Tuesday, 20 November 2012

ANTARA STALINGRAD DAN GAZA

Perang Stalingrad tahun 1942-1943 adalah salah satu peristiwa sejarah yang paling banyak dikenang oleh kalangan militer. Kala itu tentara Jerman dengan kekuatan militernya yang tidak terkalahkan terjebak dalam perang kota yang meletihkan. Akhirnya seluruh kekuatan Tentara ke-6 dan sebagian Tentara Lapis Baja ke-4 Jerman serta satuan-satuan tentara dari negara-negara sekutu Jerman, yaitu Italia, Rumania dan Hongaria yang selama berbulan-bulan mengepung Stalingrad, menyerah kepada tentara Rusia karena kehabisan perbekalan dan setelah upaya penyelamatan heroik yang dilakukan Hitler mengalami kegagalan. Dari lebih dari 300.000 tentara Jerman yang terlibat perang, hanya tinggal 90.000 jiwa yang tersisa.

Tragedi itu tentu saja menjadi kenangan yang menakutkan bagi tentara-tentara Israel, juga para pemimpin politiknya di bawah kepemimpinan PM Benjamin Netanyahu dan Menhan Ehud Barak, tatkala menyaksikan bendera Palestina berkibar-kibar di atas bangunan-bangunan yang hancur di Gaza akibat pemboman Israel akhir-akhir ini.

Para pejuang Palestina jauh dari anggapan tentara Israel di masa lalu tatkala mereka masih bisa mengklaim sebagai "tentara yang tak terkalahkan" dan mengklaim bisa mengalahkan seluruh tentara Arab dengan tentara korps drumband mereka. Yaitu ketika prajurit-prajurit Arab berlarian meninggalkan senjata mereka ketika mendengar deru tank-tank musuh.

Para pejuang Palestina telah menjadi pejuang-pejuang profesional dengan semangat juang tinggi, yang menunggu dengan antusias saat-saat dimana mereka bisa membalaskan dendam mereka kepada para prajurit pengecut Israel yang telah membunuhi anak-anak, istri, orang tua dan saudara mereka. Mereka sangat siap untuk menjadikan Gaza sebagai Stalingrad-nya tentara Israel. Mereka telah belajar banyak dari mentor-mentor mereka, pejuang Hizbollah dan tentara Pengawal Revolusi Iran, tentang strategi mengalahkan Israel dengan perang gerilya. Mereka telah memiliki rudal-rudal anti pesawat, rudal anti kapal hingga roket jarak jauh yang sanggup mencapai seluruh wilayah Israel.

Hingga hari ke-6 Perang Gaza yang saat ini tengah berlangsung, para pejuang Hizbollah telah menembakkan lebih dari 1.700 roket ke Israel, hanya 300 yang diklaim Israel digagalkan oleh sistem pertahanan udara canggih "Iron Dome" yang dipasang Amerika. Laporan-laporan tentang tertembak jatuhnya pesawat F-16 dan rusaknya sebuah kapal perang Israel tentu bukan isapan jempol belaka.


SENJATA IRAN MERUBAH PERMAINAN

Dalam perang Stalingrad, senjata menjadi salah satu faktor penentu kemenangan Rusia atas Jerman, terutama tank T-34. Meski memiliki meriam berkaliber lebih rendah dari tank-tank Jerman, tank Rusia ini memiliki kelebihan dalam hal kelincahan, kekuatan mesin, ketahanan menghadapi tembakan meriam musuh serta akurasi tembakannya. Demikian juga halnya dalam Perang Gaza kali ini.

Menurut pengakuan deputi sekjen kelompok Jihad Islam Ziad al-Nakhala, hampir semua senjata para pejuang Palestina di Gaza berasal dari Iran. Mulai dari peluru hingga rudal.
"Senjata-senjata para pejuang, termasuk yang dimiliki HAMAS, adalah buatan Iran, dari peluru hingga rudal. Bahkan senjata yang dikembangkan oleh para pejuang sendiri berasal dari Iran," kata Nakhala.

Menurut Nakhala hampir seluruh kota Israel kini berada dalam jangkauan roket dan rudal pejuang Palestina yang memaksa para pemimpin Israel membangun bunker-bunker pertahanan.

"Kami sadar bahwa Israel memiliki kekuatan militer untuk melakukan invasi darat ke Gaza, maka silakan mereka mencobanya. Bagi kami, kami tidak pernah takut dan kami telah jauh lebih siap dari sebelumnya," kata Nakhla kepada situs berita Palestina "Paltoday".

Nakhla menambahkan bahwa kelompoknya hanya akan menyetujui gencatan senjata jika Israel menyetujui untuk membuka blokade atas GAza, membuka pintu perlintasan perbatasan di RAfah serta memperlakukan rakyat Palestina dengan hormat dengan tidak melakukan penahanan tanpa alasan jelas.

Namun meski persenjataan para pejuang Palestina berasal dari Iran, Iran sama sekali tidak mendikte perjuangan rakyat Palestina di Gaza.

"Apakah Iran meminta Israel untuk membom Palestina?" tanya Nakhla menanggapi rumor tidak rasional tersebut.

"Terima kasih saudara-saudara kami di Iran atas pengorbanan mereka mengirimkan senjata-senjata ke Gaza untuk mempertahankan rakyat Palestina. Jika bukan karena senjata-senjata mereka senjata-senjata Israel sudah membantai anak-anak kami," tambahnya.

Di antara senjata yang diberikan Iran adalah roket Fajr-5 dan Fajr-3. Keduanya memiliki dimensi yang sama, berat 900 kg dan tinggi 6 meter, serta memiliki hulu ledak seberat 17 kg. Namun Fajr-5 berdaya jangkau lebih jauh yaitu 75 km dibanding Fajr-3 yang hanya 50 km.

Selain itu pejuang Palestina juga memiliki senjata-senjata buatan Rusia seperti roket "Grad", "Katyusha", rudal "107" serta rudal anti-tank "Kornet" yang terbukti efektif mengalahkan tank-tank Isreal dalam Perang Lebanon 2006. Senjata terakhir ini dibuat pertama kali tahun 1988 dan dikembangkan kembali tahun 1994. Selain tank, "Kornet" juga cukup efektif menghadapi pesawat tempur yang terbang rendah dan helikopter dengan jarak tembak hingga 5 km.

Kemajuan persenjataan Palestina lainnya adalah diterapkannya sistem peluncuran roket bawah tanah. Sistem ini memungkinkan para pejuang menyembunyikannya dari sasaran tembakan musuh dan telah digunakan Hizbollah dalam Perang Lebanon 2006.



REF:
"Iranian Arms Change Equation in Battle between Gaza"; almanar.com.lb; 20 November 2012 



No comments:

Post a Comment