Tidak ada "cobaan" (atau "hukuman") seberat sekarang ini dirasakan perdana menteri Turki Tayyep Erdogan. Tidak dengan aksi-aksi demonstrasi musim panas lalu yang dipicu oleh pembangunan Lapangan Thaksim. Tidak dengan kasus Ergenekon, yaitu kasus plot percobaan kudeta yang dirancang oleh sekelompok jendral, aparat penegak hukum, wartawan serta intelektual. "Cobaan" itu adalah kasus penyidikan korupsi yang kini menjerat kroni-kroni politiknya.
Sejak Selasa pagi lalu (17/12) hingga saat ini publik Turki dikejutkan oleh aksi penggerebegan besar-besaran aparat penegak hukum Turki terhadap sejumlah besar sasaran yang terkait dengan partai Justice and Development Party (AKP) yang dipimpin Erdogan. Di antara sasaran penggerebegan adalah kementerian lingkungan dan urbanisasi yang dipimpin Erdogan Bayraktar, kementrian dalam negeri yang dipimpin Muammer Guler, kementrian Ekonomi-nya Zafer Caglayan, serta kementrian urusan Uni Eropa yang dipimpin Egemen Bagis.
Operasi penggerebegan dibagi dalam 3 operasi terpisah dengan sasaran utama yang berbeda, namun semuanya terkait dengan partai AKP. Sasaran penggerebegan pertama adalah pengusaha asal Azeri Iran, Reza Zarrab, yang dikenal dekat dengan kalangan internal AKP. Menurut sumber-sumber penegak hukum, Zarrab aktif dalam bisnis penyelundupan emas dari Iran melalui Russia dan Cina. Dalam menjalankan bisnisnya itu Zarrab menjadi sumber keuangan bagi para menteri tersebut di atas melalui anak-anaka mereka. Bocoran-bocoran informasi yang tampaknya sengaja diberikan aparat penegak hukum menyebutkan Zarrab telah mengeluarkan $63 juta sogokan kepada para pejabat partai AKP. Di antaranya Caglayan yang menerima $51.5 juta, Guler $10 juta, dan Bagis $1.5 juta.
Pada tgl 19 Desember polisi membocorkan ke publik rekaman pembicaraan transaksi suap yang melibatkan Zarrab dengan Guler dan Bagis.
Sasaran utama kedua ditujukan kepada menteri Lingkungan dan Urbanisasi Bayraktar, yang merupakan pejabat penanggungjawab program Social Housing Administration (TOKI). TOKI merupakan badan khusus yang dibentuk pemerintah untuk mengurusi pembangunan perumahahan massal di Turki. Sebelum menjadi menteri Bayraktar adalah pimpinan TOKI.
Di antara orang-orang yang ditangkap polisi adalah para ekskutif perusahaan konstruksi: Ali Agaoglu, Emrullah Turanli dan Osman Agca. Mereka dikenal sebagai kontraktor-kontraktor utama TOKI. Abdullah Oguz, putra dari Bayraktar, termasuk di antara mereka yang ditangkap dalam operasi itu.
Operasi ketiga ditujukan kepada kantor pemerintahan distrik Fatih, Istambul, yang dipimpin oleh Walikota Mustafa Demir, yang juga merupakan tokoh AKP. Demir juga termasuk dari mereka yang ditangkap dengan tuduhan suap terkait proyek konstruksi yang dianggap membahayakan jalur kereta api bawah laut yang menghubungkan Istambul dengan bagian Eropa Turki.
Operasi penggerebegan dan penangkapan besar-besaran terhadap 51 tersangka itu dijalankan sangat rapi dan penuh kerahasiaan sehingga aparat pemerintahanan AKP tidak mengetahuinya untuk melakukan tindakan pencegahan. Dan semakin tampak bahwa operasi itu bermotif politik adalah pimpinan penyidikan kasus ini yang tidak lain adalah Jaksa Zekeriya Oz, seorang simpatisan gerakan Gulenis yang dipimpin tokoh spiritual yang sangat berpengaruh di Turki yang kini tinggal di Amerika, Fethullah Gulen. Gulen terpaksa harus tinggal di Amerika untuk menghindari proses pengadilan yang menuduhnya telah melanggar konstitusi sekularisme Turki.
