Iran mengumumkan keberhasilannya "menangkap" pesawat tanpa awak (drone) Amerika, Kamis (6/12). Drone tersebut adalah tipe ScanEagle buatan Boeing yang biasa diluncurkan dari kapal perang.
Menurut keterangan komandan AL Tentara Pengawal Revolusi Iran Rear Admiral Ali Fadavi, drone tersebut ditangkap setelah diketahui telah melanggar wilayah udara Iran di kawasan Teluk Parsi selama beberapa hari sebelumnya.
"Drone yang telah melakukan beberapa misi mata-mata di atas Teluk Parsi selama beberapa hari itu tertangkap dan kini berada di bawah kontrol AL Tentara Pengawal Revolusi Iran," kata Fadavi.
Fadavi selanjutnya menyatakan bahwa AL Tentara Pengawal Revolusi Iran memiliki kemampuan untuk mengontrol seluruh pergerakan kapal-kapal asing di kawasan Teluk Parsia.
Fadavi tidak memberi penjelasan rinci tentang penangkapan tersebut, kapan dan dimana terjadinya, atau apakah drone tersebut ditembak jatuh atau dibajak di udara dengan peralatan elektronik. Ia hanya menayangkan gambar sebuah drone ScanEagle tengah diteliti oleh 2 orang perwira berseragam Iran.
ScanEagle adalah drone yang berukuran relatif kecil, murah biaya pembuatannya namun memiliki kemampuan terbang yang lama. Pesawat ini dibuat oleh perusahaan Insitu, salah satu anak perusahaan dari Boeing. Mampu terbang hingga ketinggian di atas 16.000 kaki, drone ini dikenal tangguh untuk misi pengintaian pada ketinggian rendah.
Penangkapan drone ini hanya berselang setahun setelah keberhasilan Iran manangkap drone Amerika lainnya yang jauh lebih canggih yang dioperasikan oleh dinas inteligen Amerika CIA, yaitu RQ-170 Sentinel. Meski drone ini memiliki kemampuan pengelak radar, Iran mampu mendeteksi, mengacaukan sistem navigasinya, dan selanjutnya mendaratkannya dengan mulus di landasan Iran.
Insiden penangkapan drone Amerika ini semakin menambah panas suasana di kawasan Teluk Parsia. Bulan lalu Amerika menuduh Iran telah menembak drone Predator miliknya yang tengah berpatroli di luar wilayah udara Iran. Namun Iran berkukuh drone tersebut telah melanggar wilayahnya sehingga diusir oleh pesawat-pesawat tempur Iran. Beberapa hari lalu sebuah pesawat tempur canggih F-15 milik Saudi juga dikabarkan jatuh saat tengah melakukan patroli walau Saudi mengklaim pesawat itu jatuh karena kesalahan teknis. Saudi adalah sekutu Amerika dan terlibat persaingan sengit dengan Iran dalam perebutan pengaruh di kawasan Timur Tengah yang mayoritas dihuni oleh orang Islam.
Iran berulangkali mengancam akan menutup Selat Hormuz, bagian paling sempit dari Teluk Parsi yang menjadi lalu lintas 25% sampai 40% minyak mentah dunia, jika diserang Amerika. Sebaliknya Amerika menyatakan tidak akan tinggal diam jika Iran menutup selat itu. Meski sebagian pejabat Amerika meragukan kemampuan Iran untuk menutup Selat Hormuz, Dephan Amerika dalam laporan terakhirnya kepada parlemen Amerika akhirnya mengakui bahwa senjata-senjata Iran memiliki "daya hancur yang besar dan akurat".
BANTAHAN AMERIKA
Seperti biasa Amerika langsung membantah adanya drone miliknya yang ditangkap Iran. Saat penangkapan drone RQ-170 miliknya oleh Iran akhir tahun lalu Amerika juga membantahnya. Amerika baru mengakui penangkapan itu setelah Iran mempertontonkan drone tangakapannya di hadapan publik.
Demikian juga mengenai penangkapan drone ScanEagle baru-baru ini. Jubir komando AL Amerika di Bahrain mengatakan bahwa tidak ada drone Amerika di bawah komandonya yang hilang.
"Kami mengawasi penuh seluruh drone yang beroperasi di kawasan Timur Tengah. Operasi kami di Teluk Parsi dibatasi pada kawasan internasional yang diakui," demikian pernyataan sang jubir, Jason Salata, Kamis (6/12).
SALING MENGINTAI
Pada bulan November lalu, beberapa hari setelah insiden penembakan drone "Predator" Amerika oleh pesawat tempur Iran, dubes Iran untuk PBB Mohammad Khazaee, menulis surat kepada Sekjen PBB Ban Ki-Moon memprotes pelanggaran-pelanggaran wilayah udara Iran oleh Amerika dengan menyebutnya sebagai aksi-aksi "illegal dan provokatif".
Khazaee mengatakan bahwa pesawat-pesawat tanpa awak Amerika telah berulangkali melanggar wilayah Iran. Pada bulan Oktober saja, sebanyak 7 kali drone Amerika mendekati Busher, lokasi tempat reaktor nuklir Iran berada.
Pada bulan yang sama sekutu Iran, Hizbollah, berhasil mengirimkan drone buatan Iran mendekati reaktor nuklir Israel Dimona sebelum akhirnya ditembak jatuh pesawat tempur Israel. Meski drone tersebut jatuh, namun Hizbollah mengklaim misi tersebut sebagai kesuksesan besar, karena selain berhasil membuktikan lemahnya sistem pertahanan Israel, drone yang dikirimnya berhasil memetakan lokasi-lokasi strategis Israel yang bakal menjadi sasaran Hizbollah dan Iran jika terjadi perang.
REF:
"Iran Hunts US ScanEagle Drone over Persian Gulf"; Fars News Agency; 6 Desember 2012.
"U.S. denies Iran’s reports of captured drone"; Yeganeh Torbati & Daniel Fineren; Reuters; 4 Desember 2012
George little jubir pentagon mengatakan " sepertinya pesawat tanpa awak yg diklaim iran berhasil diburunya itu adalah produk amerika dan itu scaneagle" ha.ha.ha bahasa halusnya begitu..produk mereka dan itu scaneagle tapi mungkin bukan mereka yg pakai..he.he.he..blm yakin juga karna pakai kata sepertinya tapi terakhir dia bilang itu scaneagle..bingung mau bilang apa kali...? Biasa2 aja bro..polos2 aja kenapa sich..ngaku ngga ngaku..biasalah bahasa diplomasi..mungkin terbang sendiri kali dan lagi dicek stoknya..ha.ha.ha..kebanyakan drone jadi sampai lupa dikirim kemana aja..
ReplyDeletehe.. he.. he..
ReplyDeleteAmerika tipologi munafik abad ini
ReplyDeleteYang jelas drone tsb bukan milik Indonesia yang disewa dari Amerika..,,,,, he....he
ReplyDelete