Wednesday, 8 August 2012

YAHUDI DAN "BISNIS" TERORISME

Mengapa militer Inggris tiba-tiba saja melibatkan diri dalam penjagaan keamanan Olympiade London, yang awalnya hanya ditangani oleh perusahaan swasta asal Israel G4S? Bukan penjagaan biasa karena militer telah membuat London sebagai daerah perang dengan menggelar sistem pertahanan udara tercanggih, pesawat-pesawat mata-mata tak berawak, ribuan tentara bersenjata lengkap, hingga kapal-kapal perang di Sungai Thames. Itu semua karena militer Inggris khawatir dengan konspirasi serangan teroris yang bakal terjadi sebagaimana diungkap oleh beberapa media independen.

Ya, militer Inggris memang harus khawatir karena tidak ingin tragedi seperti Tragedi WTC 9/11, atau bahkan lebih besar skalanya, terjadi di Inggris. Militer Inggris patut khawatir dengan fakta-fakta yang akan diuraikan dalam blog ini.

Ada 2 orang yang mendapat keuntungan besar dari Tragedi WTC 9/11, yaitu Frank Lowy dan Larry Silverstein, dua sekawan berdarah yahudi pemilik sewa kompleks WTC saat terjadi serangan. Keduanya mengantongi $5.4 miliar dari klaim asuransi yang dibayarkan kepada mereka.

Frank Lowy dan Silverstein adalah 2 orang kapitalis zionis sejati. Namun tulisan ini akan lebih banyak menguak sisi gelap Lowy, meski mitra bisnisnya, Silverstein, tidak kalah gelap kehidupannya. 
Frank Lowy adalah orang terkaya di Australia yang gurita bisnisnya menjalar ke seluruh dunia di berbagai bidang. Ia adalah pendiri dan pengelola beberapa lembaga kajian Israel dan Amerika yang menentukan kebijakan politik luar negeri Amerika dan negara-negara barat, khususnya terkait konflik Timur Tengah.

Lowy lahir tgl 22 October 1930, di Czechoslovakia, dan kemudian tinggal di  Budapest, Hungaria selama Perang Dunia II. Setelah berakhirnya perang, ia pindah ke Perancis tahun 1946 sebelum bermigrasi ke Palestina menjelang perang deklarasi negara Israel tahun 1948. Namun saat berlayar menuju Palestina, ia tertangkap oleh pasukan keamanan Inggris dan ditahan di penjara Cyprus. Namun pada akhirnya ia berhasil mencapai Palestina untuk bergabung dalam milisi yahudi yang berperang melawan pejuang Arab dalam Perang ARab-Israel I.

Dalam peperangan itu Lowy tergabung dalam organisasi teroris Haganah, sebelum bergabung dengan satuan reguler dan terakhir menjadi perwira di satuan elit Brigade Golani (satuan elit ini mengalami kekalahan pahit saat berduel melawan gerlyawan Hizbollah dalam Perang Lebanon tahun 2006).

Lowy mengklaim diri sebagai korban "holocoust" yang selamat dan mendapatkan banyak keuntungan, terutama prestise, dari status yang diklaimnya itu. Pada tahun 1991 ia membangun kembali gerbong-gerbong kereta api yang digunakan untuk mengangkut orang-orang yahudi dalam Perang Dunia II dan menjadikannya bagian dari museum "holocoust" di Auschwitz.

Pada tahun 1952 Lowy meninggalkan Israel untuk bergabung dengan keluarganya yang telah pindah ke Australia. Setahun kemudian ia bergabung dengan yahudi Hongaria John Saunders membentuk Westfield Development Corporation yang membangun pusat perbelanjaan di kawasan Blacktown, Sydney. Selama 30 tahun selanjutnya keduanya telah berhasil membangun sejumlah pusat perbelanjaan di Australia dan Amerika. Mereka mengubah nama perusahaan menjadi Westfield Group dan mencatatkan diri dalam bursa saham Australian Stock Exchange tahun 1960. Pada tahun 1987 Saunders menjual semua sahamnya pada Lowy yang pada tahun yang sama meluaskan bisnisnya ke New Zealand dan Inggris.

Nama Lowy selalu muncul dalam daftar "Business Review Weekly (BRW) Rich 200" sejak pertama kali dipublis tahun 1983. Pada 2010, kekayaan Lowy ditaksir oleh BRW mencapai $5 miliar dan menduduki peringkat pertama orang terkaya Australia. Selanjutnya ia tertarik untuk melebarkan sayap bisnisnya ke sektor keuangan dan investasi, di London, New York dan Los Angeles.

