Tuesday, 5 November 2013

TURKI AKAN USIR DIPLOMAT SAUDI

(BUNTUT KEGAGALAN PROYEK KONFLIK SYRIA, TURKI AKHIRNYA SADAR)

Turki merencanakan akan menutup kantor perwakilan inteligen Saudi di Turki menyusul perselisihan kedua negara terkait konflik Syria dan Mesir. Demikian laporan media Lebanon Al Akhbar mengutip keterangan seorang pejabat Turki. Selama ini Saudi membuka kantor inteligen di Turki untuk mendukung operasi pemberontakan di Syria yang sebagiannya digerakkan melalui Turki.

Menurut sumber Al Akhbar yang tidak disebutkan namanya karena alasan politik, Turki telah menganggap Saudi tidak lagi satu visi dengan Turki dalam masalah konflik Syria di mana Turki cenderung untuk memperbaiki hubungannya dengan Iran dan Syria, sementara Saudi cenderung untuk meningkatkan intensitas konflik Syria.

Hubungan politik Saudi-Turki yang sebelumnya sangat kompak, terutama dalam menyikapi konflik Syria, runtuh seketika setelah tumbangnya kekuasaan Presiden Mesir Mohammad Moersi tgl 3 Juli lalu. Turki dan Saudi mengambil posisi yang berseberangan dalam menyikapi tumbangnya Moersi di mana Turki tetap mendukung Moersi dan mengecam aksi kudeta yang dilakukan militer Mesir, sementara Saudi justru mendukung aksi kudeta tersebut. Namun faktor pemicu utama terputusnya hubungan Saudi-Turki adalah upaya Saudi memarginalkan Turki (dan Qatar) dalam penanganan konflik Syria. Perselisihan tersebut terimplementasikan dalam bentuk pertempuran antara kelompok ISIL dan Al Nusra Front yang didukung Saudi melawan kelompok Free Syrian Army dan Northern Brigade yang didukung Turki. Baru-baru ini ISIL dan Al Nusra berhasil menghancurkan pasukan Northern Brigade dari perbatasan Turki-Syria, meski Turki telah mencoba menyelamatkan pasukan binaannya itu.

Menurut sumber Al Akhbar menlu Saudi Saud al-Faisal telah memperingatkan rekannya dari Turki, Ahmet Davutoglo, bahwa Turki tidak perlu lagi turut campur dalam konflik Syria bahkan seandainya regim Bashar al Assad berhasil ditumbangkan. Saud juga meminta Turki untuk tidak turut campur dalam krisis politik Mesir. Sementara para pejabat Turki melihat Saudi bersama Jordania dan Uni Emirat Arab telah bekerjasama berupaya menghancurkan pengaruh Turki, Qatar, Hamas, dan Muslim Brotherhood.

Konflik Turki-Saudi juga tampak dalam peristiwa tukar tawanan antara Lebanon dan Turki di kota Azzas dekat perbatasan Syria-Turki baru-baru ini. Dalam peristiwa itu para pemberontak Syria dukungan Turki membebaskan warga Lebanon yang diculik mereka dengan imbalan pembebasan 2 pilot Turki yang diculik di Lebanon. Saudi melalui ISIL berusaha menggagalkan pertukaran tersebut karena tidak mendapatkan keuntungan apapun darinya, sebaliknya dengan tetap menahan tawanan Lebanon, Saudi tetap bisa "menekan" Hizbollah.

PRESIDEN TURKI AKHIRNYA SADAR BAHAYA TERORIS

Di sisi lain, semakin berkepanjangannya konflik Syria membuat Presiden Turki Abdullah Gul menyadari bahaya yang dapat ditimbulkannya. Kepada koran Inggris The Guardian, Gul mengingatkan bahwa Syria bisa menjadi Afghanisan di kawasan Mediterania yang mengancam keamanan kawasan tersebut. Peringatan Gul tersebut disampaikannya di sela-sela kunjungan di ibukota Skotlandia, Edinburg, Minggu (3/11).

"Jika atmosfirnya tetap seperti sekarang, maka ini akan semakin menimbulkan radikalisasi yang lebih besar dan beberapa kelompok akan semakin ekstrim. Saya rasa tidak ada yang bisa mentolerir munculnya sesuatu seperti Afghanistan di kawasan pantai Mediterania," kata Gul.

Yang agak mengherankan adalah pengakuan Gul bahwa negaranya telah berusaha mencegah timbulnya konflik bersenjata yang tidak terkendali, sementara pada kenyataannya Turki-lah salah satu pihak yang mendorong timbulnya konflik bersenjata di Syria. Lebih jauh ia bahkan menuduh sekutu-sekutu Turki dalam konflik di Syria telah gagal memberikan dukungan yang cukup bagi Turki untuk melakukan negosiasi dengan pemerintah Syria sebelum terjadinya konflik yang tidak terkendali.

"Kami semua telah bekerja sangat keras (untuk mencegah konflik) dan kami bahkan harus berhadapan dengan sekutu-sekutu kami yang menganggap negosiasi akan berjalan lambat dan tidak memberikan solusi apapun," kata Gul.

Menurut Gul jika saja upaya Turki untuk berunding dengan Bashar al Assad terealisir, maka sebanyak 100 ribu warga Syria tidak akan tewas dan kehancuran pun bisa dihindari.

Sebenarnya Gul tengah menyalahan diri sendiri dan rekannya sesama anggota Partai Keadilan yg menjadi perdana menteri, Recep Erdogan.


REF:
"Turkey Expels Saudi Intelligence over Diplomatic RifT"; ALMANAR.COM.LB; 1 November 2013
"Gul Warns: Syria Becoming “Mediterranean Afghanistan”; ALMANAR.COM.LB; 4 November 2013

2 comments:

  1. demikian turki berkawan tetapi tidak tertawan,terasing akibat kesilapan strategis,terasing dibarat yang disangkakan kawan,akhir memilih misil China membikin barat mendekam,berkawan dengan Iran kemudian memusuhinya-akhirnya AKP kini bisa mengerti erti kawan dan musuh- manusia bisa melakukan kesilapan kerana kurangnya pengalaman-tidak Iran yang sudah tiga dekad revolusinya...mengetahui kedutaan US adalah sarang spionase, tiga dekad kawan-kini negara yg diintip dipermainkan,kelompok yang bisa dipermainkan kerana kurangnya pengalaman atas nama agama menentang musuh,usahlah berlagak sombong,pelajarilah bahawa iran adalah tiga dekad di hadapan anda...sangat disayangkan kebencian tanpa dasar itulah menghalangi

    ReplyDelete
  2. ini pernyataan dari presiden yang juga munafik kenapa baru mulai bersuara ketika posisi oposisi kalah sungguh itu cuma pernyataan politik oerang yang akan ikut pemilihan kembali president jujur saja yang membuat hancur syiria turky dan yordania yang membuat korban 100 ribu meninggal mereka .coba kalau tak di beri akses masuk dan di bantu pihak oposisi tak akan terjadi dosa sangat besar dipikul erdogan dan menlu turky serta parlemen yang tak punya rasa kemanusiaan apa yang dilakukan president turky waktu itu diam cuma ngomong ngecam sudahlah tak usah munafik coba kalau menang oposisi mungkin ceritanya lain uang dan senjata tak mungkin masuk kalau turky tidak berperan mendukung teroris sungguh tak usah munafik saya sangat berharaf apa yang di alami syria turky harus merasakan pembalasan Allah .sama seperti sadam mati terhina oleh majikannya sendiri .

    ReplyDelete