Saya baru saja membaca tulisan di situs media Lebanon Al Akhbar berjudul "The Mad Kingdom: Saudi Raises the Stakes" yang pada paragraf terakhirnya menuliskan:
"Jadi kegilaan kerajaan Saudi telah mencapai puncaknya, dan adalah mengejutkan bahwa ada sebagian kelompok di Lebanon yang bersedia mengikutinya, membantu Pangeran Bandar bin Sultan (kepala inteligen Saudi, orang nomor satu yang memimpin Saudi dalam berbagai konflik di Timur Tengah) menciptakan kekacauan di Lebanon dan Syria dalam beberapa bulan atau tahun ke depan".
Itu adalah sebagian dari beberapa tulisan yang menginformasikan tentang rencana Saudi melakukan "perang habis-habisan" demi mempertahankan eksistensinya setelah terancam oleh kegagalan "proyek Syria", ekspansi kaum Shiah Zaidiyah di Yaman Utara dan sikap Amerika yang melunak terhadap Iran. Di antara rencana tersebut adalah membentuk pasukan "Mohammad Army" berkekuatan 250.000 milisi bersenjata yang siap dikerahkan ke wilayah-wilayah konflik di luar negeri serta mengobarkan aksi-aksi teror terhadap kekuatan-kekuatan pro-Iran, terutama di Irak, Syria, Yaman dan Lebanon.
Rencana "gila" Saudi sebagaimana ditulis Al Akhbar telah terjadi melalui beberapa aksi pemboman di jantung Hizbollah di Beirut Selatan beberapa bulan terakhir. Dan kini diduga motif itu pulalah yang mendasari terjadinya pemboman terhadap kantor kedubes Iran di Beirut, Lebanon, Selasa (19/11) yang menewaskan puluhan orang dan melukai ratusan lainnya.
Iran telah menuduh Israel dan "tentara bayaran"-nya berada di balik pemboman tersebut, yang dikonfirmasi oleh pengakuan kelompok teroris Al Qaida, Abdullah al-Azzam Brigade sebagai pelaku serangan tersebut. Pengakuan tersebut mengukuhkan analisa Al Akhbar dan analis-analis politik lainnya bahwa Saudi, pendukung kuat Al Qaida, berada di balik serangan tersebut yang dalam operasi inteligennya selalu bekerjasama dengan inteligen Israel.
Pada bulan Agustus 2013 lalu pemimpin pemberontak Syria Ahmed al-Jerba mengungkapkan kepada publik keberadaan "Mohammad Army", pasukan milisi-teroris yang konon berkekuatan hingga 250.000 personil yang dibentuk oleh Saudi untuk menjalankan misi-misi Saudi di kawasan Timur Tengah. (Jerba berasal dari kelompok Free Syrian Army yang didukung Turki, yang kini terlibat persaingan keras dengan kelompok-kelompok Al Qaida dukungan Saudi). Sejak itu milisi ini menjadi perhatian media dan para pengamat politik.
"Pasukan extra-teritorial Saudi bernama "Mohammad Army" telah terbentuk, mereka telah menjalani pelatihan-pelatihan khusus dan memiliki senjata lengkap," tulis situs media al-Rai al-A’am baru-baru ini. Dikabarkan bahwa Saudi telah menghabiskan miliaran dolar untuk membentuk pasukan tersebut.
Sementara media Iran Fars News Agency baru-baru ini melaporkan, “disebut-sebut bahwa Mohammad Army akan menjadi pasukan penyerang Saudi Arabia di Syria dan mungkin juga akan dikerahkan ke Yaman untuk menghadapi gerakan Shiah al-Houthi yang kini tengah bertempur melawan kelompok-kelompok salafi di Dammaj, Yaman Utara.”
