik-nya dengan Syria. Dan meski Syria tidak pernah melanggar kedaulatan Turki dan mengancam kepentingan Turki, Turki berulangkali melakukan tindakan tidak bersahabat terhadap pemerintah Syria, termasuk menampung dan membantu kelompok-kelompok oposisi Syria. Dan tindakan tidak bersahabat tersebut berpuncak pada provokasi hari Jum'at (22/6).


OPOSISI KECAM PEMERINTAH

Tentu saja tidak semua orang Turki adalah "liberal idiot" atau zionist ass sucker meski tidak bisa dibantah bahwa Turki adalah negara ZOG (zionist occupied goverment). Sikap pemerintah Turki terhadap Syria telah mendapat kecaman dari sebagian rakyat Turki sendiri. Ketika diadakah konverensi "Friend of Syria", kegiatan penggalangan kekuatan untuk melawan pemerintah Syria, di Turki beberapa waktu lalu, misalnya, ratusan orang melakukan aksi demontrasi menentang kegiatan tersebut yang dibalas oleh tindakan keras aparat keamanan.

Kecaman juga dilakukan pejabat senior partai oposisi utama Turki, Republican People’s Party (CHP), Faruk Logoglu, Kamis (21/6). Kepada media massa Iran yang mewawancarainya, Press TV, Rabu (20/6), Logoglo mengatakan pihaknya sangat khawatir terhadap cara pemerintahan Turki yang dipimpin oleh partai Justice and Development Party (AKP), dalam menghadapi masalah Syria.

Pernyataan tersebut dikeluarkan setelah PM Erdogan mengecam Presiden Syria Bashar al Assad sebagai "otoriter", pada hari yang sama Assad membuat pernyataan politik di hadapan parlemen yang baru terbentuk bahwa Syria menghadapi "perang dari luar".

No comments:

Post a Comment