Saturday, 29 June 2013

"KATAK TEROBSESI LEMBU" ITU NEGARA BAGIAN AMERIKA

Persis seperti telah menjadi pemberitaan media massa internasional beberapa waktu lalu, termasuk ditulis dalam blog ini, penguasa Qatar, Emir Sheikh Hamad bin Khalifa Al Thani secara resmi akhirnya mengundurkan diri dari kekuasaan dan menyerahkannya kepada putra mahkotanya Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani. Meski tentu saja tidak disebutkan secara resmi oleh pemerintah Qatar maupun Amerika, penyerahan kekuasaan tersebut sekaligus mengkonfirmasi rumor yang menyebutkan peran Amerika sebagai faktor penentu transfer kekuasaan tersebut.

"Anda menyerahkan kekuasaan kepada salah seorang putra Anda yang kami setujui, atau kami akan membekukan harta Anda di seluruh dunia," demikian ancaman seorang pejabat CIA yang menjadi penghubung antara pemerintah Amerika dan Qatar, kepada Emir Hamad bin Khalifa beberapa waktu lalu sebagaimana dikutip berbagai media massa dunia termasuk blog ini.

Dan "perintah" itupun dipatuhi oleh Emir Qatar hari Selasa lalu (25/6) dan rakyatnya, termasuk ulama takfiri terkenal Yusuf Qardhawi, meski ia tahu apa yang terjadi bertentangan dengan hukum Islam ataupun prinsip dasar demokrasi modern.

"Saya sarankan Anda untuk melihat konstitusi Qatar. Itu adalah konstitusi dagelan. Pada Pasal 64 konstitusi itu ada 68 atau 69 kalimat tentang Emir. Ada satu bab khusus yang berbicara tentang emir, para pangeran dan penguasa. Pada dasarnya satu-satunya konstitusi di negeri ini adalah para penguasa," kata analis politik Timur Tengah Entifadh Qanbar dalam wawancara dengan Press TV tgl 25 Juni lalu, tentang perpindahan kekuasaan di Qatar.

"Jadi, menyerukan negara lain untuk menerapkan demokrasi, atau bersama-sama negara-negara barat menyerukan demokrasi di Syria, hal itu lebih tepat sebagai dagelan daripada realitas," tambahnya menyinggung tingkah polah Qatar yang mengklaim sebagai negara demokratis.

Tentang peran Amerika dalam politik Qatar, Entifadh Qanbar menyebutkan bahwa Amerika menganggap Qatar hanya sebagai kantor "Public Relation" yang berada di kawasan Teluk Parsi.

"Ini bukan sebuah negara dalam arti sebenarnya, dan tanpa bermaksud menyinggung rakyat Qatar, pemerintahan mereka bukanlah pemerintahan yang semestinya. Pada dasarnya Emir Qatar adalah seorang "menteri" dalam kabinet pemerintahan Amerika, yang menempatkan kekuatan besarnya pada Central Command (CENTCOM, pusat komando militer Amerika di Timur Tengah yang bermarkas di Qatar) dan juga memproses proyek-proyek untuk negara-negara di Timur Tengah dan Israel."

Berbagai analisa mengiringi penyerahan kekuasaan di Qatar. Beberapa analis memperkirakan Amerika menganggap Qatar telah membuat Amerika kesulitan mengontrol gerakan pemberontakan di Syria karena terlalu agresif menggelontorkan bantuan pada para teroris di Syria. Analisa lainnya menyebutkan adanya desakan Saudi, melalui Amerika, yang tidak senang dengan ambisi Qatar untuk menjadi "pemain utama" perpolitikan Timur Tengah sekaligus menyingkirkan peran Saudi.

Namun yang pasti, proses peralihan kekuasaan tersebut di atas, sekali lagi membuktikan bahwa Qatar tidak lebih dari "katak yang terobesesi menjadi lembu", alias negara kecil yang ingin dihormati sebagai negara besar.
 

PIDATO SERBA MUNAFIK SANG EMIR BARU

Sehari setelah pengumuman pemindahan kekuasaan, pada hari Rabu (26/6) Emir baru Qatar Sheikh Tamim bin Hamad memberikan pidato politik pertamanya. Dilihat dari apa yang telah dilakukan Qatar terhadap rakyatnya sendiri selama ini, dan terutama terhadap Libya dan Syria, pidato itu penuh dengan kemunafikan.

Sebagai contoh, ia menyebut dirinya "mendukung aspirasi rakyat Arab untuk hidup dalam kebebasan", sementara negaranya adalah negara otoriter: tanpa parlemen, tidak ada pemilu dan pers yang dikontrol penguasa (Al Jazeera). Lalu ia menyatakan menolak perpecahan di antara bangsa-bangsa Arab berdasar sektarian dan doktrin. Padahal selama ini para pemimpin Qatar, termasuk Sheikh Qardhawi, terus-menerus menyerukan sentimen anti-Shiah, sekte terbesar Islam kedua di tanah Arab.

Namun tentu saja kemunafikan terbesar Qatar terlihat jelas selama Revolusi Libya, Mesir dan konflik di Syria. Dengan membantu para zionis internasional, Qatar turut menyingkirkan pemimpin-pemimpin Arab dan menyerahkan nasib rakyat se-bangsanya di Libya dan Mesir ke tangan para zionis.




SUMBER:
almanar.com.lb; 25 Juni 2013
"Sheikh Tamim Hints at Unchangeable Foreign Policy of Qatar"; almanar.com.lb; 26 Juni 2013

No comments:

Post a Comment