MENGUNDANG KECAMAN DOMESTIK DAN INTERNASIONAL
Setelah serangkaian serangan bom terhadap kawasan-kawasan basis pendukung kelompok Hizbollah di Beirut, kini serangan teroris yang hampir dipastikan digerakkan oleh konspirasi zionis-wahabi, akhirnya menghantam kedubes Iran di Beirut, Selasa pagi waktu setempat (19/11).
Aksi biadab yang menewaskan setidaknya 23 orang itu kontan menuai kecaman keras tidak saja dari dalam negeri namun juga dunia internasional.
Tidak lama setelah serangan tersebut Presiden Iran Sheikh Hassan Rouhani menerima telepon dari Presiden Lebanon Michel Sleiman dan keduanya saling menyatakan belasungkawa atas tewasnya korban dari kedua negara. Di antara korban yang tewas adalah pejabat atase kebudayaan Iran di Lebanon.
Iran melalui jubir kemenlu Marziyeh Afkham menyatakan kutukan keras atas aksi tersebut seraya menuduh "Zionists dan tentara-tentara bayarannya bertanggungjawab atas aksi tersebut." Menurut Afkham, karena serangan terjadi pada kantor kedubes Iran, maka Iran akan melakukan "penyelidikan" sendiri terhadap insiden tersebut.
Sekutu dekat Iran Syria tentu juga mengeluarkan kutukan keras atas insiden tersebut dan menyebutnya sebagai "serangan teroris". Demikian juga sekutu Iran lainnya, Russia yang selain mengeluarkan kutukan keras juga menyebutnya sebagai "aksi teroris".
Yang agak "mengherankan" adalah negara-negara barat yang juga beramai-ramai mengeluarkan kutukan keras terhadap serangan tersebut, mengingat selama ini mereka terkesan kurang responsif terhadap serangan-serangan teroris yang ditujukan terhadap Iran atau Syria. Hal ini mengindikasikan tengah terjadinya "perselisihan" antara Amerika-barat dengan Israel-Saudi sebagai dampai gagalnya "proyek Syria".
Menlu Inggris William Hague dalam pernyataannya mengutuk serangan tersebut serta menyampaikan belasungkawa terhadap keluarga korban. Sementara Presiden Perancis menyatakan kutukan terhadap serangan seraya menyatakan dukungan pemerintah Perancis kepada pemerintah Lebanon untuk melindungi kesatuan negara.
Demikian juga menlu Amerika John Kerry yang selain mengutuk juga menyebut aksi serangan tersebut sebagai "tidak berperi kemanusiaan". Selanjutnya Kerry menyerukan semua pihak di Lebanon untuk mendukung penyelidikan yang dilakukan pemerintah Lebanon.
Kutukan juga disampaikan Sekjan PBB Ban Ki-moon beberapa jam setelah terjadinya serangan. Ia juga menyerukan kepada semua pihak di Lebanon untuk menjauhkan diri dari konflik Syria, seruan mana mengindikasikan bahwa serangan tersebut terkait dengan konflik Syria.
Kutukan juga mengalir dari para pemimpin politik Lebanon, tidak saja dari pemerintah dan kubu politik pro-Iran seperti Hezbollah, Amal, Free Patriotic Movement (Kristen) dan Marada Movement (Kristen), namun juga dari kubu politik anti-Iran seperti Partai Falangis (Kristen) dan Partai Sosialis (Druze). Kutukan juga disampaikan oleh Mufti Besar Lebanon Sheikh Mohammad Rashid Qabbani, yang menuduh serangan tersebut ditujukan untuk memecah belah kaum Shiah dan Sunni.
REF:
"Wide Condemnations against Beirut Blasts, Iran Accuses Israel"; ALMANAR.COM.LB; 20 November 2013
"Saudi Prince Bandar’s Mideast crusade"; Catherine Shakdam; Press TV; 17 November 2013
"The Mad Kingdom: Saudi Raises the Stakes"; Ibrahim al-Amin; AL-AKHBAR; 15 November 2013
tidak dilupakan -perancis dikatakan turut terlibat
ReplyDelete