Pada tahun 2010 dan setelah usianya mencapai 80 tahun, mundur dari jabatan Executive Chairman pada Westfield Group untuk menduduki jabatan General President. Sejak itu dua orang putranya, Steven dan Peter, menjadi Joint Chief Executives pada perusahaan itu. Peter Lowy, yang merupakan anggota Dewan Direktur Simon Wiesenthal Center, juga pernah menjabat sebagai ketua dewan penyantun University of Judaism, atau lebih dikenal sebagai American Jewish University, New York.

Peran Lowy di dunia perbankan semakin besar setelah ia diangkat menjadi anggota Dewan Direktur Bank Sentral Australia Reserve Bank of Australia yang ia jalani hingga 10 tahun lamanya. Pada tahun 2003, ia diangkat sebagai ketua asosiasi sepakbola Australia Football Federation Australia (FFA). Pada tahun 2007, ia berjuang menjadikan Australia sebagai tuan rumah FIFA World CUP 2022 namun kalah dari Qatar. Namun setahun kemudian ia diangkat sebagai anggota Dewan Pengurus FIFA.


KAITANNYA DENGAN WTC 9/11

Hanya beberapa minggu sebelum Tragedi WTC 9/11 Frank Lowy dan partner bisnisnya di bisnis perbankan Amerika, Larry Silverstein, menyewa kompleks  World Trade Center (WTC) selama 99 tahun, sebuah kontrak yang agak aneh mengingat WTC tengah mengalami penurunan nilai bisnis mengingat umur gedung-gedungnya yang sudah tua dan memerlukan biaya renovasi yang sangat banyak, terutama untuk mengganti bagian-bagian interior yang banyak menggunakan bahan asbes yang berbahaya.

Kesepakan bisnis tersebut diperoleh atas persetujuan Lewis Eisenberg (lagi-lagi yahudi), Ketua Otoritas Pelabuhan New York dan New Jersey. Hanya beberapa hari sebelum Tragedi WTC 9/11 Eisenberg diangkat sebagai Ketua Republican Leadership Council. Pada tahun 1980-an ia terlibat dalam skandal seks dengan sekretarisnya yang membuatnya mengundurkan diri dari jabatan eksekutif di Goldman Sachs Bank, salah satu lembaga keuangan terbesar dunia di Amerika.

Pada tahun 1987, Silverstein membangun gedung World Trade Center 7 dan WTC 6. Gedung WTC 7 ia sewa dari Otoritas Pelabuhan New York, namun WTC 6 tetap digunakan oleh otoritas pelabuhan hingga Lowy dan Silverstein resmi menyewanya menjelang Tragedi WTC 9/11, 26 Juli 2001.

WTC 1 dan WTC 2 (menara kembar), WTC 7 dan Westfield Hotel adalah gedung-gedung yang hancur dalam Tragedi 9/11, yang oleh para analis, bahkan pengamat awam yang masih mau berfikir, merupakan pekerjaan yang disengaja. WTC 7 misalnya, gedung berlantai 64 itu misalnya, runtuh dengan sendirinya, meski sama sekali tidak mengalami dampak fisik serangan WTC 9/11.

Pada bulan April 2002, koran Ingris Sunday Times memberitakan kasus penyuapan yang dilakukan Lowy kepada kantor perdana menteri Tony Blair, melalui Lord Levy (lagi-lagi yahudi), orang terdekat Tony Blair, senilai £250,000. Penyuapan ini dilakukan sejak tahun 1999, saat Lord Levy mulai bekerja untuk Tony Blair.

Sejak tahun 1999 Lowy bergabung dan bekerja untuk Westfield Company. Tanpa desk job yang jelas, ia menerima gaji £3,800 per-minggu. Selama 3 tahun bekerja, ia telah bepergian sebanyak 45 kali ke 19 negeri untuk bertemu dengan para pemimpin Arab dan Israel. Namun setelah keberadaannya yang misterius di Westfield Company mulai menarik perhatian publik, ia pun keluar dari perusahaan itu.

Sementara Lord Levy adalah seorang zionis Partai Buruh Inggris dengan bergabung dalam Labour Friends of Israel (LFI), yaitu kaukus anggota parlemen Inggris dari Partai Buruh yang komintmen dengan kepentingan Israel.


(bersambung)


Sumber:
"Imminent terror attack on London?"; Montea Cristo; Press TV; 6 Agustus 2012


No comments:

Post a Comment