Wednesday, 30 October 2013

MALALA YANG SEBENARNYA? (3)

Tulisan yang ini dari blog AntiLiberalNews tgl 18 Oktober 2013:


Lima Kejanggalan Malala Yousafzai, Liberalis Kecil Anti Taliban

Setelah pencalonannya sebagai peraih Nobel Perdamaian gagal, nama Malala Yousafzai terus menggelinding di berbagai media sekuler. Malala mencuat ke permukaan setelah pejuang Islam Taliban menembaknya dua kali pada tahun 2012 akibat pelecehannya kepada Islam.

Menurut versi berbagai media sekuler, Malala Yousafzai adalah pejuang pendidikan untuk perempuan. Sehingga Barat terus mengelu-elukan Malala dan memposisikannya sebagai “korban kekejaman Taliban”.

Akan tetapi, ada beberapa keanehan apabila kita cermati fakta-fakta mengenai kehidupan Malala hingga dia diberitakan secara meluas seperti sekarang. Berikut adalah keanehan-keanehannya:

1. Malala adalah warga Pakistan yang berasal dari kota kecil Mingora, distrik Swat, Pakistan. Kota kecil Mingora sendiri penduduknya hanya berjumlah 175.000 orang (data kependudukan Pakistan tahun 1998). Ini hanya lebih sedikit dari jumlah penduduk Kelurahan Tanah Abang yaitu 144.000 orang (BPS DKI, 2010). Dapat kita bayangkan betapa kecilnya kota asal Malala tinggal. Tetapi pada tahun 2009, Malala dikabarkan menulis sebuah blog di situs BBC dalam bahasa Urdu. Hal ini adalah janggal, karena kecil kemungkinan akses internet tersedia di kota kecil Mingora tersebut. Penetrasi pengguna Internet di Pakistan sendiri secara nasional pada tahun 2008 hanya sebesar 22 juta pengguna dari 120 juta penduduk, atau sekitar 18%. Bagaimana mungkin Malala memiliki akses internet dan rutin mengisi blog pribadinya di BBC pada tahun 2009?

2. Kota kecil Mingora dikuasai oleh Taliban pada tahun 2008 dan 2009. Berdasarkan sumber di sebuah halaman BBC sendiri, ternyata seorang wartawan BBC Urdu di Pakistan meminta ayah Malala, Ziauddin Yousafzai, untuk meminta seorang pemuda Mingora menuliskan sudut pandangnya mengenai bagaimana kehidupan di bawah kekuasaan Taliban. Ayah Malala, Ziauddin Yousafzai, kemudian memutuskan agar anaknya sendiri (Malala) yang menulisnya. Fakta ini membuktikan bahwa blog Malala itu ternyata tidak ditulis atas dasar inisiatif Malala sendiri, tetapi atas permintaan BBC Urdu.
3. Blog Malala sendiri dimuat oleh situs sekuler. Hal ini kami dapatkan setelah memasukkan kata kunci “Malala diary” di mesin pencari Google, maka akan muncul tiga top link yaitu, dua situs BBC, dan satu situs "Tanqeed.org" yang merupakan suatu majalah online sekuler. Di dalam laman yang memuat link buku harian Malala tersebut, tersedia link kepada arsip terjemah Inggrisnya. Ternyata versi Inggris blog Malala di-hosting oleh situs "lubpak.com" milik LUBP Agency, sebuah situs berideologi nasionalis dan demokratis. LUBP Agency juga ternyata mendukung Syiah dan Ahmadiyah. Terbukti dari kalimat pembuka di post blog Malala, sebagai berikut: "Pada Januari 2009 yang lalu, saat kelompok pembunuh sayap kanan menganiaya Malala, dan pembunuh liberal palsu mengabaikan Malala, LUBP menaikkan post (diary Malala) ini. Ingatlah ini adalah kelompok pembunuh yang sama dengan yang saat ini mengabaikan pembersihan etnis Syiah, pembunuhan Baloch, penuntutan Ahmadi, dan dampak merugikan yang menimpa warga negara lain akibat para fanatik agama yang disponsori dan dilindungi oleh angkatan darat Pakistan."

