Thursday, 30 August 2012

DI SAUDI, MEMBERITAKAN KEMISKINAN ADALAH TINDAK KEJAHATAN

Selain melarang para wanita mengendarai mobil, banyak hal-hal aneh yang terjadi di Saudi Arabia. Misalnya ulama-ulama setempat melarang wanita naik taksi yang dikendarai sopir laki-laki bukan muhrim, kecuali sang supir terlebih dahulu menetek pada si wanita. Hal aneh lainnya, dan kali ini dianggap sebagai kejahatana serius, adalah membicarakan tentang kemiskinan di negerinya orang-orang wahabi itu.

Beberapa waktu lalu dua orang blogger muda Saudi dipenjara hanya gara-gara meng-upload video kemiskinan rakyat Saudi di distrik Al Jaradiya di pinggiran kota Riyadh.

Firas Buqna dan Hussam Al-Darwish meng-upload videonya di situs "YouTube" tgl 10 Oktober tahun lalu. Seri kelima dari rangkaian video yang di-upload mereka diberi judul "Kita Telah Dibodohi" dengan menampilkan gambar kondisi masyarakat miskin di Al Jaradiya.

Dalam video tersebut Buqna terkejut dengan kondisi kemiskinan masyarakat di kawasan itu dimana ia melihat anak-anak berjalan telanjang kaki tanpa alas apapun. Ia mendapati seorang kepala keluarga dengan 20 anaknya harus hidup dengan penghasilan 660 dolar. seorang kepala keluarga lain yang diwawancarainya mengaku berpenghasilan 1.300 dolar untuk menghidupi 2 istri dan 11 anak.
Buqna dan Al-Darwish mengkritik gaya hidup mewah orang-orang Saudi mengingat bahwa 89% dari seluruh penduduk Saudi hidup dalam status berhutang. Mereka juga mengkritik anomali pada pemerintahan Saudi yang telah menyumbangkan 56 miliar dolar ke negara-negara lain (para pemberontak Syria, pemberontak Libya, teroris Al Qaida, JI, dan orang-orang salafi di seluruh dunia adalah para penerima dana tersebut) sementara 22% rakyat Saudi hidup dalam kemiskinan. Data lain menyebut angkanya bahkan mencapai 30%.

Akibat video tersebut kedua keduanya didatangi aparat keamanan Saudi, enam hari setelah mereka meng-upload videonya. Mereka ditangkap dan diinterogasi di ruang tahanan. Dua minggu kemudian mereka dibebaskan, namun aparat keamanan menolak menjelaskan alasan penangkapan mereka.

Pemerintah Saudi baru mengakui adanya kemiskinan di negerinya tahun 2002 setelah mendapatkan banyak kritikan dari masyarakat. Saat itu Ali al-Namia, sang menteri sosial mengunjungi kawasan al Shamishi di ibukota Riyadh. Selanjutnya ia melaporkan "temuan ajaib"-nya itu ke putra mahkota Abdullah, (kini raja Saudi). Pertemuan keduanya disiarkan oleh televisi-televisi lokal dan disebut sebagai bentuk kepedulian kerajaan kepaada rakyatnya. Selanjutnya kerajaan membentuk dana bantuan kemanusiaan untuk rakyat miskin.

Namun kemiskinan tetap saja terjadi, bahkan semakin berkembang. Kemiskinan di Riyadh sebagaimana diunggah di youtube oleh kedua orang blogger tersebut di atas, belum seberapa dibandingkan dengan kemiskinan di bagian timur negeri Saudi. Sebuah anomali yang tragis mengingat kawasan itu adalah penghasil minyak terbesar Saudi. Itulah sebabnya akhir-akhir ini wilayah ini sering dilanda aksi-aksi demonstrasi menuntut reformasi.

Selain kemiskinan, Saudi ternyata juga dilanda penyakit korupsi yang cukup parah sehingga Transparency International menempatkannya pada peringkat 50  "Corruption Perception Index".

Banyak yang berfikir bahwa penangkapan kedua blogger di atas disebabkan tindakan mereka telah mengolok-olok kebiasaan raja Saudi saat bertemu "mitra"-nya. "Kami baik-baik saja, semoga demikian juga dengan Anda," adalah kata-kata yang sering diucapkan sang raja.

Video tersebut seolah menggambarkan video lainnya yang menggambarkan orang-orang kaya Saudi dengan gaya hidupnya. "Kami baik-baik saja, semoga demikian juga dengan Anda," kata raja dan orang-orang kaya itu. Tiba-tiba muncul orang miskin dari al Jaradiya yang berujar, "Kami tidak baik-baik saja!".


No comments:

Post a Comment