Demikian pula dalam peristiwa Pemboman Boston baru-baru ini. Sebuah "jejak" dengan jelas telah ditinggalkan oleh para konspirator. Pada tgl 17 Maret lalu atau 3 minggu sebelum peristiwa Pemboman Boston, film kartun populer di Amerika "Family Guy" menampilkan episode yang terkait dengan insiden Pemboman Boston. Dalam satu adegan menunjukkan karakter utama film kartun tersebut memenangkan lomba Marathon Boston setelah terlebih dahulu melindasi peserta lainnya dengan mobilnya hingga banyak peserta yang tewas dengan kondisi badan terpotong-potong. Kemudian dalam adegan lainnya pada episode yang sama tgl 17 Maret ditampilkan karakter utama film yang berpakaian ala seorang muslim meledakkan 2 bom dengan menggunakan remote control.
Untuk selengkapnya silakan lihat di sini: http://www.thetruthseeker.co.uk/?p=69447
Saat tulisan ini dibuat, saya baru saja melihat media-media massa di dunia, termasuk Indonesia, ramai-ramai memberitakan bahwa "tersangka pemboman Dzhokhar mengakui terlibat dalam pemboman yang dipimpin abangnya, kakaknya Tamerlan". Berita-berita ini seakan mengkonfirmasi bahwa "ekstremis Chencnya" Dzhokhar dan Tamerlan adalah pelaku sebenarnya peristiwa Pemboman Boston. Padahal berita tersebut, yang pertama kali dipublikasikan oleh media-media mapan Amerika yang terkooptasi, hanya mengandalakan sumber "pejabat yang tidak disebutkan namanya". Benar-benar berita sampah. Sebaliknya mereka semua, termasuk media-media massa Indonesia, menyembunyikan fakta keberadaan para personil Craft International, perusahaan kontraktor keamanan Amerika, yang tertangkap kamera mengenakan ransel hitam dan remot kontrol, yang berada di lokasi ledakan dan berlari meninggalkan lokasi beberapa menit sebelum ledakan.
Ini semua terjadi setelah para penyidik Amerika gagal menemukan motif yang mendasari pemboman, bahkan setelah berupaya mengkait-kaitkannya dengan para ekstremis Chechnya. Kelompok-kelompok ekstremis Islam di Rusia sendiri telah menyatakan tidak mengenal keduanya. Orang tua keduanya di Rusia juga menyebutkan bahwa anak-anaknya telah dijabak oleh penyidik federal Amerika FBI, yang pada tahun 2011 pernah menginterogasi mereka. Masa lalu keduanya sangat "bersih". Sang kakak adalah seorang olahragawan dan adiknya pelajar berprestasi.
Sudah terlalu banyak bukti-bukti yang menunjukkan bahwa peristiwa Pemboman Boston adalah operasi false flag, atau operasi inteligen untuk menciptakan dalih bagi dilakukannya satu kebijakan tertentu. Seperti operasi Pemboman WTC tahun 2001 yang menjadi dalih kebijakan "perang melawan terorisme" yang termasuk di antaranya adalah menyerbu Afghanistan dan Irak. Adapun tujuan operasi "false flag" Pemboman Boston tidak lain adalah mengubah Amerika menjadi "negara polisi".
Sebagaimana telah diberitakan di media-media massa baru-baru ini, termasuk di blog ini, bahwa sebagian besar rakyat Amerika kini telah mempercayai adanya konpirasi jahat yang menguasai dunia. Secara sosiologis dan politis hal ini merupakan perubahan yang sangat signifikan dalam satu negara besar seperti Amerika. Dengan rakyat yang telah sadar tentang adanya konspirasi, tatanan negara Amerika yang selama ini dikuasi sekelompok kecil penguasa modal terancam hancur. Apa jadinya jika jutaan rakyat Amerika yang bersenjata melakukan aksi demonstrasi besar-besaran menuntut Bank Sentral dibubarkan, para pejabat korup seperti Bill Clinton dan George Bush termasuk Barack Obama dihukum gantung, media-media massa ditutup dan para pemimpinnya ditangkap, pengusaha-pengusaha besar seperti Bill Gates dan keluarga Rockefeller ditangkap?
Maka operasi false flag seperti Pemboman Boston, juga operasi-operasi sejenis seperti Serangan WTC dan Pembantaian Sandy Hook, sangat diperlukan untuk menjadi dalih diterapkannya berbagai undang-undang yang keras untuk melumpuhkan rakyat sebelum melakukan pemberontakan.
Waspadalah.... Waspadalah........
ReplyDeleterakyat indonesia yang berada di Amerika terutama yang beragama islam bisa menjadi target konspirasi berikutnya........