4. Terdapat dugaan bahwa blog buku harian Malala itu bukan tulisan Malala, tapi tulisan ayahnya. Dalam sebuah analisis oleh "Islampos" tahun 2012 lalu, wartawan-wartawan setempat di Pakistan berpendapat bahwa Ziauddin Yousafzai, ayah Malala, yang juga kepala sekolah Mingora, ibukota Swat, bekerja sama dengan reporter BBC di Peshawar, menulis buku harian itu dengan nama putrinya. Buku harian yang ditulis dalam bahasa Urdu itu bertutur dengan tata bahasa Urdu yang sempurna. Penggunaan kosakata yang halus dan referensi sejarah bukanlah sebuah karya seorang gadis sepuluh tahun, demikian menurut para kritikus. Seorang mahasiswa yang memprotes Malala, Subohi Khan, mengatakan,

“Semua orang di sini tahu, ini buku harian yang ditulis oleh ayahnya, yang merupakan anggota partai sayap kiri, Partai Awami Nasional (ANP). Dia (Ziauddin) tidak bisa mengatakan apa-apa secara terbuka terhadap Taliban, dan menggunakan muka anaknya, dan ini dianggap sangat buruk di masyarakat Pashtun.” Partai Awami Nasional (National Awami Party) memang merupakan partai berhaluan kiri yang mengusung ideologi  sekulerisme, demokratik sosialisme, pemerintahan yang dikuasai publik, dan kesetaraan ekonomi.

5. Dalam penelusuran "AntiLiberalNews" secara detail terhadap versi Inggris buku harian Malala tersebut, ditemukan pula beberapa kejanggalan isi buku harian tersebut. Beberapa di antaranya:

Malala menulis bahwa tiap kali adiknya melihat seseorang, adiknya merasa sangat ketakutan akan diculik. Adik Malala sering berdoa, “Ya Tuhan, datangkanlah kedamaian untuk daerah Swat. Jika tidak, datangkanlah Amerika atau Cina ke sini.”  Doa ini sangatlah janggal untuk seorang anak laki-laki berusia di bawah 15 tahun yang tinggal di kota kecil Mingora di pedalaman Pakistan.

Pada tanggal 31 Januari 2009, Malala menulis bahwa telah terjadi bentrokan dengan korban 37 tewas di Swat. Akan tetapi dari penelusuran redaksi AntiLiberalNews dari sejarah konflik di Pakistan, tidak ada satupun bentrokan di Swat terjadi pada tanggal tersebut.

Pada tanggal 24 Januari 2009, Malala menuliskan bahwa adiknya yang sangat ketakutan tertidur dalam sebuah perjalanan naik bus. Lalu bus itu terguncang karena memasuki lubang di jalan yang jelek, dan klakson bus juga berbunyi. Maka adiknya terbangun dan bertanya kepada ibunya: ” Apakah itu ledakan bom?” Ini sangat janggal karena bagaimana mungkin anak berusia kurang lebih 10 tahun tidak dapat membedakan mana ledakan bom dan mana suara klakson bus.

Pada tanggal yang sama, Malala juga menuliskan bahwa ia dan ibunya pergi ke pasar di kota Bannu. Di sini semua perempuan harus menggunakan hijab. Tapi Malala menolak.

“Kami pergi ke pasar dan ke taman. Di sini perempuan harus menggunakan hijab kapanpun mereka keluar rumah. Ibu saya juga memakainya, tapi saya menolak memakainya atas dasar bahwa saya merasa kesulitan berjalan dengan mengenakannya (hijab tersebut).”

Malala juga mengeluarkan pernyataan yang menyerang Islam, antara lain, “Kerudung itu mengingatkan saya pada zaman batu”. Kemudian kalimat lain yang ditulis Malala, “Ketika saya melihat seorang pria berjanggut mengikuti saya, itu mengingatkan saya pada Fir’aun (Mesir).”

Buku harian Malala juga menyatakan, “Pernah ada waktu dulu di mana saya pernah menyukai menggunakan burqa (pakaian muslimah Afghanistan bercadar), tapi sekarang tidak lagi. Saya muak dengannya (burqa) karena itu merepotkan saya ketika berjalan.”

No comments:

Post a Comment