Dua malam terakhir saya kehilangan sesuatu, yaitu acara "Laporan dari Timur Tengah" yang setiap tengah malam disiarkan oleh TVOne. Buka isi laporannya yang membuat saya menarik, melainkan analisis-analisis dangkal para narasumber dan ke-idiot-an host-nya yang cantik. Jika ada anggapan lama bahwa kecantikan identik dengan kebodohan, mungkin host TVOne adalah contohnya.
Dengan agak "ge-er" saya sempat berfikir, mungkin kritikan-kritikan blog ini telah membuat para petinggi TVOne memutuskan untuk menghentikan acara itu daripada menjadi bahan tertawaan rakyat Indonesia yang semakin cerdas melihat apa yang terjadi di Syria.
Saya masih ingat siaran terakhir acara tersebut hari Jum'at dini hari (12/10). Lagi-lagi yang paling saya ingat adalah kedangkalan analisis narasumber acara itu. "Yang paling bersalah dalam krisis yang terjadi di Syria adalah Presiden Bashar al Assad. Karena ia gagal menjamin keamanan rakyat Syria!" Demikian kesimpulan yang disampaikan narasumber pada bagian terakhir acara tersebut.
Jika ada sebuah negara yang diserang oleh teroris-teroris asing dan kemudian presiden negara itu disalahkan karena terjadinya kekacauan, maka tuduhan itu hanya berasal dari 2 kelompok: teroris itu sendiri dan pendukung-pendukungnya, atau orang-orang idiot.
Hari ini saya membaca 2 artikel tentang Syria. Yang pertama karya Israel Shamir berjudul "Turks, Cease Fire!" dan yang kedua adalah wawancara "Press TV" dengan analis politik Timur Tengah Joseph Zrnchik yang diberi judul "Syria crisis to end in tragedy for US, Saudi Arabia: Analyst". Yang pertama menganalisis konsekuensi Krisis Syria terhadap Turki, sedang yang kedua adalah terhadap Amerika dan Saudi. Saya pilih yang kedua sebagai bahan tulisan artikel ini.
Namun perkenankan saya mengutip sedikit tulisan Israel Shamir dalam artikel tersebut di atas, yaitu terkait dengan PM Turki Reccep Erdogan:
"Marilah kita mengingat kembali tahun 2010, saat Israel membantai dengan keji 9 warga sipil Turki di kapal Mavi Marmara. Itu adalah pembantaian yang brutal di siang hari, terdokumentasikan dan tak terbantahkan. Erdogan mengancam akan mengirimkan kapal-kapal perang Turki untuk membebaskan Gaza dari blokade Israel. Apakah ia telah melakukannya? Tidak. Kini ia dengan gagah berani menembaki Syria yang tengah kelelahan, namun mengapa ia tidak memiliki keberanian terhadap Israel?
Israel menginginkan Erdogan untuk membantu pemberontak menghancurkan Syria dan meminta Turki bekerjasama dengannya melakukan aksi bersama. Jadi, alih-alih menghukum Israel, Erdogan justru mematuhi perintah bnIsrael." Demikian tulis Shamir.
Menurut Zrnchik regim Syria cepat atau lambat akan memenangkan pertempuran karena 2 faktor penting: pertama mereka bertempur mati-matian untuk mempertahankan hidup dan kedua adalah karena adanya dukungan sekutu-sekutunya Iran, Rusia, dan Cina.
"Sejauh ini tentara Syria, mereka memiliki kesempatan baik untuk memenangkan perang karena adanya dukungan Rusia dan Iran. Mereka bertempur, sungguh, suatu pertempuran untuk mempertahankan hidup. Karena jika mereka kalah, akan ada banyak kasus pembersihan etnis, ada banyak kasus pembantaian massal," kata Zrnchik dalam wawancaranya.
Karenanya, menurut Zrnchik, akhir perang akan menjadi bencana bagi Amerika, Saudi, Qatar dan negara-negara pendukung pemberontak lainnya.
Adapun mengenai ancaman serangan Turki atas Syria, Zrnchik menyebutnya sebagai sebuah langkah yang "lucu" karena hampir pasti hanya akan menghancurkan Turki sendiri.
Ref:
"Syria crisis to end in tragedy for US, Saudi Arabia: Analyst"; Press TV; 11 Oktober 2012
"Turks, Cease Fire!"; Israel Shamir; shamireaders; 11 Oktober 2012
Erdogan sesumbar bahwa dia sendiri yg akan langsung memimpin armada perang tuk menyerang israel..dan israel menggertak bahwa mereka akan menenggelamkan kapal2 turki dengan erdogan sekaligus dan mereka tdk sungkan2 melakukannya..mendengar itu maka tak terdengar lagi sesumbar erdogan terhadap israel sampe hari ini..he.he.he..sebelum ngomong lah dipikir dulu bung erdogan karna suara anda mewakili seluruh rakyat turki..preman jalanan ngomong besar tapi pecundang koq bisa terpilih ya..he.he.he.dunia..dunia..udah tua..
ReplyDeletenegara-negara yang dipimpin oleh orang-orang sunni makin buta hati dan pikirannya, lebih memilih mendukung musuh-musuh Allah daripada saudara sesama muslim. Tidak ada satupun nash yg menunjukan bahwa sunni lebih baik dari syiah, begitupula sebaliknya. Jadi teringat sama hadits Nabi, akan tiba suatu masa dimana lebih baik bagi seorang muslim memukulkan pedangnya pada batu daripada menggunakannya untuk berperang. Jgn smp skrg inilah wktu yg dimaksud nabi, darah umat muslim mengalir akibat ulah muslim lainnya. Saya tidak tdk bisa memastikan islam apa yang saya anut karn memang saya tidak ingin mengkultuskan diri pada salah satu paham tertentu entah sunni atau syiah, namun melihat kecenderungannya sepertinya lebih mirip sunni, tapi saya malu, melihat arab saudi, qatar dan turki yang notabene penganut ajaran sunni hanya bersifat pengecut, menjadi perpanjangan panjang amerika dan sekutu-sekutunya. Bersifat seolah-olah pahlawan yang dengan gagah dan tidak tahu malu mneyerang kaum muslimin.
ReplyDeletemedia masa yg juga dikendalikan oleh barat semakin membuat kaum muslim terpuruk. saya sangat terkaget-kaget membaca berita-berita hidyatullah, namanya cukup religius namun ternyata isi beritanya hanya kutip-mengutip dari sumber asing tanpa analisis yang mendalam, malah menyimpang dari sejarah, "iran mendukung amerika" darimana mereka baca itu, buku sejarah mana yang menuliskan itu, juga banyak media-media masa nasional yang entah karena tidak sadar, bodoh, atau karena kontrol dari pihak lain yang menerbitkan berita yg tidak berimbang bahkan secara konstan menyerang pihak-pihak tertentu. Sadarlah kaum muslimin, jangan mudah terpecah belah, satu-satunya hal yang membuat kaum musrik dan munafik takut adalah persatuan umat islam. Tidak ada sunni, syiah, muhammadiah, nahdatul ulama, atau apapun, cukup islam dengan al kuran dan sunnah sebagai pedoman. Saya khawatir dunia (kekuasaan) telah membuat pejabat-pejabat arab saudi takut. Sebagaimana diketahui saat ini arab saudi mengalami krisis kepemimpinan jangan smp mereka menjadikan konflik dengan suriah sebagai pengalih perhatian agar gelombang arab spring tidak merambat ke arab saudi, begitu pula erdogan yang menghadapi tekanan dari pihak militer dan rakyat turki.