Sudah menjadi pengetahuan publik Turki bahwa Erdogan kini tengah terlibat persaingan sengit dengan gerakan Gulenis. Pada bulan November lalu, misalnya, Erdogan berusaha mengakuisisi sekolah-sekolah swasta yang dikelola gerakan Gulenis, yang merupakan sumber keuangan dan massa gerakan Gulenis. Sebaliknya ketika terjadi aksi-aksi demonstrasi menentang Erdogan musim panas lalu, gerakan Gulenis mengisyaratkan dukungannya atas aksi-aksi tersebut.
Adalah menarik mengikuti pemberitaan media-media Turki saat ini yang terbelah menjadi 2 blok. Media-media yang dekat dengan gerakan Gulenis termasuk koran berpengaruh "Zaman" sangat gencar memberitakan kasus ini, termasuk menggunakan materi penyidikan yang dibocorkan aparat penegak hukum (Gerakan Gulenis dikenal sangat berpengaruh di jajaran kepolisian dan kejaksaan, sementara Erdogan didukung penuh aparat inteligen). Di sisi lain media-media pro-Erdogan sangat berhati-hati untuk memberitakannya, atau mempersepsikan negatif aksi penggerebedan dan penyidikan terhadap para pejabat AKP itu dengan istilah-istilah seperti "konspirasi".
Reaksi keras telah ditunjukkan oleh Erdogan dengan memecat belasan pejabat polisi yang terlibat dalam aksi penggerebegan tersebut. Untuk mencegah proses penyidikan "lepas kendali", melalui kejaksaan wilayah Erdogan juga memasukkan 2 jaksa baru ke dalam proses penyidikan. Erdogan juga mengancam akan mengungkap motif politik di balik aksi penggerebegan tersebut dan menindak keras otak pelakunya yang sebenarnya telah diketahui publik, yaitu Fethullah Gullen dan pengikut-pengikut setianya termasuk Presiden Abdullah Gul yang masih berambisi menduduki jabatan kepresidenan yang juga diincar Erdogan dalam pemilu tahun depan.
Perlu dicatat bahwa Jaksa Zekeriya Oz adalah orang yang paling berjasa bagi Erdogan ketika secara gemilang berhasil menyelesaikan penyidikan kasus Ergenekon dan kasus Odatv. Yang pertama adalah penyidikan terhadap satu plot militer-sipil yang hendak melakukan kudeta terhadap regim Erdogan yang berkuasa sejak tahun 2002. Dengan asanya kasus ini Erdogan secara efektif berhasil memarginalkan militer dari kekuasaan. Sementara kasus Odatv berhasil memarginalkan pers sehingga menimbulkan spekulasi bahwa kasus-kasus itu adalah konspirasi yang dirancang oleh Erdogan sendiri untuk memperkuat kekuasaannya.
Namun saat itu Erdogan masih menjadi pengikut Gerakan Gulenis sebagaimana Zekeriya Oz. Sejak itu Erdogan membangun kekuatan politik sendiri, menjauhi Gerakan Gulenis dan kemudian menjadi pesaing kuatnya.
Apakah Erdogan yang akan memenangkan pertarungan atau sebaliknya ia terjungkal, kita akan melihat perkembangan yang sangat menarik dalam kasus ini. Namun yang pasti Erdogan kembali harus mengalami pukulan keras setelah kehilangan sekutu utamanya Mohammad Moersi dan kegagalan proyek Syria. Dan meski telah mengerahkan kekuatannya habis-habisan, ia tidak bisa lagi mengubur kebusukan yang telah terbongkar yang dipastikan akan mempengaruhi elektabilitasnya AKP dan dirinya sebagai kandidat presiden tahun depan.
Lagipula semakin keras Erdogan melawan proses hukum ini, semakin jatuh pula kredibilitasnya di mata publik.
dunia menanti kematian mu erdogan,karna kamu family netayahu dan bandar.
ReplyDelete